Perlahan air mata Arga jatuh, hening kamar itu di serta desiran angin melalui pentilasi udara menjadi saksi bisu pengungkapan kata Arga.
"Lucu yah, aku bilang aku benci dan cuma seminggu aku jadi sayang, kamu punya kekuatan apa sih sayang? Bang Arga jadi takut kehilangan kamu," Arga tersenyum kemudian memandang Gevanya dalam. "Tidur aja kamu gemesin loh, apalagi bangun, cepet bangun dong kesayangannya Abang Suami."
Suara Arga mulai serak entah kenapa dia jadi cengeng begini setelah semua sikap dingin dan kejamnya yang dia bangun selama ini terasa hancur dihadapan Gevanya.
"Bangun! Nurut! Ini perintah suami," Suara Arga berdecit pelan. "Kalau kamu gak bangun, siapa yang bakal jadi terapis Abang?"
Arga memilih diam saat ini, semua keluh kesahnya sudah ia keluarkan, perlahan ia menyandarkan kepalanya di tepi ranjang dan ikut tertidur karena menunggui Gevanya.
Papa Ardan dan Ayah Raden yang baru saja masuk ke ruangan rawat Gevanya merasa hangat sehingga mereka memilih meninggalkan Gevanya dan Arga berdua saja.
"Lebih baik kita pulang saja, saya percaya Arga bisa menjaga Gevanya," Ayah Raden mengajak Pak Ardan pulang.
Pak Ardan mengangguk kemudian mereka meninggalkan ruangan tersebut melewati koridor, sementara itu diruangan rawat Loki, Bianca sedang memberikan obat saat Loki langsung melempar obat tersebut menjauh darinya.
"Kau ingin sembuh Bukan? Lihat keadaanmu sekarang Loki, jika yang kau beginikan Ridwan dia pasti sudah tidak peduli lagi, beruntunglah aku yang memberikan mu obat sekarang," Bianca menaruh obat Loki di nakas.
"Kau senang kan! Karena sahabatmu menang sekarang dan aku harus menderita begini," Loki menatap tajam Bianca yang merupakan sahabat Gevanya juga.
"Harusnya," Bianca memperbaiki selang infus Loki. "Tapi aku bukan tipikal yang suka tertawa di atas penderitaan orang lain."
"Ck!" Loki berdecak.
"Loki, kau harus tahu, bahwa anak didalam kandungan Gevanya sudah gugur, apakah kau tidak merasa bersalah?" tanya Bianca menatap Loki dalam.
Loki tertawa pelan. "Baguslah! Itu adalah hal sepadan untuknya, lagipula siapa yang membutuhkan anak sialan itu!"
"Dan bisa saja anak sialan itu adalah satu-satunya anakmu," Bianca memotong.
Loki mengangkat alisnya yang membuat Bianca menghela napas panjang kemudian menjelaskan. "Karena cedera tulang belakang itu hampir enam puluh persen berpengaruh ke sistem reproduksi, bisa saja kau mengalami mandul atau sebagainya dan kau tidak akan memiliki keturunan."
Deg!
Loki tersentak mendengar fakta ini, lumpuh saja sudah cukup buruk dan kini dia terancam mandul karena kecelakaan ini.
Prang!
Loki menghamburkan seisi yang ada diatas nakas karena terpancing emosi. "Sialan! Harusnya aku mati saja dan Gevanya juga ikut mati dalam kecelakaan ini."
"Kau tidak waras Loki,"
"Tenang!" Bianca menangkup wajah Loki. "Masih ada yang peduli, ini bukan akhir, jadikan ini batu loncatan untuk menjadi lebih baik."
"SIAPA?"
"Pasti ada,"
Loki tidak meggubris dia tetap mengamuk yang membuat Gevanya tidak tahan.
Ia segera memanggil Ridwan, dan tak lama kemudian Ridwan datang dengan terkejut melihat ruangan tersebut yang berantakan.
"Ada apa Ca?" tanya Ridwan yang melihat kondisi Loki yang mengangguk, Bianca menjelaskan yang membuat Ridwan menghela napas panjang.
Ridwan berjalan ke sebuah rak kemudian menyiapkan sebuah suntikan untuk Loki. Ridwan menyerahkan suntikan itu kepada Bianca.
"Aku yang akan pegang dia," Bianca mengangguk paham saat Ridwan berjalan dan memegang Loki.
Bianca kemudian menyuntikkan cairan tersebut yang merupakan cairan penenang pasien.
•
•
•
TBC
Assalamualaikum
Jangan lupa Like
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments
Fi Fin
Bianca itu pelakor kan yg dulu mau ambil Adam dr Dikta , kok di sini Bianca sahabat Dikta ya
2024-06-30
0
Lia Bagus
ahhh si Abang suami 😍
2024-02-04
0
Umi Maryam
rasain kami loki udah di bayar tunai azab nya oleh allah , kamu ga mau ngakuin anak yg di kandung geva ,
2023-12-15
1