Bab 05
Lelaki tua yang sudah sangat sepuh itu sedang duduk bersila di sebuah lempengan batu pualam hitam tepat di tengah-tengah ruangan lembab di dalam goa di dasar lembah bangkai ini.
Entah sudah berapa lama dia dengan sikap bersemedi seperti itu.
Namun kali ini semedinya terganggu dengan suara jerit pekik dan suara besi beradu.
Daun telinga lelaki tua yang sudah sangat renta ini bergerak-gerak menandakan bahwa dia telah memutus semedi nya.
Tak lama setelah itu kedua kelopak mata nya terbuka dan tiba-tiba saja lelaki tua itu mengempos tubuhnya dan segera melesat keluar goa sambil menyambar sesuatu yang terjun bebas dari atas lembah.
Begitu indahnya gerakan lelaki tua itu menandakan bahwa dia memiliki ilmu meringankan tubuh yang sudah sampai pada tingkat kesempurnaan.
Begitu sosoknya menyambar sesuatu yang mirip dengan buntalan kain itu, dengan menjejakkan kaki nya ke sehelai daun rumput lalu dia segera bersalto beberapa kali dan meluncur deras memasuki goa dimana dia melakukan semadi tadi.
Tak lama setelah itu dia segera meletakkan sesuatu yang disambarnya tadi tepat diatas batu dimana tadi dia melakukan semadi.
"Hmmm... ternyata ini adalah bayi lelaki. Mungkin teriakan seorang wanita tadi adalah ibunya. Indra.. Hmmm anak ini bernama Indra. Aku harus naik keatas untuk melihat apa sebenarnya yang terjadi. "Kata lelaki tua itu dalam hati.
Lelaki tua itu segera melesat dengan ringan memanjat dinding tebing yang keras itu.
Sesampainya di atas, dia sedikit mengernyitkan dahi melihat banyak mayat-mayat berpakaian seperti prajurit kerajaan tergeletak tumpang tindih di tepi mulut jurang lembah bangkai ini.
"Hmmm.. Sepertinya telah terjadi peperangan di tempat ini. Lalu kemana perginya wanita yang meneriakkan nama Indra tadi?" Aku harus segera mencarinya. Mungkin dia melarikan diri atau telah terbunuh ditempat ini." Kata lelaki tua itu bicara sendirian. Namun sebelum dia berlalu, tampak dari jauh sepasukan prajurit menunggang kuda sedang menuju kearahmya.
Melihat dari pakaian mereka bahwa itu adalah prajurit kerajaan, Maka lelaki tua itu hanya acuh tak acuh saja.
Baginya, dia tidak punya urusan dengan mereka.
Rombongan prajurit berkuda itu kini sampai dihadapan lelaki tua itu. Tampak diatas punggung kuda seorang lelaki kekar dengan pakaian yang lebih mencolok dari yang lainnya menandakan, bahwa dia adalah pemimpin rombongan itu segera membentak. "Orang tua. Apakah kau melihat serombongan wanita dikawal oleh beberapa prajurit melewati jalan ini?" Tanya lelaki bangsawan itu dengan angkuh.
"Aku telah di sini dari tadi. Namun aku tidak melihat siapa pun yang lewat kecuali kalian dan mayat-mayat itu." Kata lelaki tua itu sambil menunjuk kearah mayat-mayat para prajurit yang bergelimpangan.
"Kurang ajar. Berbicara lah yang sopan orang tua. Kau tidak tau dengan siapa kau bicara? Perhatikan baik-baik bahwa kami adalah para prajurit dari Paku bumi dan yang ini adalah pemimpin kami bernama Raka pati" Kata salah seorang prajurit membentak.
"Apa.. Apa? Aku tidak dengar." Kata orang tua itu sambil mengarahkan telinganya kearah prajurit itu.
"Hei.. Kalian Anjing-anjing Paku bumi. Aku tidak ada urusan dengan kalian. Jika ada yang kalian cari, pergi sana cari dan jangan ganggu aku." Kata orang tua itu lagi.
"Kurang ajar. Kau harus diajari sopan santun orang tua.
Wikalpa..., Beri pelajaran kepada orang tua itu!" Perintah lelaki bernama Raka pati itu.
Tanpa menunggu perintah kedua kalinya, lelaki yang di sebut dengan nama Wikalpa itu segera melompat dari punggung kuda nya dan dengan ringan sekali mendarat tepat di depan lelaki tua itu.
Sesampainya di hadapan lelaki tua tadi, Wikalpa langsung mengirimkan tendangan disertai pengerahan tenaga dalam tingkat tinggi.
Dia menduga hanya sekali tendang saja maka lelaki tua itu akan berpatahan tulang belulang nya. Namun yang tidak dia duga adalah, bahwa dia hanya menendang ruang kosong.
Wikalpa segera celingukan mencari dimana orang tua itu berada.
"Awas di belakang mu Wikalpa...!" Teriak Raka pati memberi peringatan. Namun terlambat. Wikalpa baru menyadari setelah satu jotosan mendarat di bahu kanan nya.
Mendapat pukulan mengandung tenaga dalam tinggi itu membuat Wikalpa segera terjerembab kedepan mencium tanah.
"Setaaaan.....! Kalian semua. Serang monyet tua ini!" Teriak Wikalpa yang sudah di kuasai oleh kemarahan.
"Hehehehe..., Kalian anjing-anjing paku bumi. Maju lah sekalian agar aku tidak repot-repot membuang waktu ku." Kata orang tua itu sambil terkekeh.
"Kurang ajar! Bunuh lelaki tua itu! Buang mayat nya ke jurang!" Teriak Raka pati marah.
"Seraaaang....!"
"Bunuuuh....!"
Wuzz..!
"Haiiit..."
Begitu para prajurit itu menyerang, tampak lelaki tua itu seperti di kurung oleh kilatan pedang yang silih berganti ditebaskan ke satu arah.
Bagi mereka yang tidak memiliki kepandaian silat, maka dapat di pastikan bahwa tubuh itu akan jadi daging cincang. Namun bagi lelaki tua itu, dia hanya tertawa terkekeh menerima serangan dari segala penjuru.
"Heiit..."
"Ciaaat.."
Begh...
"Uhuuuk.."
Terdengar suara tendangan diselingi suara keluhan tertahan tak kala orang tua itu melancarkan tendangan kaki nya tepat mengenai beberapa prajurit sehingga membuat mereka terpental dan menghantam beberapa teman mereka di belakang.
"Kurang ajar.., mundur kalian semua!" Perintah dari Raka pati.
Semua prajurit yang merasakan kedahsyatan serangan lelaki tua itu mulai ciut nyali nya. Tanpa menunggu perintah dua kali, mereka langsung melompat mundur dari arena pertarungan.
"Hehehe... Ternyata induk anjing mulai turun tangan."
"Tutup mulut mu orang tua!"
"Upst... Hehehe aku akan menutup mulut ku." Kata orang tua itu sambil menutup mulut nya dengan tangan.
"Setaaaan..., kau terlalu menghina orang tua. Rasakan tebasan pedang ku ini."
"Hiyaaaaat...."
Wuzzzt...
"Hehehe..., jurus pedang mu itu hanya bisa menakuti begundal pasar. Sini! keluarkan seluruh ilmu pedang mu! Hehehe..."
"Mampus kau orang Tua..."
Wuzzzz...
Begitu Raka pati selesai dengan ucapannya, dia yang sudah di kuasai kemarahan segera membabatkan pedang nya. Seketika itu juga lelaki tua itu seperti di kurung oleh sinar pedang yang bekelebat ke sana ke mari menyerang titik-titik yang mematikan di tubuh nya.
"Heiiit..."
"Ufts...."
Lelaki tua itu hanya berkelit kesana kemari dengan langkah dan kuda-kuda yang tidak beraturan. Terkadang tubuhnya condong ke depan seperti orang mabuk. Terkadang miring ke samping bahkan dia juga berjongkok melompat-lompat seperti seekor kera. Namun walaupun jurus silat lelaki tua itu terlihat asal-asalan, tapi Raka pati tetep tidak bisa menyarangkan serangannya ke tubuh lelaki tua itu.
"Setan alas. Siapa lelaki tua ini sebenarnya? Jurus-jurus silatnya sungguh aneh. Sangat sulit ditebak." Kata Raka pati dalam hati.
"Orang tua! Siapa kau sebenarnya? Katakan nama dan jukukanmu agar aku bisa menuliskan nama di batu nisan mu." Kata Raka pati dengan nafas terengah-engah.
"Hahahaha. Kau terlalu percaya diri anak muda. Hah? Tadi apa? Kau menanyakan namaku bukan?" Kata Orang tua itu sambil mengarahkan telinganya ke wajah Raka pati.
"Setaaaan...., mampus kau orang tua."
"Hiaaaat..."
Perkelahian kembali pecah dan kali ini lebih sengit dari sebelumnya.
Beberapa lama berlalu, kini tampak orang tua itu berada di atas angin. Dia segera mengirimkan tendangan ke arah pinggang Raka pati, membuat Raka pati berkelit kesamping untuk menghindari tendangan itu. Tapi siapa sangka bahwa tendangan itu hanya tipuan.
Begitu Raka pati berkelit kesamping, Lelaki tua itu segera mengirim jotosan keras ke arah tulang rusuk Raka pati yang kosong tanpa perlindungan. Akibatnya, Raka pati terlempar kesamping dan jatuh miring tepat di bawah ************ kaki kuda miliknya.
Begitu Raka pati jatuh, lelaki tua itu segera melesat ke arah belakang kuda dan menyentil kantong menyan kuda itu.
Sentilan yang mengandung tenaga dalam itu membuat kuda itu meringkik sambil mengangkat kaki depan dan mencak-mencak diatas tubuh Raka pati.
Keadaan Raka pati kini benar-benar tidak karuan setelah di injak-injak oleh kuda yang kantong menyan nya di sentil oleh orang tua itu.
Melihat Raka pati seperti habis di seruduk banteng, lelaki tua itu melompat-lompat kegirangan sambil bertepuk tangan.
"Kembali lah kalian ke paku bumi! Aku tidak punya banyak waktu untuk melayani kalian bermain." Kata orang tua itu dengan wajah angker.
"Ini pedang mainan mu aku kembalikan."
"Wuuuzzz..."
Betapa terkejutnya Raka pati melihat pedang itu menancap di tanah kurang lebih sejengkal saja dari depan hidungnya.
Dia segera bangun dan ingin menyumpah. Namun orang tua itu sudah tak terlihat lagi batang hidung nya.
"Siapa orang tua itu sebenarnya? Ilmu silatnya sunggu sangat sulit di ukur." Kata Raka pati dalam hati.
"Kalian semua bersiap lah! Kita akan kembali ke istana sekarang." Kata Raka pati lalu melompat ke punggung kudanya dan menggebah kuda itu seperti kesetanan di ikuti oleh prajurit bawahannya.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Ambara Sugun
huaadeeh knapa banyak iklan mengganggu
2024-11-17
0
On fire
🩷🩶🩶
2025-02-17
0
On fire
Orang tua sakti
2025-02-17
0