Pangeran Tanpa Mahkota

Pangeran Tanpa Mahkota

Bab Satu

...Perhatian!!!...

Sebelum membaca novel tulisan saya ini, perlu saya tegaskan bahwa Novel karya saya ini tidak ada hubungannya dengan sejarah maupun cerita rakyat yang melegenda.

Jika ada kesamaan nama tempat maupun kejadian, maka itu hanya kebetulan belaka dan tidak ada maksud untuk menyinggung siapa pun.

Kisah yang saya tuangkan di dalam novel karya saya ini hanyalah fiktif belaka dan murni dari pemikiran saya yang liar dan berlebihan tanpa ingin merusak sejarah mau pun warisan yang telah diwariskan oleh leluhur bangsa kita.

Jadi, saya dengan sangat rendah hati mengharapkan kepada pembaca agar memahami maksud saya.

Tujuan saya menulis Novel ini hanya semata-mata untuk hiburan mengisi waktu luang pembaca dengan tulisan saya yang compang-camping ini.

Salam dari saya,

...Edane Sintink....

Sang AUTHOR RECEHAN.

Bab 1.

"Serbuuuu....!!!"

"Seraaang....!!!"

Terdengar pekik teriakan dari segala penjuru.

Suara teriakan di tingkahi dentingan pedang saling bersahutan menenggelamkan kokok ayam jantan di subuh yang seharusnya tenang itu.

Api berkobar di beberapa atap rumah di dalam benteng istana membakar habis beberapa rumah petinggi kerajaan.

Mayat dari kedua belah pihak saling tumpang tindih, teriak pekik kematian laksana nyanyian pengantar perjalanan terakhir para prajurit yang bertempur demi membela keyakinannya masing-masing.

Genderang perang telah dipalu dan hanya ada bentakan dan teriakan pembangkit semangat yang terdengar.

Api pertempuran kini telah menyala dan berkobar sedemikian maraknya.

Ketika suasana terus berkobar seperti ini, maka dapat di pastikan yang menang akan menjadi arang dan yang kalah akan menjadi debu.

Di kerajaan Sri kemuning saat ini tengah menghadapi malapetaka besar sepanjang ratusan tahun kerajaan itu berdiri.

Tidak ada yang akan menyangka Kerajaan yang tadinya aman, damai dan makmur itu bernasib laksana sebutir telur di ujung tanduk.

Apa sebenarnya yang terjadi?

Alkisah bermula disini.

Raja Alam Shah, yaitu generasi ke lima dari pendiri kerajaan Sri kemuning memiliki dua orang Putra benama Pangeran Wardana dan Pangeran Pradana.

Disaat Raja Alam Shah akan menghembuskan nafas terakhirnya, Baginda telah menitahkan sebuah warkah wasiat bahwasanya putra sulung beliau yaitu Wardana yang akan menggantikannya selepas mangkat untuk menjadi Raja ke enam bagi kerajaan Sri kemuning dengan gelar, Raja Perkasa Alam. Sedangkan untuk putra ke dua yaitu Pradana telah diberikan Jabatan sebagai Perdana mentri atau Patih yang akan mendampingi sang Raja dalam menjalankan roda pemerintahan.

Namun wasiat dari Mendiang Raja terdahulu telah di tolak mentah-mentah oleh pangeran Pradana. Ini karena dia tidak ingin tinggal satu atap dengan kakaknya. Dia merasa bahwa dirinya lebih pantas menduduki Tahta kerajaan Sri kemuning dibandingkan dengan kakak nya yang memiliki jasa yang lebih sedikit dibandingkan dirinya.

Sifat serakah, iri, dan dengki membuat dia berfikir siang dan malam mencari cara agar tahta kerajaan itu bisa jatuh ke tangannya.

Sehingga lah pada suatu hari, panglima perang bawahannya kembali ke istana dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang atas negara tetangga.

Sebagai pemimpin tertinggi pasukan, Pradana telah terlebih dahulu kembali ke kerajaan Sri kemuning begitu mendengar bahwa ayahandanya telah mangkat.

Sesampainya dia di istana, seluruh proses pemakaman telah pun selesai di kerjakan.

Hal ini lah yang membuat dia merasa tidak puas atas surat wasiat yang ditinggalkan oleh ayahandanya kepada sesepuh istana dan dia bermati-matian membangkang keputusan bahwa kakaknya yang dilantik menjadi Raja selanjutnya sepeninggalan mendiang ayahandanya.

Berita kemenangan yang dibawa oleh panglima perang itu sedikit menimbulkan harapan baru baginya.

Dengan ini, dia dan panglima perang nya datang menemui Raja di istana dan meminta izin untuk menjadi Raja kecil di kerajaan yang telah mereka taklukkan itu.

Raja Wardana yang tidak mengetahui akal busuk adiknya itu dengan senang hati mengabulkan permohonan adiknya itu dan, dengan sangat suka cita ikut mengantar rombongan itu beserta sepuluh ribu pasukan tentara menyertai perjalanan ke kerajaan paku bumi yang telah mereka taklukkan.

Berkat ketabahan, kesabaran dan semangat berkobar-kobar untuk merampas tahta dari kakaknya, Pangeran Pradana dengan gigih mengumpulkan setiap pemuda di seluruh wilayah kerajaan taklukannya dan melatih mereka menjadi prajurit.

Perlahan namun pasti, usaha yang dilakukan dengan gigih oleh Pangeran Pradana mulai membuahkan hasil.

Sebagai pengukur kekuatan, mereka mulai menyerang kerajaan-kerajaan kecil di sekitar kerajaan Paku bumi yang dikuasainya dan mulai melebarkan sayap serta pengaruhnya terhadap Raja-raja lain di sekitar Paku bumi. Mereka yang takut semuanya menyatakan diri tunduk dibawah perintah Pangeran Pradana.

Berita tentang beberapa kerajaan yang telah berhasil di taklukkan oleh pangeran Pradana membuat Hati kakaknya yaitu Raja Wardana merasa gembira. Kegembiraan yang dirasakan oleh Raja Sri kemuning ini bagaimana pun bertentangan dengan para punggawa kerajaan yang lain.

Mereka beranggapan bahwa pengeran Pradana sengaja ingin bersaing dan ingin mendirikan kerajaan sendiri sebagai kerajaan tandingan bagi Sri kemuning.

Hal ini dapat diketahui dengan sangat jelas bahwa Pangeran Pradana menolak untuk mengirimkan upeti ke kerajaan pusat.

Saat ini para peginggi kerajaan sudah memperingatkan sang Raja bahwa pangeran Pradana sebenarnya memiliki niat jahat dibalik tindakan penaklukan yang telah dilakukan tanpa meminta persetujuan dari kerajaan pusat . Namun sang Raja tidak terlalu memperdulikanya, hingga hal yang paling ditakutkan pun terjadi.

Raja Wardana yang tidak menyangka bahwa adiknya akan memberontak dan ingin merebut tahta yang telah dia duduki selama setahun ini mau tak mau harus memberikan perlawanan dengan persiapan yang seadanya.

Ini karena mereka semua tidak menyangka bahwa mereka akan mendapatkan serbuan oleh prajurit Paku bumi.

Suasana yang tadinya ceria dan gembira karena Permaisuri Raja telah melahirkan seorang putra membuat seluruh Rakyat dan seisi istana bersuka cita menyambut kelahiran sang putra mahkota yang kelak akan memimpin mereka mewujudkan cita-cita luhur menyatukan seluruh kerajaan yang ada di sekitar Sri kemuning ini.

Pangeran Pradana yang cerdik memanfaatkan ketidak siapan para prajurit istana yang sedang berpesta untuk melakukan penyerbuan mendadak.

Malam yang seharusnya membahagiakan itu akhirnya menjadi malapetaka dan mimpi buruk bagi seluruh rakyat dan prajurit Kerajaan Sri kemuning.

Disaat semua orang sedang bersenda gurau, tergelak tawa dan menikmati jamuan yang telah dihidangkan oleh pelayan istana, tiba-tiba mereka dihujani oleh anak panah berapi dari luar tembok.

Tak lama setelah itu, pintu gerbang tembok yang mengelilingi istana pun di dobrak.

Setelah pintu tembok hancur, maka terlihat dari luar ribuan prajurit menyerbu masuk laksana air bah yang melanda apa saja yang ada di depannya.

Mendapat serangan yang tiba-tiba ini membuat para punggawa dan prajurit yang tanpa persiapan perang itu hanya bisa memberikan perlawanan seadanya.

Dapat dibayangkan dengan senjata biasa, tanpa zirah, tanpa perisai, maka mereka hanya akan jadi bulan-bulanan para prajurit Paku bumi yang terkenal gemar berperang.

Namun demi mempertahankan istana dari serangan dan demi kesetiaan mereka terhadap Raja mereka, maka mereka hanya punya satu pilihan yaitu, melawan. Walau mereka tau bahwa kesempatan untuk menang sangat sedikit.

Berkat kegigihan dan tekat yang kuat, para prajurit Sri kemuning mampu memberikan perlawanan sampai malam menjelang subuh.

Namun tampak dengan jelas bahwa kekuatan para prajurit ini telah berkurang lebih dari setengahnya.

"Serbu....!!"

"Kepung mereka!!"

"Jangan biarkan mereka lolos!"

Teriakan dan bentakan seperti itu ibarat nyanyian yang syahdu yang hanya bisa didengarkan di medan perang.

Saat ini pihak yang menyerang semakin memperhebat serangan nya dan pihak yang di serang bermati-matian bertahan di depan pintu istana demi mencegah agar mereka tidak dapat masuk kedalam istana dimana Raja mereka dan para wanita istri pembesar kerajaan sedang berkumpul disana.

Akibatnya, semakin banyak korban yang berjatuhan di pihak prajurit Kerajaan Sri kemuning.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

OM. KOMED

OM. KOMED

bikin karya lagi lah, karya anda semua sudah q baca ew

2024-07-27

1

GS 1-16-5

GS 1-16-5

pangeran nir mahkota😁

2023-09-23

1

MOTOKI

MOTOKI

yang kalah jadi abu itu masuk akal. Tapi maksud dari yang menang jadi arang itu apa thor?.

2023-02-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Melarikan Permaisuri
3 Kematian Raja Wardana
4 Pangeran Indra jatuh ke dalam jurang
5 Eyang Santalaya
6 Calon murid
7 Pangeran Indra gagal ditemukan
8 Mengirim utusan ke kerajaan Galuh
9 Surat ancaman dari Raja Pradana
10 Membentuk kekuatan baru
11 Bidadari Kipas Perak
12 Menyusu dengan induk rusa
13 Rencana menjual perhiasan
14 Gagak Rimang
15 Kegagalan Gagak Rimang
16 Penyamun lembah jati
17 Membagi hasil rampokan kepada Rakyat
18 Calon Prajurit kerajaan Galuh
19 Pertarungan ke-dua dengan Gagak Rimang
20 Kematian Gagak Rimang
21 Penderitaan Warga Waringin
22 Mimpi sang Raja
23 PANGERAN TANPA MAHKOTA
24 Runtuhnya kerajaan Setra kencana
25 Penyebab kekalahan prajurit Setra kencana
26 Keris tumbal kemuning
27 Undangan dari padepokan jati Anom
28 Padepokan jati Anom
29 Teka-teki asal-usul pangeran Indra
30 Pertemuan para sesepuh
31 menguji keaslian keris tumbal kemuning
32 Teka-teki jati diri telah terungkap
33 Dibawah cahaya sang rembulan
34 Utusan Prabu Rakai Galuh
35 Warkah sang Baginda
36 Jebakan Lembah Jati
37 Kampung Mati
38 Tiba di kadipaten Pitulung
39 Sandiwara sang Senopati
40 Bentrok dengan Prajurit kadipaten Pitulung
41 Mereka terkepung
42 Pertempuran di kadipaten Pitulung
43 Wikalpa nyaris mampus
44 Datuk Marah Lelang
45 Pertarungan Maut
46 Kematian Datuk Marah Lelang dan Wikalpa
47 Kembalinya sang Pangeran
48 Rencana mengepung lembah jati
49 Pertemuan yang mengharukan
50 Pertemuan para pembesar
51 Pengepungan di perbatasan lembah jati
52 Darah sang Pahlawan
53 Prajurit pembawa kabar
54 Ingin meninjau kekuatan Musuh
55 Menjebak musuh
56 Gagal memancing musuh
57 Larkin
58 Sang pembawa kabar
59 Prajurit dari kerajaan Galuh tiba di bagian timur
60 Mencegat rombongan prajurit Kerajaan Galuh
61 Prajurit dari kerajaan Galuh kembali
62 Memboyong Permaisuri ke kerajaan Galuh
63 Pangeran Indra Mahesa berburu rusa
64 Putri Melur
65 Pangeran Indra mengalah
66 Raja Garingging
67 Sumpah sang Pangeran
68 Tiba di kota raja
69 Hilangnya para prajurit Pratisara
70 Kembalinya Pratisara
71 Penuturan dari Pratisara
72 Panglima tertinggi kerajaan Galuh
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Sekar Mayang.
76 Sadewa kembali membawa kabar
77 Kerumunan rakyat di depan istana
78 Sumbangan dari Rakyat
79 Pasukan kerajaan Galuh mulai berangkat
80 Lagi-lagi Larkin selamat
81 Kecurigaan terhadap Larkin
82 Membuntuti Larkin
83 Larkin atau Pratisara
84 Kembali mengatur siasat
85 Misteri siapa yang benar
86 Pembagian Tugas
87 Taktik Obor
88 Pengkhianat itu ternyata?
89 Pengkhianatan Pratisara
90 Rencana membongkar kedok Pratisara
91 Tumenggung Paksi datang membawa kabar
92 Peperangan di kadipaten Gedangan
93 Pecahnya peperangan
94 Pertarungan Larkin melawan Pratisara
95 Amukan Pratisara
96 Kedatangan Pangeran Indra bersama Gayatri
97 Pertarungan hidup dan mati
98 Hancurnya Tenaga dalam milik Pratisara
99 Penantian yang sia-sia
100 Pratisara tiba di dalam pasukan Raka Pati
101 Jaya Pradana telah sampai
102 Kematangan siasat ketika ini di uji
103 Pasukan bantuan kembali tiba
104 Seribu pasukan berkuda menghampiri kadipaten Gedangan
105 Kedatangan Raden Danu beserta seribu pasukan berkuda
106 Rencana malam nanti
107 Menjalankan rencana
108 Api di istana Setra kencana
109 Memilih prajurit inti
110 Berangkat ke lembah jati
111 Kembali ke kota raja
112 Kembali ke kota raja adalah penyesalan
113 Kenekatan kedua Putri
114 Ulah Putri Melur
115 Gayatri 2-1 Putri Melur
116 Tiba di Lembah Jati
117 Kemarahan Pangeran Indra Mahesa
118 Pasukan Paku Bumi tiba di desa Waringin
119 Memasuki lembah jati
120 Detik-detik sebelum pertempuran
121 Kobaran api di lembah jati
122 Tewasnya Raka Pati dan Gagak Ireng
123 Guru sang Pangeran keluar dari sarangnya
124 Peperangan kembali meletus
125 Pembantaian terakhir
126 Menghadang Raja Jaya Pradana
127 Pertarungan Jaya Pradana melawan Indra Mahesa
128 Pertarungan dua dedengkot sakti
129 Entah bagaimana nasib Eyang Santalaya
130 Datuk Hitam terlalu tangguh
131 Tewasnya dedengkot aliran sesat
132 Sambutan dari rakyat
133 Pangeran Indra Mahesa dalam Dilema
134 Kebesaran hati seorang gadis bernama Gayatri
135 Tiba di kota raja
136 Pangeran Indra mengalah
137 Pernikahan tanpa cinta
138 Penobatan Pangeran Indra sebagai Raja
139 Meninggalkan istana
140 Tiba di Puncak Alam
141 Peresmian pernikahan Indra Mahesa dan Gayatri
142 Episode akhir
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Bab Satu
2
Melarikan Permaisuri
3
Kematian Raja Wardana
4
Pangeran Indra jatuh ke dalam jurang
5
Eyang Santalaya
6
Calon murid
7
Pangeran Indra gagal ditemukan
8
Mengirim utusan ke kerajaan Galuh
9
Surat ancaman dari Raja Pradana
10
Membentuk kekuatan baru
11
Bidadari Kipas Perak
12
Menyusu dengan induk rusa
13
Rencana menjual perhiasan
14
Gagak Rimang
15
Kegagalan Gagak Rimang
16
Penyamun lembah jati
17
Membagi hasil rampokan kepada Rakyat
18
Calon Prajurit kerajaan Galuh
19
Pertarungan ke-dua dengan Gagak Rimang
20
Kematian Gagak Rimang
21
Penderitaan Warga Waringin
22
Mimpi sang Raja
23
PANGERAN TANPA MAHKOTA
24
Runtuhnya kerajaan Setra kencana
25
Penyebab kekalahan prajurit Setra kencana
26
Keris tumbal kemuning
27
Undangan dari padepokan jati Anom
28
Padepokan jati Anom
29
Teka-teki asal-usul pangeran Indra
30
Pertemuan para sesepuh
31
menguji keaslian keris tumbal kemuning
32
Teka-teki jati diri telah terungkap
33
Dibawah cahaya sang rembulan
34
Utusan Prabu Rakai Galuh
35
Warkah sang Baginda
36
Jebakan Lembah Jati
37
Kampung Mati
38
Tiba di kadipaten Pitulung
39
Sandiwara sang Senopati
40
Bentrok dengan Prajurit kadipaten Pitulung
41
Mereka terkepung
42
Pertempuran di kadipaten Pitulung
43
Wikalpa nyaris mampus
44
Datuk Marah Lelang
45
Pertarungan Maut
46
Kematian Datuk Marah Lelang dan Wikalpa
47
Kembalinya sang Pangeran
48
Rencana mengepung lembah jati
49
Pertemuan yang mengharukan
50
Pertemuan para pembesar
51
Pengepungan di perbatasan lembah jati
52
Darah sang Pahlawan
53
Prajurit pembawa kabar
54
Ingin meninjau kekuatan Musuh
55
Menjebak musuh
56
Gagal memancing musuh
57
Larkin
58
Sang pembawa kabar
59
Prajurit dari kerajaan Galuh tiba di bagian timur
60
Mencegat rombongan prajurit Kerajaan Galuh
61
Prajurit dari kerajaan Galuh kembali
62
Memboyong Permaisuri ke kerajaan Galuh
63
Pangeran Indra Mahesa berburu rusa
64
Putri Melur
65
Pangeran Indra mengalah
66
Raja Garingging
67
Sumpah sang Pangeran
68
Tiba di kota raja
69
Hilangnya para prajurit Pratisara
70
Kembalinya Pratisara
71
Penuturan dari Pratisara
72
Panglima tertinggi kerajaan Galuh
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Sekar Mayang.
76
Sadewa kembali membawa kabar
77
Kerumunan rakyat di depan istana
78
Sumbangan dari Rakyat
79
Pasukan kerajaan Galuh mulai berangkat
80
Lagi-lagi Larkin selamat
81
Kecurigaan terhadap Larkin
82
Membuntuti Larkin
83
Larkin atau Pratisara
84
Kembali mengatur siasat
85
Misteri siapa yang benar
86
Pembagian Tugas
87
Taktik Obor
88
Pengkhianat itu ternyata?
89
Pengkhianatan Pratisara
90
Rencana membongkar kedok Pratisara
91
Tumenggung Paksi datang membawa kabar
92
Peperangan di kadipaten Gedangan
93
Pecahnya peperangan
94
Pertarungan Larkin melawan Pratisara
95
Amukan Pratisara
96
Kedatangan Pangeran Indra bersama Gayatri
97
Pertarungan hidup dan mati
98
Hancurnya Tenaga dalam milik Pratisara
99
Penantian yang sia-sia
100
Pratisara tiba di dalam pasukan Raka Pati
101
Jaya Pradana telah sampai
102
Kematangan siasat ketika ini di uji
103
Pasukan bantuan kembali tiba
104
Seribu pasukan berkuda menghampiri kadipaten Gedangan
105
Kedatangan Raden Danu beserta seribu pasukan berkuda
106
Rencana malam nanti
107
Menjalankan rencana
108
Api di istana Setra kencana
109
Memilih prajurit inti
110
Berangkat ke lembah jati
111
Kembali ke kota raja
112
Kembali ke kota raja adalah penyesalan
113
Kenekatan kedua Putri
114
Ulah Putri Melur
115
Gayatri 2-1 Putri Melur
116
Tiba di Lembah Jati
117
Kemarahan Pangeran Indra Mahesa
118
Pasukan Paku Bumi tiba di desa Waringin
119
Memasuki lembah jati
120
Detik-detik sebelum pertempuran
121
Kobaran api di lembah jati
122
Tewasnya Raka Pati dan Gagak Ireng
123
Guru sang Pangeran keluar dari sarangnya
124
Peperangan kembali meletus
125
Pembantaian terakhir
126
Menghadang Raja Jaya Pradana
127
Pertarungan Jaya Pradana melawan Indra Mahesa
128
Pertarungan dua dedengkot sakti
129
Entah bagaimana nasib Eyang Santalaya
130
Datuk Hitam terlalu tangguh
131
Tewasnya dedengkot aliran sesat
132
Sambutan dari rakyat
133
Pangeran Indra Mahesa dalam Dilema
134
Kebesaran hati seorang gadis bernama Gayatri
135
Tiba di kota raja
136
Pangeran Indra mengalah
137
Pernikahan tanpa cinta
138
Penobatan Pangeran Indra sebagai Raja
139
Meninggalkan istana
140
Tiba di Puncak Alam
141
Peresmian pernikahan Indra Mahesa dan Gayatri
142
Episode akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!