Anton baru saja bangun dari tidurnya. Setibanya di rumah dia langsung tertidur. Matanya begitu sangat mengantuk.
Dengan langkah lesu, dia berjalan menuruni tangga. Hari sudah lewat tengah malam. Sebagian lampu di rumahnya sudah dimatikan.
Ketika melewati ruang keluarga, Anton berhenti sejenak. TV di ruangan itu masih menyala, terlihat seseorang sedang duduk di sofa menghadap ke arah TV.
"Ma, kok belum tidur. Udah jam dua loh. Bukannya besok mama harus ke Bandung ya?" cicit Anton.
"Mas Anton lagi ngapain di situ?" pertanyaan simbok mengalihkan perhatian Anton dari sosok perempuan yang sedang menonton TV.
"Negur mama, Mbok. Tumben-tumbenan nonton TV sampe tengah malam," jawab Anton.
"Mama? Mama siapa? Bukannya ibu sudah pergi ke Bandung ya?" simbok melontarkan beberapa pertanyaan sekaligus.
Anton menoleh ke arah sofa, TV mati dan tidak ada siapa-siapa di sana.
Bulu kuduk pun merinding, suasana rumah terasa horor dan Anton pun bergidik.
Buru-buru dia menuju dapur untuk mengambil air minum, selesai minum dia langsung kembali ke kamar.
Bruk, bruk, bruk ... Angin berhembus dengan kencang membuat jendela terbuka dan tertutup dengan sendirinya. Tirai berwarna putih tulang ikut berkibar ke sana kemari mengikuti arah angin yang meniupnya.
Langit gelap, sepertinya akan turun hujan. Anton mendekati jendela dan hendak menutupnya. Namun, niatnya dia urungkan saat matanya melihat sesosok perempuan yang sedang berjalan di halaman rumahnya.
"Simbok ngapain jam segini sudah berkeliaran di taman? Lagi pula yang bertugas bersihkan taman kan Mang Dodo." Anton menajamkan penglihatannya agar bisa melihat sosok itu dengan jelas.
"Astaga!" Anton berseru saat melihat sosok itu menoleh ke arahnya sambil memperlihatkan deretan giginya yang runcing.
Anton berlari ke luar kamarnya sambil berteriak, "Mbok, mbok!" suara teriakannya memenuhi seluruh penjuru rumah.
"Ada apa, Mas?" suara lirih sedikit mendessah terdengar dari arah belakang Anton.
"Hwaaaa!!" Teriakan Anton semakin melengking saat melihat sosok yang ada di taman sudah berada di dalam rumahnya.
"Set ... Setaaaan!" teriak Anton, dia menggunakan telapak tangan untuk menutupi kedua matanya.
"Mas! Mas Anton. Kenapa berisik banget sih? Tadi manggil-manggil, giliran ditanya, malah bilang simbok setan." gerutu simbok.
Perlahan Anton membuka penutup matanya dan simbok sudah berdiri di hadapannya.
Huft, terdengar helaan nafas lega dari Anton.
"Ada apa sih, Mas? Kok jadi aneh begini. Tadi katanya ada mama sedang nonton TV, sekarang simbok dibilang setan." cicit simbok.
Anton celingukan melihat ke setiap penjuru yang ada di sekitarnya, tidak ada siapa-siapa selain mereka berdua.
Tok
Tok
Tok
Terdengar suara ketukan dari pintu depan rumahnya.
"Siapa yang datang bertamu tengah malam begini?" simbok dan Anton saling bertukar pandang.
Simbok berjalan mengendap-endap menuju pintu, diikuti oleh Anton dari belakang. Sebelum membuka pintu, mereka terlebih dulu mengintip dari balik tirai.
Tidak ada siapa-siapa di sana. Pintu pagar juga terkunci, pak satpam sedang tidur di kursinya. Gerimis mulai turun di sertai kilat dan guruh.
"Angin kali ya mas," terka simbok.
"Bisa jadi," ucap Anton.
Keduanya berbalik hendak kembali ke kamar masing-masing, namun langkahnya terhenti oleh suara ketukan di pintu yang kembali terdengar.
"Kabuuurr!" secara bersamaan Anton dan simbok berlari tunggang langgang, yang satu ke dapur dan satu lagi ke kamar di lantai dua.
Krieeet, pintu terbuka. Pak Satpam dan mamanya Anton berdiri di sana.
"Mereka pada kenapa? Bukannya bukain pintu malah lari. Dasar anak sama simbok gak ada akhlak!" gerutu mama Anton.
Hari sudah pukul lima pagi, drama setan atau hantu sudah berakhir dengan ocehan dari mama. Anton dan simbok berdiri berdampingan sambil mendengar mama yang sedang berpidato, anggap saja mereka sedang apel pagi.
Di rumah Bara,
"Mau ke mana kamu, Bar?" tanya Mama.
"Mau ke kampus, Ma." jawab Bara sambil mencomot roti dari tangan mama.
"Bukannya kamu masih cuti ya?" tanya mama lagi.
"Kan nggak jadi liburannya ma, kasihan para ciwik-ciwik pasti nungguin Bara yang tampan ini." tutur Bara sedikit narsis.
"Tampan kok jomblo!" celetuk papa.
"Nggak usah diperjelas kali, Pa." Bara berpamitan pada kedua orang tuanya, setelah itu langsung meluncur menuju kampus.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Bara menyetir sambil bersenandung ria. Bukannya ke kampus, Bara entah pergi ke mana, dia sendiri tidak tahu.
Dia berhenti di tepi danau yang tidak terlalu jauh dari kota. Setiap sore hari danau itu biasa digunakan untuk bersantai oleh warga sekitar.
Namun, jika pagi hari seperti ini tidak satu pun yang datang, kecuali petugas kebersihan.
Tok
Tok
Tok
Tiba-tiba ada yang mengetuk kaca mobil, Bara tersentak dari lamunannya lalu menurunkan kaca mobilnya.
"Ada apa ya mbak?" tanya Bara pada gadis yang mengetuk kaca mobilnya.
Gadis itu terlihat sedang sedih, terlihat dari matanya yang bengkak dan wajahnya yang basah terkena air mata.
"Aku butuh teman," ucap gadis itu.
Bara membuka pintu mobilnya lalu turun, dia mengedarkan pandangannya lalu matanya tertuju pada sebuah kursi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.
"Kita ngobrol di sana yuk!" ajak Bara dan gadis itu pun mengangguk setuju.
Setelah cukup lama duduk dan tidak satu pun dari mereka yang berbicara, Bara pun mencoba mencairkan suasana agar tidak terlihat kaku.
"Nama kamu, siapa?" tanya Bara.
"Kemuning," jawab Gadis itu.
"Wow, lucu juga ya nama kamu." ucap Bara.
"Tadi kamu bilang katanya sedang butuh teman. Sekarang ada aku di sini, kamu malah diem." imbuhnya.
"Aku kedinginan," suara Kemuning terdengar bergetar seperti sedang menahan sesuatu.
"Kemuning, kamu kenapa? Kok tiba-tiba wajah kamu pucat banget?" Bara terlihat sangat cemas melihat wajah Kemuning yang sangat pucat.
"Dingin," lirih Kemuning, dia melipat kedua tangannya untuk mengurangi rasa dinginnya.
"Mungkin kamu lapar, tunggu sebentar ya, aku belikan kamu makanan."
Bara menelusuri tepi danau sambil melihat ke kanan dan kiri, berharap ada penjual makan yang sudah buka lapak di sekitar sana.
Untung saja ada satu kedai yang sudah buka, Bara mendatangi kedai itu lalu membeli beberapa roti dan sebotol air mineral.
Setelah mendapatkan apa yang dibutuhkan, Bara kembali ke tempat Kemuning yang sedang menunggunya.
"Kemuning! Kamu di mana?" teriak Bara, Kemuning sudah tidak ada di bangkunya.
Seorang petugas kebersihan datang menghampirinya, "Cari siapa mas?" tanyanya.
"Bapak lihat seorang gadis duduk di sini nggak? Tadi dia ada bersama saya, tapi sekarang sudah pergi." tutur Bara.
"Saya nggak lihat siapa-siapa, Mas. Sedari tadi saya lihat mas sendiri di sini. Saya juga bingung saat melihat mas ngoceh sendiri." ungkap petugas kebersihan.
"Bapak becanda nih! Saya tadi berdua sama seorang gadis, namanya Kemuning." kekeh Bara.
###
Siapakah Kemuning?
Tunggu jawabannya di bab berikutnya.
Ikuti terus dan dukung aku ya🙏🥰.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Sekar Sekar
gadis lelembut di hutan kakek
2023-07-04
0
Herlinatriyono 786
lah di pagi menjelang siang ada ya hantu kelayapan
2022-08-13
1
buk e irul
mosok isuk" enek demit Ra 🤣
2022-06-03
1