Bab 2

Matahari sudah berada di atas kepala, namun mereka belum juga menemukan jalan ke luar menuju kota. Mereka sudah berkendara cukup jauh, namun pada akhirnya akan kembali keperbatasan, tempat awal di mana warga kampung mengantarkan mereka tadi.

"Kita berhenti sebentar, kata kakek kalo kita tersesat, berhenti sebentar, berdoa, baru kemudian melanjutkan kembali perjalanan." ujar Bara.

Mereka pun sepakat untuk berhenti lalu turun dari mobil, beristirahat sejenak sambil menikmati bekal yang sempat diberikan oleh kakek pada mereka.

Setelah dirasa cukup, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan menuju kota. Benar saja, tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di gerbang kota.

"Yuhu!! Akhirnya kita sampai juga," seru mereka berlima dengan senang.

Anton menancap gas sambil bersenandung ria. Keno memilih untuk tidur, begitu juga dengan Julio dan Rudi. Bara tetap terjaga karena harus menemani Anton.

Bara menyetel musik agar tidak terlalu sepi. Awalnya musik berputar normal sebagaimana mestinya, namun tiba-tiba saja musik berganti dengan suara yang membuat Anton dan Bara kaget juga ketakutan

Suara tawa cekikikan terdengar sangat melengking dan sangat menyeramkan.

Bara langsung mematikan musiknya dan memilih untuk diam.

"Istirahat dulu deh, kita lanjut lagi nanti." Saran Bara, wajahnya masih terlihat sangat tegang dan ketakutan.

Anton menghentikan mobilnya di sebuah restoran, mereka bisa istirahat sekalian makan.

Bara dan Anton membangunkan ketiga temannya, setelah itu barulah mereka turun secara bersamaan.

"Malam ini, apa acara kita? Semua teman-teman pasti sedang liburan." Ujar Rudi sambil menyeruput kopinya.

"Party saja di tempat biasa, gimana?" Anton meminta pendapat.

Semua saling mengemukakan pendapat, hanya Keno yang terlihat diam tanpa suara.

"Loe kenapa, Ken?" tanya Bara.

"Tumben loe diem begini," imbuh Rudi.

"Badanku capek banget rasanya, punggungku pegel dan berat. Seperti sedang menggendong beban puluhan kilo," jawab Keno.

Bara dan yang lainnya saling bertukar pandang.

"Halah, bilang aja loe inget ma tu hantu cewek, ya kan? Loe pengen begituan lagi kan?" goda Julio.

Mereka pun saling ejek dan setelah hari mulai gelap barulah mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan.

Lampu-lampu jalanan mulai dinyalakan, keramaian kota sudah terlihat di depan mata. Kini giliran Rudi yang mengemudikan mobilnya dan Julio yang menemani di sepanjang perjalanan.

Jika ditempuh dengan kecepatan sedang, hanya butuh sekitar tiga puluh menit perjalanan untuk sampai ke rumah Bara.

Ciiiittt ... Rudi menginjak rem secara tiba-tiba.

"Ada apaan Rud?" tanya Bara.

"Gue hampir nabrak nenek-nenek yang tiba-tiba nyebrang," jawab Rudi, membuat ke empat temannya celingukan melihat ke arah luar.

"Nggak ada siapa-siapa kok. Salah liat kali loe," ujar Anton.

"Ya udah, sini aku yang nyetir. Mungkin kamu kecapekan, makanya jadi halu gitu." Julio menggantikan Rudi. Tidak lama kemudian mereka pun sampai di kediaman Bara.

"Loh, kalian kok sudah pulang. Bukannya kalian mau liburan di rumah kakek?" tanya Peter, papanya Bara.

"Nggak jadi pa, nggak diizinin sama kakek." jawab Bara sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa.

"Bar, kami pulang dulu ya." pamit Anton, mewakili teman-temannya.

Bara mengantar temannya hingga ke depan rumah. Anton, Keno, Julio, dan Rudi pulang menggunakan mobil mereka masing-masing.

Keno mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang, hingga akhirnya dia menghentikan laju mobilnya saat melihat ada seorang gadis yang sedang berdiri di pinggir jalan sambil melambaikan tangannya.

Begitu banyak mobil dan kendaraan lain yang berlalu lalang di sana, namun tidak satu pun dari mereka yang berhenti.

"Beginilah hidup di kota, tidak peduli pada keadaan sekitar." gerutu Keno lalu turun dari mobilnya.

"Ada apa mbak?" tanya Keno.

"Mobil saya mogok, bengkel langganan tidak menjawab telpon dari saya.Sedari tadi saya berdiri di sini, tapi tidak ada satu pun yang peduli," jawab gadis itu dengan raut wajah yang sedih.

"Coba saya cek," tawar Keno.

Keno memeriksa mesin mobil gadis itu dan tidak berselang lama, mobil itu pun sudah selesai diperbaiki.

"Kayaknya ni mobil bukan dari daerah sini ya mbak, dan mobil ini juga sudah tua banget?" tanya Keno.

"Iya mas, ini mobil kakek saya dan saya juga bukan asli sini." jawab gadis itu.

"Sudah nyala kok mobilnya, saya permisi dulu." pamit Keno.

Gadis itu menghampiri Keno lalu mencium bibir Keno secara tiba-tiba, "Terima kasih." ucapnya sambil tersenyum manis. Gadis itu masuk ke dalam mobilnya dan berlalu pergi.

"Sial! Kenapa aku bisa lupa? Seharusnya aku minta nomor ponselnya tadi." Keno merutuki kebodohannya.

Keno kembali melanjutkan perjalanan menuju rumahnya. Setelah sampai ke rumah, Keno langsung mandi.

"Itu punggung kamu kenapa Ken? Kok lebam-lebam begitu?" tanya Mama Keno. Selesai mandi, Keno hanya memakai celana tanpa baju.

Mendengar pertanyaan mamanya, Keno langsung berlari ke arah kaca yang ada di sana. Benar saja, punggungnya dipenuhi oleh lebam. Bukan hanya punggung, namun lebam itu ada di sekujur tubuhnya.

Di rumah Rudi,

Ting Tong, bel rumah berbunyi. Simbok bergegas membukakan pintu untuk tamu yang datang.

"Cari siapa, Non?" tanya Simbok, seorang gadis cantik bertubuh seksi berdiri di hadapannya.

"Mas Rudinya ada, mbok?" tanya gadis itu.

"Oh temennya mas Rudi, ada. Mari silakan masuk!" simbok mengajak gadis itu masuk lalu menyuruhnya untuk duduk di sofa.

Simbok berjalan menuju kamar Rudi dan memberitahukan padanya jika ada yang mencarinya.

"Anda mencari saya?" tanya Rudi pada gadis yang sedang duduk dengan posisi membelakanginya.

Gadis itu menoleh lalu tersenyum, membuat Rudi terdiam seolah sudah terhipnotis oleh senyum manis gadis itu.

"Rumahmu indah sekali, berbanding terbalik dengan rumahku." puji gadis itu sambil berdiri dan berjalan mendekati Rudi.

Rudi masih terdiam, tidak satu pun kata yang terucap dari mulutnya.

"Apa kamu tidak merindukan aku?" tanya gadis itu.

Gadis itu mengalungkan kedua tangannya di leher Rudi, kemudian menyambar bibir Rudi dengan rakus.

Simbok yang sedang membawa minuman untuk menjamu tamunya pun terkejut saat melihat sosok yang sedang memeluk anak dari majikannya itu.

Sesosok perempuan yang sangat menyeramkan, dengan rambut panjang yang kusut dan baju yang dekil dan kucel sedang bermesraan dengan Rudi.

Gadis itu menyeringai dan memperlihatkan deretan gigi dan kukunya yang tajam, simbok ketakutan lalu pingsan.

Rudi ingat siapa gadis itu, namun dia lupa jika gadis itu makhluk yang berbeda alam dengannya.

Permainan pun semakin panas, Rudi semakin beringas membalas permainan lidah gadis itu yang saling membelit dengan lidahnya.

Di mata Rudi, gadis itu sangatlah cantik dan seksi, sehingga dia begitu tergoda dan kejadian di kampung waktu itu pun terulang lagi.

Terpopuler

Comments

Kristiana Subekti

Kristiana Subekti

Hiiiii,,,,suereeeem,,,,,👻👻👻

2022-06-18

1

Riri Ernita

Riri Ernita

berarti cuma bara sendiri yg gk ikutan "mantap2" sama hantu itu

2022-05-25

2

Murni Zain

Murni Zain

merinding Thor... serem banget bayangin ya😞

2022-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!