Pangeran Indra jatuh ke dalam jurang

Bab 04

"Oh Tuhan yang maha kuasa. Semuanya telah berakhir" Kata Senopati Arya prana segera turun dari kudanya.

Mereka yang mendengar petir menggelegar di langit disertai hujan panas dan angin kencang secara tiba-tiba itu mengerti bahwa fenomena alam ini adalah sebuah pertanda bahwa seseorang yang berjiwa besar telah terbunuh dalam keadaan mempertahankan kedaulatannya.

"Gusti Senopati. Pertanda apakah ini?" Tanya salah seorang perwira.

"Gusti Prabu Wardana telah mangkat. Ini sudah berakhir palasara." Kata Senopati Arya prana kepada bawahannya itu.

"Lalu apa yang harus kita lakukan setelah ini Gusti?"

"Gusti Prabu telah memerintahkan kita untuk menunggu rombongan pelarian Permaisuri di lembah bangkai. Mari kita lanjutkan perjalanan dan menunggu mereka di sana!" Ajak Senopati Arya prana sambil menggebah punggung kudanya.

Sisa-sisa prajurit itu kini hanya bisa mengikuti saja kemana Senopati Arya akan membawa mereka.

***

Di depan istana Sri kemuning kini tampak sisa prajurit yang telah dikalahkan oleh pasukan Pangeran Pradana tampak berlutut meratapi jenazah Raja Wardana yang terbaring kaku dengan bersimbah darah.

Mereka hanya bisa menyerah karena sudah tidak mungkin lagi terus melakukan perlawanan karena sudah tidak memiliki raja lagi.

Mereka hanya berdoa dalam hati agar rombongan pelarian permaisuri Galuh cendana selamat tiba di kerajaan Galuh dengan selamat bersama junjungan mereka Pangeran Indra mahesa. Dengan begitu maka, harapan untuk berjuang kembali merebut tahta akan kembali terbuka untuk menggulingkan raja yang tidak sah yaitu Pangeran Pradana.

"Penjarakan mereka semua dan hukum pancung siapa saja yang enggan bekerja sama dan tunduk dibawah perintahku.!" Kata Pangeran Pradana dengan lantang.

"Panglima Raka pati..., geledah seluruh istana ini dan temukan siapa saja yang masih hidup! Kumpulkan mereka di alun-alun istana.!

"Sendiko dawuh Gusti Prabu." Kata panglima Raka pati menyembah takzim lalu bergegas memasuki istana untuk melakukan pembersihan.

Setelah beberapa saat kemudian dia kembali keluar lalu kemudian melaporkan.

"Ampun Gusti Prabu. Istana ini telah kosong. Hamba tidak melihat seorang pun yang berada di dalam istana ini." Kata Panglima Raka pati melaporkan.

"Setaaaan alaaas...., Cari Yunda permaisuri Galuh cendana dan putra mereka sampai ketemu. Aku yakin mereka melarikan diri lewat terowong rahasia bersama Keris tumbal kemuning. Kejar mereka dan bagi prajurit menjadi beberapa kelompok untuk melakukan pengejaran. Aku tau kemana mereka pergi saat ini." Kata Pangeran Pradana sambil melotot marah.

"Daulat Gusti prabu!" Kata panglima Raka pati lalu menunjuk para prajurit untuk mengikuti nya melakukan pengejaran.

"Gagak ireng dan kau Wikalpa! Bawa anak buah mu untuk melakukan pengejaran ke lembah bangkai. Bunuh siapa saja yang kau lihat disana." perintah Pangeran Pradana.

"Hamba laksanakan Gusti Prabu." Kata mereka berdua lalu segera berangkat bersama sekitar seribu orang prajurit.

Sementara itu rombongan pelarian Permaisuri yang di kawal oleh panglima Rangga dan Panglima paksi telah sampai di pinggiran hutan menuju lembah bangkai.

"Mari Gusti Permaisuri. Sebenar lagi kita akan sampai di pinggir jurang lembah bangkai. Disana kita telah ditunggu oleh sisa prajurit yang dibawa oleh Senopati Arya prana." Kata panglima Rangga sambil memandang kesana kemari. Dia sangat khawatir bahwa orang-orang pangeran Pradana akan melakukan pengejaran.

"Dinda Paksi.., Potong beberapa batang kayu agar kita bisa membuat tandu untuk membawa Gusti Permaisuri. Bagaimana pun Gusti Permaisuri tidak akan kuat melakukan perjalanan jauh setelah baru saja tadi malam beliau melahirkan." Kata panglima Rangga menyuruh bawahannya untuk membuat tandu.

"Baiklah kanda Rangga. Aku akan segera menyiapkan tandu. Kanda berjaga-jaga lah. Lindungi keselamatan junjungan kita."

"Jangan khawatir dinda. Lekas lah. Kita tidak punya banyak waktu." Desak panglima Rangga.

Kini para prajurit yang di tugaskan mengawal keselamatan Permaisuri dan Pangeran Indra mahesa mulai membagi tugas untuk menjaga dan menyiapkan pembuatan tandu agar pergerakan mereka bisa lebih cepat. Ini karena, jika membiarkan Sang Permaisuri tetap berjalan sendirian akan memperlambat pergerakan mereka.

Tak lama kemudian sebuah usungan tandu pun selesai di buat. Lalu panglima Paksi mempersilahkan permaisuri untuk duduk di dalamnya.

"Gusti Permaisuri. Silahkan duduk di tandu yang telah kami siapkan ini dan hamba akan memerintahkan para prajurit untuk bergantian membawa Gusti permaisuri dan junjungan kami agar kita bisa segera sampai dengan cepat ke pinggiran lembah bangkai. Karena Senopati Arya prana sudah menunggu kita disana." Kata panglima paksi mempersilahkan dengan hormat.

Setelah semuanya diatur, mereka pun kini bersiap siap melakukan perjalanan.

Karena kini mereka bergerak dengan cepat, maka tidak berapa lama kemudian akhirnya rombongan yang melarikan diri dari istana itu bertemu dengan pasukan yang di pimpin oleh Senopati Arya prana.

Melihat Sang permaisuri telah selamat bertemu dengan mereka, Senopati Arya prana sangat gembira. Dia segera berlutut bersama sisa prajurit yang dibawa nya.

"Gusti permaisuri, Hamba dan seluruh sisa prajurit akan mengikuti perintah Tuanku kemana saja Yang mulia akan membawa kami, maka kami akan mengikuti Tuanku." Kata Senopati Arya prana masih dengan sikap berlutut.

"Arya prana.., Mari kita meneruskan perjalanan menuju kerajaan Galuh." Kata Permaisuri Galuh cendana memberi perintah.

"Daulat gusti" Kata mereka serentak.

Namun belum lagi mereka benar-benar melangkah pergi, Serombongan pasukan yang di pimpin oleh panglima Soka nanta telah mengalangi mereka.

"Hahahaa..., mau lari kemana kalian heh? Menyerah lah dan lekas berikan kepadaku Keris tumbal kemuning. Kemungkinan Gusti prabu Pradana akan memberikan hukuman yang lebih ringan kepada kalian." Kata panglima Soka nanta sambil menyeringai penuh kebengisan.

"Puuuiiih..., Penghianat sepertimu tidak layak berbicara seperti itu dihadapan Gusti permaisuri." Kata panglima Rangga sambil menyemburkan ludahnya di tanah.

"Hahahaha..., Rangga. Kau saat ini tidak lebih dari seekor tikus yang di buru oleh seekor kucing. Kau masih bisa berlagak di hadapan ku? Sebentar lagi tempat ini akan di kepung oleh pasukan dibawah pimpinan Raka pati. Kalian akan dibantai habis di tempat ini. Sebaiknya lekas serahkan keris itu agar aku bisa memohon pengampunan untuk kalian."

"Jangan mimpi kau penghianat. Mati bagi kami adalah sebuah kehormatan dari pada hidup menanggung hina karena menjadi seorang penghianat dan budak nafsu bagi orang yang gila tahta." Kata panglima Rangga dengan tersenyum mengejek.

"Kurang ajar!"

"Kalian semua. Bunuh bangsat keparat ini dan jangan sisakan satupun." teriak Soka nanta sambil menghunus pedangnya.

"Seraaaang.....!"

"Serbuuuu....!"

Seketika hutan di pinggir lembah bangkai yang tadinya sepi itu mendadak pecah oleh sorak-sorai jerit pekik dan dentingan suara senjata beradu.

"Lindungi Permaisuri dan junjungan....!!!" teriak salah satu dari mereka

Tidak ada pilihan bagi pasukan pelarian dari berjuang mati-matian untuk memenangkan pertempuran itu.

Saat itu Soka nanta menerobos barisan pengawal yang mengawal tandu tempat dimana permaisuri duduk.

Banyak dari prajurit yang mengawal tandu itu yang terbunuh. Kini hanya tinggal permaisuri yang ketakutan sambil menggendong pangeran Indra.

"Serahkan keris tumbal kemuning kepadaku Gusti permaisuri! Sebelum aku bertindak kurang ajar kepada mu."

"Puuuiih...., Dasar penjilat laknat. Kau tidak pantas berbicara seperti itu di depanku"

"Kekuasaan mu telah runtuh, tapi kau masih saja berlagak sombong di sini"

"Kau tidak akan mendapatkan apa pun yang kau cari Soka nanta. Kau akan mati disini oleh prajurit ku."

"Hahaha..., kita lihat saja Gusti." Kata Soka nanta lalu melompat menerkam kearah Permaisuri dan mencengkram kain pembedung pangeran Indra mahesa.

"Lepaskan setan!!! Bajingan kau!"

"Plak"

Tampak permaisuri tersungkur akibat tamparan yang sangat keras yang di lepaskan oleh Soka nanta.

"Serahkan keris itu lekas!!!" Teriak Soka nanta dan kembali merampas kain yang membalut tubuh pangeran Indra. Setelah beberapa lama saling tarik menarik akhirnya tubuh pangeran yang terbalut kain sutra berwarna kuning itu terlempar lalu meluncur deras kedalam jurang tanpa dapat di bendung lagi.

"Indra...., anakku...." Jerit sang permaisuri menyaksikan tubuh mungil sang pangeran meluncur deras ke dasar jurang yang sangat dalam itu.

Senopati Arya permana yang menyaksikan itu lansung meluruk kearah Soka nanta yang masih terpaku menyaksikan kejadian itu.

Karena dia tidak siap dan melihat kearah jurang, maka dia tidak menyadari Senopati Arya prana telah menyerangnya.

Begitu dia berpaling, Senopati Arya prana telah menghujamkan keris nya tepat di uluh hati soka nanta. Tidak ada waktu lagi untuk menghindar dan keris itu tepat menikam dada yang tanpa perlindungan itu.

"Kau...., kau! pengecut.'

Hanya itu kata yang mampu di ucapkan oleh Soka nanta lalu ambruk dengan nyawa melayang keluar dari raga nya.

"Anak ku... Arya...! Cepat turun kebawah dan selamatkan junjunganmu." Teriak Permaisuri histeris.

Baru saja Arya prana hendak melakukan perintah, Tiba-tiba di kejauhan terdengar derap kaki kuda yang begitu banyak.

"Gusti. Kita sudah tidak punya waktu lagi. Ayo kita segera melarikan diri. Setelah aman, kami akan berusaha untuk menemukan pangeran." Kata Senopati Arya prana sambil menarik tangan permaisuri dan bersama dengan sisa-sisa prajurit yang masih hidup segera melarikan diri menuju ke kerajaan Galuh di iringi oleh tangisan dari permaisuri.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

On fire

On fire

🩷🩶💞💞

2025-02-17

0

On fire

On fire

👍👍💓

2025-02-17

0

lukman

lukman

👍👍💪💪

2023-01-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Melarikan Permaisuri
3 Kematian Raja Wardana
4 Pangeran Indra jatuh ke dalam jurang
5 Eyang Santalaya
6 Calon murid
7 Pangeran Indra gagal ditemukan
8 Mengirim utusan ke kerajaan Galuh
9 Surat ancaman dari Raja Pradana
10 Membentuk kekuatan baru
11 Bidadari Kipas Perak
12 Menyusu dengan induk rusa
13 Rencana menjual perhiasan
14 Gagak Rimang
15 Kegagalan Gagak Rimang
16 Penyamun lembah jati
17 Membagi hasil rampokan kepada Rakyat
18 Calon Prajurit kerajaan Galuh
19 Pertarungan ke-dua dengan Gagak Rimang
20 Kematian Gagak Rimang
21 Penderitaan Warga Waringin
22 Mimpi sang Raja
23 PANGERAN TANPA MAHKOTA
24 Runtuhnya kerajaan Setra kencana
25 Penyebab kekalahan prajurit Setra kencana
26 Keris tumbal kemuning
27 Undangan dari padepokan jati Anom
28 Padepokan jati Anom
29 Teka-teki asal-usul pangeran Indra
30 Pertemuan para sesepuh
31 menguji keaslian keris tumbal kemuning
32 Teka-teki jati diri telah terungkap
33 Dibawah cahaya sang rembulan
34 Utusan Prabu Rakai Galuh
35 Warkah sang Baginda
36 Jebakan Lembah Jati
37 Kampung Mati
38 Tiba di kadipaten Pitulung
39 Sandiwara sang Senopati
40 Bentrok dengan Prajurit kadipaten Pitulung
41 Mereka terkepung
42 Pertempuran di kadipaten Pitulung
43 Wikalpa nyaris mampus
44 Datuk Marah Lelang
45 Pertarungan Maut
46 Kematian Datuk Marah Lelang dan Wikalpa
47 Kembalinya sang Pangeran
48 Rencana mengepung lembah jati
49 Pertemuan yang mengharukan
50 Pertemuan para pembesar
51 Pengepungan di perbatasan lembah jati
52 Darah sang Pahlawan
53 Prajurit pembawa kabar
54 Ingin meninjau kekuatan Musuh
55 Menjebak musuh
56 Gagal memancing musuh
57 Larkin
58 Sang pembawa kabar
59 Prajurit dari kerajaan Galuh tiba di bagian timur
60 Mencegat rombongan prajurit Kerajaan Galuh
61 Prajurit dari kerajaan Galuh kembali
62 Memboyong Permaisuri ke kerajaan Galuh
63 Pangeran Indra Mahesa berburu rusa
64 Putri Melur
65 Pangeran Indra mengalah
66 Raja Garingging
67 Sumpah sang Pangeran
68 Tiba di kota raja
69 Hilangnya para prajurit Pratisara
70 Kembalinya Pratisara
71 Penuturan dari Pratisara
72 Panglima tertinggi kerajaan Galuh
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Sekar Mayang.
76 Sadewa kembali membawa kabar
77 Kerumunan rakyat di depan istana
78 Sumbangan dari Rakyat
79 Pasukan kerajaan Galuh mulai berangkat
80 Lagi-lagi Larkin selamat
81 Kecurigaan terhadap Larkin
82 Membuntuti Larkin
83 Larkin atau Pratisara
84 Kembali mengatur siasat
85 Misteri siapa yang benar
86 Pembagian Tugas
87 Taktik Obor
88 Pengkhianat itu ternyata?
89 Pengkhianatan Pratisara
90 Rencana membongkar kedok Pratisara
91 Tumenggung Paksi datang membawa kabar
92 Peperangan di kadipaten Gedangan
93 Pecahnya peperangan
94 Pertarungan Larkin melawan Pratisara
95 Amukan Pratisara
96 Kedatangan Pangeran Indra bersama Gayatri
97 Pertarungan hidup dan mati
98 Hancurnya Tenaga dalam milik Pratisara
99 Penantian yang sia-sia
100 Pratisara tiba di dalam pasukan Raka Pati
101 Jaya Pradana telah sampai
102 Kematangan siasat ketika ini di uji
103 Pasukan bantuan kembali tiba
104 Seribu pasukan berkuda menghampiri kadipaten Gedangan
105 Kedatangan Raden Danu beserta seribu pasukan berkuda
106 Rencana malam nanti
107 Menjalankan rencana
108 Api di istana Setra kencana
109 Memilih prajurit inti
110 Berangkat ke lembah jati
111 Kembali ke kota raja
112 Kembali ke kota raja adalah penyesalan
113 Kenekatan kedua Putri
114 Ulah Putri Melur
115 Gayatri 2-1 Putri Melur
116 Tiba di Lembah Jati
117 Kemarahan Pangeran Indra Mahesa
118 Pasukan Paku Bumi tiba di desa Waringin
119 Memasuki lembah jati
120 Detik-detik sebelum pertempuran
121 Kobaran api di lembah jati
122 Tewasnya Raka Pati dan Gagak Ireng
123 Guru sang Pangeran keluar dari sarangnya
124 Peperangan kembali meletus
125 Pembantaian terakhir
126 Menghadang Raja Jaya Pradana
127 Pertarungan Jaya Pradana melawan Indra Mahesa
128 Pertarungan dua dedengkot sakti
129 Entah bagaimana nasib Eyang Santalaya
130 Datuk Hitam terlalu tangguh
131 Tewasnya dedengkot aliran sesat
132 Sambutan dari rakyat
133 Pangeran Indra Mahesa dalam Dilema
134 Kebesaran hati seorang gadis bernama Gayatri
135 Tiba di kota raja
136 Pangeran Indra mengalah
137 Pernikahan tanpa cinta
138 Penobatan Pangeran Indra sebagai Raja
139 Meninggalkan istana
140 Tiba di Puncak Alam
141 Peresmian pernikahan Indra Mahesa dan Gayatri
142 Episode akhir
Episodes

Updated 142 Episodes

1
Bab Satu
2
Melarikan Permaisuri
3
Kematian Raja Wardana
4
Pangeran Indra jatuh ke dalam jurang
5
Eyang Santalaya
6
Calon murid
7
Pangeran Indra gagal ditemukan
8
Mengirim utusan ke kerajaan Galuh
9
Surat ancaman dari Raja Pradana
10
Membentuk kekuatan baru
11
Bidadari Kipas Perak
12
Menyusu dengan induk rusa
13
Rencana menjual perhiasan
14
Gagak Rimang
15
Kegagalan Gagak Rimang
16
Penyamun lembah jati
17
Membagi hasil rampokan kepada Rakyat
18
Calon Prajurit kerajaan Galuh
19
Pertarungan ke-dua dengan Gagak Rimang
20
Kematian Gagak Rimang
21
Penderitaan Warga Waringin
22
Mimpi sang Raja
23
PANGERAN TANPA MAHKOTA
24
Runtuhnya kerajaan Setra kencana
25
Penyebab kekalahan prajurit Setra kencana
26
Keris tumbal kemuning
27
Undangan dari padepokan jati Anom
28
Padepokan jati Anom
29
Teka-teki asal-usul pangeran Indra
30
Pertemuan para sesepuh
31
menguji keaslian keris tumbal kemuning
32
Teka-teki jati diri telah terungkap
33
Dibawah cahaya sang rembulan
34
Utusan Prabu Rakai Galuh
35
Warkah sang Baginda
36
Jebakan Lembah Jati
37
Kampung Mati
38
Tiba di kadipaten Pitulung
39
Sandiwara sang Senopati
40
Bentrok dengan Prajurit kadipaten Pitulung
41
Mereka terkepung
42
Pertempuran di kadipaten Pitulung
43
Wikalpa nyaris mampus
44
Datuk Marah Lelang
45
Pertarungan Maut
46
Kematian Datuk Marah Lelang dan Wikalpa
47
Kembalinya sang Pangeran
48
Rencana mengepung lembah jati
49
Pertemuan yang mengharukan
50
Pertemuan para pembesar
51
Pengepungan di perbatasan lembah jati
52
Darah sang Pahlawan
53
Prajurit pembawa kabar
54
Ingin meninjau kekuatan Musuh
55
Menjebak musuh
56
Gagal memancing musuh
57
Larkin
58
Sang pembawa kabar
59
Prajurit dari kerajaan Galuh tiba di bagian timur
60
Mencegat rombongan prajurit Kerajaan Galuh
61
Prajurit dari kerajaan Galuh kembali
62
Memboyong Permaisuri ke kerajaan Galuh
63
Pangeran Indra Mahesa berburu rusa
64
Putri Melur
65
Pangeran Indra mengalah
66
Raja Garingging
67
Sumpah sang Pangeran
68
Tiba di kota raja
69
Hilangnya para prajurit Pratisara
70
Kembalinya Pratisara
71
Penuturan dari Pratisara
72
Panglima tertinggi kerajaan Galuh
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Sekar Mayang.
76
Sadewa kembali membawa kabar
77
Kerumunan rakyat di depan istana
78
Sumbangan dari Rakyat
79
Pasukan kerajaan Galuh mulai berangkat
80
Lagi-lagi Larkin selamat
81
Kecurigaan terhadap Larkin
82
Membuntuti Larkin
83
Larkin atau Pratisara
84
Kembali mengatur siasat
85
Misteri siapa yang benar
86
Pembagian Tugas
87
Taktik Obor
88
Pengkhianat itu ternyata?
89
Pengkhianatan Pratisara
90
Rencana membongkar kedok Pratisara
91
Tumenggung Paksi datang membawa kabar
92
Peperangan di kadipaten Gedangan
93
Pecahnya peperangan
94
Pertarungan Larkin melawan Pratisara
95
Amukan Pratisara
96
Kedatangan Pangeran Indra bersama Gayatri
97
Pertarungan hidup dan mati
98
Hancurnya Tenaga dalam milik Pratisara
99
Penantian yang sia-sia
100
Pratisara tiba di dalam pasukan Raka Pati
101
Jaya Pradana telah sampai
102
Kematangan siasat ketika ini di uji
103
Pasukan bantuan kembali tiba
104
Seribu pasukan berkuda menghampiri kadipaten Gedangan
105
Kedatangan Raden Danu beserta seribu pasukan berkuda
106
Rencana malam nanti
107
Menjalankan rencana
108
Api di istana Setra kencana
109
Memilih prajurit inti
110
Berangkat ke lembah jati
111
Kembali ke kota raja
112
Kembali ke kota raja adalah penyesalan
113
Kenekatan kedua Putri
114
Ulah Putri Melur
115
Gayatri 2-1 Putri Melur
116
Tiba di Lembah Jati
117
Kemarahan Pangeran Indra Mahesa
118
Pasukan Paku Bumi tiba di desa Waringin
119
Memasuki lembah jati
120
Detik-detik sebelum pertempuran
121
Kobaran api di lembah jati
122
Tewasnya Raka Pati dan Gagak Ireng
123
Guru sang Pangeran keluar dari sarangnya
124
Peperangan kembali meletus
125
Pembantaian terakhir
126
Menghadang Raja Jaya Pradana
127
Pertarungan Jaya Pradana melawan Indra Mahesa
128
Pertarungan dua dedengkot sakti
129
Entah bagaimana nasib Eyang Santalaya
130
Datuk Hitam terlalu tangguh
131
Tewasnya dedengkot aliran sesat
132
Sambutan dari rakyat
133
Pangeran Indra Mahesa dalam Dilema
134
Kebesaran hati seorang gadis bernama Gayatri
135
Tiba di kota raja
136
Pangeran Indra mengalah
137
Pernikahan tanpa cinta
138
Penobatan Pangeran Indra sebagai Raja
139
Meninggalkan istana
140
Tiba di Puncak Alam
141
Peresmian pernikahan Indra Mahesa dan Gayatri
142
Episode akhir

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!