Bab 5

"Bara, Bar ... Bangun! Hei, Bara. Ini kenapa malah tiduran di luar kamar sih? Emang di kamar ada drakula ya?" cicit mama sambil terus berusaha membangunkan Bara.

Kemuning, Simbok, dan Papa Bara bergantian untuk membangunkan perjaka setengah tua tersebut.

"Umph!" Bara menggeliat lali membuka matanya secara perlahan. Menatap secara bergantian orang yang tengah mengelilinginya. Tiba-tiba saja dia teringat kejadian tadi malam.

"Banjir! Ma, pa, rumah kita kebanjiran." serunya.

Papa dan mama saling bertukar pandang, begitu juga Kemuning dan simbok.

"Di mana yang kebanjiran, Mas?" akhirnya simbok bertanya karena penasaran.

Bukannya menjawab pertanyaan simbok, Bara malah bangun lalu berlari ke arah tangga. Matanya membulat sempurna saat melihat rumah kering tanpa setetes air pun yang membasahi lantainya.

"Aneh," gumamnya sambil menggaruk kepala yang tidak gatal.

"Kamu tu yang aneh, tidur di luar, tiba-tiba bilang banjir. Kamu ngigau ya? Udah buruan mandi, trus kamu antar Kemuning pulang. Kasihan nanti dia dimarahi sama majikannya," oceh Mama.

Bara masuk ke kamarnya tanpa kata, namun masih memikirkan kejadian aneh yang tadi malam dia alami. Semua terasa nyata, tidak mungkin dia bermimpi. Sedangkan dia sama sekali belum tidur.

Sesampainya di kamar, Bara langsung mandi. Dia harus bersiap-siap, karena hari ini dia harus pergi ke kampus

Selesai bersiap-siap, Bara ke luar dari kamarnya dan langsung menuju ke ruang makan untuk sarapan.

Sudah tidak ada siapa-siapa lagi di sana, mungkin semua sudah pergi beraktivitas. Selesai sarapan, Bara mencari Kemuning ke setiap penjuru rumah, bahkan hingga halaman belakang. Namun, Kemuning tidak juga terlihat batang hidungnya.

"Mbok, Kemuning mana ya?" tanya Bara.

"Sudah pulang mas, tadi naik taksi." jawab simbok.

"Papa sama Mama?" tanya Bara lagi.

"Mama pergi arisan, kalo papa pergi ke taman kota. Ada penting katanya," jawab simbok.

Bara berpamitan pada simbok dan langsung cabut. Dia harus cepat-cepat pergi ke kampus, dia tidak mau terlambat.

Di kampus,

Rudi dan Julio sudah ada di kampus, mereka berdua datang lebih awal. Keno tidak datang karena tiba-tiba saja dia tidak enak badan. Anton masih dalam perjalanan menuju kampus.

"Loe tahu nggak si Keno demam karena apa?" tanya Julio.

"Enggak! Emangnya kenapa?" tanya Rudi.

Julio melihat keadaan sekitar lalu memandang wajah Rudi dengan serius. "Aku dengar Keno diganggu makhluk halus. Tadi malam dia berteriak dan bertingkah aneh." tutur Julio.

"Ngaco loe, tahu dari mana loe?" tanya Rudi.

"Mamanya Keno yang bilang, katanya Keno bertingkah seperti orang yang sedang kikuk-kikuk. Dia mendezah dan mengerang seperti yang sedang kelimaks. Padahal yang dia naiki bantal guling," jawaban Julio membuat Rudi merinding, begitu juga Bara yang baru saja datang.

"Tadi malam aku juga mengalami hal aneh, aku melihat kalo rumahku kebanjiran. Trus ada mbak kunti berterbangan sambil ketawa girang kayak orang yang baru terima gaji. Paginya pas aku bangun, ternyata tidak terjadi apa-apa. Kalian ingat nggak? Aku pernah cerita tentang gadis yang aku temui di danau, tadi malam dia ada di rumahku dan pagi ini dia sudah pergi." papar Bara.

"Serius?!" tanya Julio dan Rudi bersamaan.

Bara mengangguk lalu menoleh ke kanan dan ke kiri, "Aku berecana untuk datang ke danau itu sore ini. Aku penasaran siapa sebenarnya Kemuning, manusia atau makhluk jadi-jadian." tuturnya dengan suara pelan.

Bara dan temannya pun mengatur rencana, sepulang kuliah mereka akan berkunjung ke rumah Keno terlebih dahulu. Baru setelahnya mereka akan pergi ke danau.

###

Seperti yang sudah direncanakan, sepulang kuliah dan mengunjungi Keno, Bara beserta Rudi, Julio, dan Anton langsung meluncur ke danau.

Bermodalkan alamat yang dikatakan Mama yang mengatakan bahwa Kemuning bekerja menjadi asisten rumah tangga yang rumahnya tidak jauh dari danau, dan hanya ada satu rumah di sekitar sana.

Setelah mencari, sampailah mereka di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun terlihat sedikit menyeramkan. Rumah bernuansa belanda kuno dengan pohon yang tinggi dan rindang di bagian depan, semakin menambah kesan angker rumah tersebut.

"Bar, kamu yakin Kemuning bekerja di sini?" tanya Rudi.

"Angker lo Bar, lihat halamannya aja kotor. Sepertinya udah lama tidak dibersihkan," sambung Julio.

"Sepertinya rumah ini tidak berpenghuni, sunyi, serem." Imbuh Anton sambil mengusap tangannya yang tiba-tiba saja merinding.

Bara membuka pintu mobil lalu turun dan berjalan ke arah pintu pagar. Bara mengode Anton agar mengemudikan mobil dan masuk ke pekarangan rumah tersebut.

"Bar, kamu yakin ini rumahnya?" tanya Anton.

"Kalian lihat sendiri kan, di sekitar sini cuma ada satu rumah. Dan inilah rumah itu. Ayok ah, jangan cemen." Bara mengetuk pintu rumah tersebut sambil memberi salam.

Tidak ada jawaban, hanya desiran angin yang menium rimbunnya dedaunan yang terdengar. Derik pintu samar-samar terdengar dari arah dalam rumah, seperti ada seseorang yang membukanya.

Wush ... Sekelebat bayangan melintas tidak jauh dari posisi mereka berdiri diiring hembusan angin yang terasa sejuk, padahal hari masih sore dan panas. Bayangan itu berasal dari depan rumah dan menghilang di samping rumah tersebut.

"Apa itu?!" Saking kagetnya, Julio hingga jatuh terjungkal dan terduduk di lantai.

"Bar, pulang yok! Aku yakin ini pasti ada yang tidak beres." ajak Rudi.

Karena lama menunggu dan pintu tidak kunjung dibuka, akhirnya Bara dan teman-teman pun memutuskan untuk pulang.

Namun, baru berjalan beberapa langkah, terdengar suara pintu yang terbuka disusul suara seseorang menyapa mereka.

"Kalian mencari siapa?" tanya suara itu.

Bara menoleh dan melihat sosok perempuan tua dengan rambut blonde sedang berdiri di pintu Meski kulitnya sudah keriput, namun aura kecantikannya masih terpancar.

"Maaf nek, saya mencari Kemuning. Apa dia ada?" tanya Bara.

"Kemuning? Kalian siapa?" tanya Nenek dengan suara datar.

"Saya Bara, temennya Kemuning. Dan itu teman-teman saya," jawab Bara sambil memperkenalkan diri.

Sejenak sang nenek terdiam sambil menatap Bara dan ketiga temannya secara bergantian.

"Kemuning sedang mandi, masuklah!" titahnya.

Bara mengajak ketiga temannya masuk lalu duduk di bangku yang sudah terlihat usang. Rumah bagian dalam tertata dengan bersih dan rapi, hanya bagian luarnya saja yang menyeramkan. Mungkin mereka tidak punya tukang kebun, sehingga pekarangan rumah tidak terawat dengan baik.

Nenek berjalan ke arah belakang, sepertinya menuju ke arah dapur. Meski tubuhnya sudah membungkuk, tapi itu tidak menyulitkannya untuk berjalan.

Tidak lama kemudian, datanglah Kemuning sambil membawa nampan berisi air minum dan beberapa cemilan.

"Silakan!" Kemuning meletakkan minuman dan makanan di hadapan Bara dan teman-temannya.

"Yang tadi itu, siapa?" tanya Julio.

"Dia nenek pemilik rumah ini, namanya Nancy." jawab Kemuning sambil tersenyum manis.

"Wih udah kek nama hantu Belanda aja ya, Nancy." Celetuk Rudi.

Semua menoleh dan menatap tajam ke arah Rudi yang sedang mengunyah cemilan yang tadi disuguhkan oleh Kemuning.

"Apa ada yang salah?"

###

Cerita ini hanya hasil halu author semata.Bukan kisah nyata atau pun mengangkat cerita jaman dulu ya.

Jika pun tertera nama kota atau pun nama daerah, itu hanya pelengkap saja.

Maaf jika masih kurang serem, karena othor sendiri masih belajar dan tidak ahli dalam menulis terutama genre horor.

Semoga terhibur dan selamat membaca🥰.

Terpopuler

Comments

buk e irul

buk e irul

semangat dan sehat sehat terus ya Mak 💪💪💪

2022-06-03

1

Herwy Kurniati

Herwy Kurniati

kog gini.....kog ngk gitu.....thorrrrrr......🙄

2022-05-27

1

Piko Rohati

Piko Rohati

terimakasih up ya kak naya semangat 💪💪

2022-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!