Bab 4

Petugas kebersihan melihat ke kanan lalu ke kiri, dan itu membuat Bara menjadi bingung. Sebenarnya ada apa? Dan siapa gadis yang tadi bersamanya?.

Petugas menatap wajah Bara, terlihat sedikit ada ketakutan di wajahnya.

"Pak, kenapa bapak diam?" tanya Bara.

"Mas yakin kalo gadis yang bersama mas tadi namanya Kemuning?" Petugas kebersihan balik melemparkan pertanyaan.

"Serius pak, saya nggak bercanda." Jawab Bara, dia sangat penasaran, siapa sosok Kemuning sebenarnya.

"Menurut cerita, dulu sebelum danau ini dibuat, di daerah sini ada sebuah sumur tua. Di sini juga ada satu keluarga yang sangat miskin dan mereka punya anak perempuan. Singkat cerita, anak itu jatuh dan tenggelam ke dalam sumur tersebut dan menurut cerita, hingga danau ini dibuat, gadis itu tidak ditemukan." tutur petugas kebersihan.

"Lantas, apa hubungannya dengan Kemuning yang tadi menemui saya?" tanya Bara.

"Gadis yang tenggelam di dalam sumur itu bernama Kemuning," jawab Petugas kebersihan itu lagi.

"Bapak serius? Lalu ke mana kedua orang tuanya?" tanya Bara.

"Katanya sih pindah ke daerah yang cukup jauh dari sini, tapi bukan pindah ke perkampungan melainkan pindah ke dalam hutan. Mereka bertani di tempat barunya dan membawa hasil panennya ke pasar di desa sebelah hutan tempat mereka tinggal." Jawab petugas itu panjang lebar.

Petugas itu pun bercerita panjang lebar dan memberitahukan pada Bara, ke mana orang tua Kemuning pindah.

Dan betapa kagetnya Bara, ternyata hutan yang diceritakan oleh petugas itu adalah hutan di mana mereka mengalami kejadian aneh tempo hari.

###

"Kenapa banyak banget kejadian aneh sih setelah hari itu? Aku harus bertemu Anton dan yang lainnya," ujar Bara sambil mengemudikan mobilnya.

Bara menuju ke tempat yang biasa dijadikan titik pertemuan bersama teman-temannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, dia pun sampai di tempat itu.

Anton, Rudi, Julio, dan Keno sudah ada di sana. Karena sebelumnya, Bara sudah menelpon mereka.

Dimulai dari Anton, mereka pun saling bertukar pengalaman aneh yang mereka alami setelah pulang dari kampung kakek. Hanya Julio yang terlihat santai, sepertinya dia tidak mengalami kejadian aneh atau semacamnya.

"Jul, loe kok diem aja. Emang loe nggak ngalamin kejadian aneh kayak kita ya?" tanya Anton.

"Enggak," jawab Julio sedikit sombong.

"Mungkin karena rumah gue berada di samping tempat ibadah," imbuhnya.

"Setan mana peduli sama tempat ibadah. Yang diganggu kan loe, bukan tempat ibadahnya. Belum waktunya kali. Lagi pula ni ya, setau aku, setan takutnya sama ahli ibadah, bukan brandalan seperti kita." cicit Rudi.

"Tapi, bisa jadi sih. Tu setan nggak berani deketin Julio, kan wajah dia lebih serem dari setannya," dan semua pun tertawa mendengar perkataan Anton.

Begitulah mereka kalau sudah berkumpul, ada saja hal konyol yang mereka bahas.

Hari mulai gelap, lampu-lampu sudah mulai dinyalakan. Bara dan yang lainnya pun memutuskan untuk pulang. Mencoba melupakan apa yang sudah terjadi.

"Nah tu dia, akhirnya pulang juga." Sambutan hangat dari Mama saat Bara sampai ke rumahnya.

"Emangnya kenapa Ma?" tanya Bara.

"Ada yang nyariin tuh," tunjuk Mama ke arah sofa, ada seseorang yang sedang duduk di sana. Namun Bara tidak bisa melihat wajahnya karena orang tersebut membelakanginya.

"Mama tinggal dulu ya," kata Mama sambil berjalan meninggalkan Bara dan tamunya.

Bara menuju sofa, dan betapa terkejutnya saat melihat wajah tamunya. "Kemuning!" serunya.

"Maaf ya mas, tadi pagi aku pergi nggak bilang-bilang." ucapnya pada Bara.

"Em, i-iya, nggak pa-pa." Bara gagap, antara takut dan tidak.

"Kenapa mas? Apa mas menganggap aku hantu?" pertanyaan Kemuning membuat Bara jadi salah tingkah.

"Bukan, bukan begitu. Mas hanya kaget saja melihat kamu ada di sini." jawab Bara.

Kemuning menundukkan pandangannya saat Bara terus menatap ke arahnya.

Bara semakin bingung karena Kemuning sama sekali tidak terlihat seperti hantu seperti yang diceritakan oleh petugas kebersihan.

Gadis itu terlihat kalem dan sopan, tidak seperti gadis-gadis kota kebanyakan. Kemuning juga berpenampilan biasa saja, tidak terlalu mencolok.

"Wah, kenapa tiba-tiba hujan." Ujar Mama yang baru saja bergabung dengan Bara dan Kemuning. Mama menemani Kemuning ngobrol karena Bara sedang mandi.

Hingga tengah malam hujan belum juga reda. Kemuning terlihat gelisah, sesekali dia melihat ke arah luar rumah. Hujan masih turun dengan derasnya.

"Rumah kamu di mana?" tanya Bara.

"Tidak jauh dari danau tadi," jawab Kemuning.

"Hujan masih sangat deras, entah sampai kapan kita tidak tahu. Bisa aja hujannya sampai besok pagi. Lebih baik kamu bermalam saja di sini, besok baru Bara akan mengantarkanmu pulang." Ujar Mama dengan lembut.

Karena mama terus mendesak, dan juga jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, akhirnya Kemuning pun setuju.

Bara mengantarkan Kemuning ke kamar tamu, Mama sudah lebih dulu masuk ke kamarnya.

"Mas," panggil Kemuning saat Bara hendak ke luar dari kamarnya.

"Ada apa?" tanya Bara tanpa berbalik.

"Seandainya aku benar-benar hantu, apa Mas masih mau berteman denganku?" Bara memutar tubuhnya menghadap Kemuning. Dia menatap lekat wajah Kemuning yang juga sedang menatap ke arahnya.

Bara melirik ke kiri dan ke kanan, mencari celah agar bisa lari jika tiba-tiba nanti Kemuning berubah jadi hantu dan menerkamnya.

"Apa maksud kamu? Ini sama sekali nggak lucu." cetus Bara.

Kemuning berjalan mendekati Bara. Dia raih tangan Bara lalu menggenggamnya.

"Kamu orang baik, terima kasih." ucapnya.

"Sudah kewajiban kita untuk berbuat baik ke sesama makhluk ciptaan Tuhan," balas Bara.

Kemuning berbalik dan kembali ke kasurnya. Dia mulai merebahkan tubuhnya di kasur yang terasa sangat empuk dan nyaman.

Bara menutup pintu dengan perlahan, kemudian pergi ke kamarnya. Dia rebahkan tubuhnya di kasur, kedua tangannya dilipat dan dijadikan bantalan kepala.

Pikirannya melayang, masih memikirkan siapa sosok Kemuning sebenarnya. Hantukah atau manusia yang kebetulan mempunyai nama yang sama dengan gadis yang diceritakan oleh petugas kebersihan tadi.

Yang lebih menjadi pertanyaan di hatinya, dari mana Kemuning tahu alamat rumahnya? Dan apa yang membuat gadis itu datang kepadanya?

Malam semakin larut hujan belum juga reda, malah semakin deras. Namun, Bara belum juga bisa memejamkan matanya. Dia turun dari kasurnya lalu ke luar, seperti malam-malam sebelumnya, perutnya selalu lapar di tengah malam.

"Astaga!" seru Bara saat melihat rumah yang sudah digenangi oleh air. Bahkan tingginya air hampir sampai ke lantai dua.

"Ma, pa. Rumah kita kebanjiran!" teriak Bara sambil berlari ke sana kemari, berharap ada yang membalas teriakannya.

Hihihi ... Sekelebat bayangan putih melayang sambil tertawa cekikikan di depan Bara lalu tenggelam ke dalam genangan air.

"Hantu!!! teriak Bara dan saat itu juga dia langsung pingsan.

Terpopuler

Comments

buk e irul

buk e irul

jangan terlalu serem ya Mak takut tidur sendiri 😘😘😘

2022-06-03

1

Al Rayan

Al Rayan

sudah ku duga,ini cerita horor tp ada kocaknya plus ada juga campuran lainya😅💪💪semangat mak

2022-05-26

1

Murni Zain

Murni Zain

ceritanya serem .. bikin aku takut 😞

pengn berhenti tapi penasaran sm ceritanya 😄🤭 serius kk author jangan serem ya jangan banyak banyak ya 😊

2022-05-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!