Part 4 : Keraguan Hati

Sesampainya di rumah, Syifa tampak lesu tidak ceria seperti biasanya. Entah kenapa dadanya terasa sesak teringat calon suaminya dengan seorang wanita.

Keraguan melanda hatinya, mulutnya seolah ingin mengatakan tidak ingin melanjutkan perjodohan ini, tetapi mengingat kondisi kesehatan kakek, tidak mungkin untuknya mengambil tindakan yang gegabah.

Ummi Salwa yang memperhatikan putrinya selepas pulang kuliah sampai sekarang, hanya keluar untuk makan dan sholat. Biasanya Syifa akan menemani adik-adiknya mengerjakan PR, tetapi malam ini dia lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar.

"Ndo, kamu sudah tidur?" tanya beliau masuk ke kamar Syifa.

Dilihatnya sang putri berbaring di tempat tidur.

"Belum ummi" jawabnya menyembunyikan suara seraknya.

"Tadi siang temanmu ke sini dan memberitahu umi kalau pesanan undangan pernikahannya sudah jadi, besok Insyaa Allah mau diantar ke sini " ujar beliau duduk di tepi tempat tidur.

Ummi Salwa mengusap lembut kepala putrinya yang tertutup hijab.

"Kamu kenapa, ndo? Ada masalah apa? Cerita sama ummi.."

Syifa menggeleng pelan.

"Ummi tahu kamu sedang menyembunyikan sesuatu"

Syifa tak kuasa menahannya lagi, dia beranjak dan langsung memeluk umminya.

"Ummi..hikss...hiks.." terisak di pelukan umminya.

"Iya sayang, kamu kenapa toh cah ayu? Cerita sama ummi..jangan di pendam sendiri begitu"

"Ummi, Syifa lihat pak dosen, dia bertemu dengan wanita lain"

"Dimana? Mungkin kamu salah lihat.."

"Tidak ummi, Syifa yakin itu dia.. hiks hiks..Syifa ingin membatalkan perjodohan ini saja. Dia punya kekasih lain mi"

"Ingat ndo. Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk melakukan tabayyun ketika mendapat informasi yang masih belum jelas, sebagaimana tertulis dalam Q.S al-Hujurat ayat 6 :

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu

Kita tidak diperbolehkan menuduh orang tanpa bukti dan belum jelas kebenarannya, karena jatuhnya hanya akan jadi fitnah. Naudzubillah mindzalik" nasehat ummi Salwa mencium kening putrinya.

"Tapi rasanya sakit ummi. Syifa lihat dengan mata kepala Syifa sendiri, dan itu jelas sekali. Kalau dia bertemu dengan wanita lain, lantas siapa wanita itu kalau bukan kekasihnya?"

"Ndo, istighfar. Ummi tahu kamu sedang marah, ummi selalu mengingatkan kalau tidak baik membuat suatu keputusan di saat kita sedang emosi. Ada baiknya nanti ummi dan abah tanyakan pada Fadlan, supaya tidak simpang siur"

"Astaghfirullahaladzim..Ya Allah" Syifa menutup wajahnya dengan kedua tangan.

'Ya Allah.. ampuni Hamba sudah terpancing bujuk rayu syaithon. Sungguh tidak seharusnya hamba merasa marah dan cemburu sebelum adanya ikatan pernikahan'

"Asyifa putri ummi, di mata manusia kalian memang dipertemukan melalui perjodohan. Namun semua itu atas kehendak-Nya, jika bukan karena Allah yang berkehendak, bagaimana mungkin hati kalian berdua akan tergerak untuk saling legowo dalam proses menuju pernikahan?"

Isak tangisnya sudah tidak terdengar, wajahnya menunduk menyembunyikan matanya yang sembab.

"Sudah sholat Isya, sayang?" tanya umminya.

"Sampun ummi" jawabnya lirih.

"Alhamdulillah, ya sudah sekarang kamu istirahat saja. Nanti malam bangun, sholat tahajjud nyuwun ten Gusti Allah (meminta/berdo'a pada Allah), supaya diberikan ketenangan hati dan dimudahkan juga dilancarkan segala sesuatunya"

"Dawuhe Nyai Hj. Noor Khodijah, tirakatmu menentukan masa depan suamimu .

Sebagai istri yang baik, kita tidak hanya berkewajiban untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara materi, namun juga berkewajiban untuk membantu suami mencapai tujuan hidupnya. Maka dari itu, perlu memiliki tekad dan semangat yang kuat untuk meningkatkan keterampilan yang bisa berguna untuk membantu suami.

 Eling, ndo . Berumah tangga bukan hanya pemenuhan kebutuhan biologis saja. Akan tetapi di dalamnya dibutuhkan kerja sama berbagi peran antara suami dan istri. Komunikasi yang baik juga dibutuhkan dalam berumah tangga, jadi kalau terjadi salah faham, keduanya bisa menyelesaikannya dengan sikap yang dewasa"

"Matursuwun ummi, sudah mengingatkan Syifa"

Syifa mengangguk mendengar penjelasan umminya. Mendengar nasehat dari umminya membuat Syifa sedikit tenang dan perlahan dia tertidur di pangkuan sang ibunda. Ummi Salwa tahu betul bahwa sebetulnya Syifa mulai menaruh hati pada pria yang menjadi calon suaminya.

...----------------...

*Rumah Adiba

Semalam Syifa mengatakan ingin berkumpul di rumah Adiba sepulang kuliah, kebetulan Adiba dan Jihan juga sedang tidak ada kepentingan lain. Sore hari setelah izin pada orang tuanya, Syifa bergegas menuju rumah Adiba.

Jarak rumah Adiba cukup jauh dari rumah Syifa, membuat ibundanya sedikit khawatir, apalagi dengan keadaan Syifa yang sedang tidak stabil emosinya. Akhirnya dia diantar oleh abahnya dan mengatakan kalau kemungkinan akan menginap di sana untuk menenangkan fikiran.

Abah dan umminya memaklumi jika anak gadisnya sedang butuh waktu untuk berbagi cerita dengan sahabat-sahabatnya. Tentu saja karena orang tua Syifa juga sudah mengenal dengan baik orang tua Adiba, maka dari itu mereka mengizinkan putrinya untuk menginap di sana.

"Assalamu'alaikum" ucap Syifa dan abahnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah" jawab Adiba berbarengan dengan ustadz Taufiq, ayah dari Adiba.

"Mari silahkan duduk pak Musthofa"

Ustadz Taufiq menyalami abah Musthofa dan mempersilahkan untuk duduk.

"Abi, Adiba izin ajak Syifa ke lantai dua ya?"

"Oh ya sudah, matur sama mbak buatkan kopi untuk abi dan abahnya Syifa"

"Nggih abi"

"Syifa menginap di rumah Adiba dulu nggeh bah?" pamit Syifa mencium tangan abahnya.

"Iya ndo. Jangan lupa jaga sholatmu dan jangan merepotkan selama di sini ya?"

"Loh ko merepotkan? Saya malah senang, karena rumah ini jadi ramai kalau ada Jihan sama Syifa menginap di sini. Umminya Adiba ada yang bantu mengajar ngaji anak-anak" tutur ustadz Taufiq menyelipkan gurauan ringan dalam perkataanya.

Setelah berpamitan, Adiba mengajak Syifa ke lantai dua, sebelumnya dia menyampaikan amanat dari abinya pada mbak yang membantu pekerjaan rumah umminya untuk membuatkan kopi.

Sedari di kampus, Syifa tidak bisa menyembunyikan mata sembabnya. Sampai Jihan dan Adiba khawatir melihat sahabatnya itu, ketika ditanya Syifa enggan menjawabnya. Dia bilang akan bercerita di luar kampus saja.

"Nah ini anaknya dateng juga. Sini sini Syifa cantik..kamu kenapa sih hari ini mellow banget, fix kamu harus jelasin ke kita sekarang juga!" omelnya yang sedang duduk di balkon rumah Adiba.

"Jihan..hussh..biar Syifa minum dulu" tegur Adiba.

"Oh iya, iya..minum dulu deh Syif, nih aku bawain jajan kesukaan kamu"

Setelah sedikit tenang, Syifa menunjukkan layar handphonenya pada Adiba. Jihan yang tingkat keingin tahuannya mencapai 99%, langsung ikut melihatnya.

Adiba membaca dengan seksama, sedangkan Jihan berulang kali membacanya dengan suara yang nyaring. Rupanya Syifa memperlihatkan undangan video digital pernikahannya dengan Fadlan.

"Pernikahan Asyifa Humaira, putri pertama bapak Musthofa Latif dan Ibu Salwa Shafira dengan M. Fadlan Ganendra putra pertama alm. Bpk Fadhil Ganendra dan almh. Ibu Aminah Adawiyah?" Adiba menoleh ke arah Syifa.

Syifa menggenggam gelas lalu mengangguk lesu.

"Asyifa Humaira dan M. Fadlan Ganendra? Fadlan Ganendra? Pernah denger namanya, tapi dimana ya?" tanya Jihan yang memang pelupa.

Adiba berdecak sebal dengan sahabatnya yang satu ini, suka ceplas ceplos, pikun juga, ya itulah Jihan.

"Oh ya! Kan itu nama dosen baru kita, Pak Fadlan yang ganteng, keren, berkharisma.." sembari membayangkan wajah dosen baru yang dimaksud.

"Nah baru inget tuh" cibir Adiba.

"Ehh!! Wait... Jangan bilang..Fadlan yang dimaksud itu pak dosen?" tanya Jihan menebak asal.

"Fadlan Ganendra yang ini dan pak dosen orang yang sama kah Syif?" tanya Adiba pelan.

Syifa mengangguk lagi, kali ini air matanya mulai menetes.

"What?? Kok bisa?" tanya Jihan dan Adiba berbarengan.

"Aaa...seriuss ini? aku lagi mimpi ngga sih!" ucap Jihan speechles.

Syifa mulai menceritakan dari awal sampai akhir diiringi air mata yang menetes membasahi pipinya, sedangkan Adiba dan Jihan serius mendengarkannya, tentunya mereka berdua ikut terbawa suasana.

"Huaa..jahat deh kalian, Syifa udah di khitbah ngga bilang ke aku"

"Maaf Jihan.. aku waktu itu ngga bermaksud-"

"It's okay Syif...yang sabar ya" memeluk sahabatnya.

"Huftt..Syifa, kenapa ngga bilang dari awal kalau calon suami kamu itu pak dosen, Syif" kata Adiba merangkul sahabatnya.

"Aku juga awalnya ngga tahu kalau dia ternyata dosen baru di kampus kita..hikss..hikss.."

"Huhu...my bestie, beruntung banget sih kamu. Aku inget kemarin sore, mas Hasbi ngechat aku, terus dia bilang ketemu sama kamu. Terus waktu itu kalian ngga sengaja lihat pak dosen, yang di maksud itu pak Fadlan ya?"

"Hem.. iya aku ngga sengaja ketemu mas Hasbi juga"

"Kamu sudah tanyakan ke pak Fadlan, Syif?" menggenggam tangan Syifa.

"Belum. Justru aku sedang berfikir apakah aku pantas bertanya tentang ini? Bahkan dia-" jelasnya kembali menangis.

"Dia bilang tidak bisa memberitahu alasannya kenapa dia setuju dengan perjodohan ini" tuturnya semakin terisak.

Adiba dan Jihan tidak tega melihat Syifa yang menangis sampai seperti itu.

"Sudah Syif, jangan menangis lagi, kita jadi ikutan sedih. Besok kita datang ke panti asuhan itu ya? Kita cari tahu kebenarannya. Awas aja kalau pak dosen berani bohongin kamu..." geram Jihan.

"Tenang Syif. Sekarang ambil wudhu terus ikut sholat jamaah bareng abi sama ummiku yuk" ajak Adibah karena sebentar lagi masuk waktu maghrib.

"Iya, malem ini kita nginap di sini ya" kata Jihan menyiapkan mukenah untuk mereka.

Syifa menurut saja, karena saat ini memang hatinya butuh ketenangan. Salah satunya di rumah Adiba, yang sering di datangi Syifa kala sedang gelisah, mendengarkan nasehat umminya Adiba yang kebetulan seorang ustadzah.

Selesai sholat, Adiba mencoba meminta saran kepada umminya tentang permasalahan yang sedang di alami sahabatnya.

"Jadi begitu ummi ceritanya" ujar Syifa selesai menceritakan pada umminya Adiba yang akrab di sapa, ummi Fatima.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Syifa, beliau meletakkan mushaf di meja.

"Jodoh pada dasarnya itu sudah diatur, tapi manusia diberikan kesanggupan oleh Allah Subhannahu Wa Ta'ala untuk melakukan hal yang bisa di upayakan.

Jodoh maupun takdir itu sudah ditentukan, tapi juga bisa berubah-ubah jika memang Allah kehendaki. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mengetuk rahmat Allah untuk mendapatkan ketetapan yang baik dengan apa coba? Syifa, Adiba, Jihan ada yang tahu?"

"Berdo'a ummi" lirih Syifa.

"Masyaa Allah, betul sekali dengan cara berdo'a. Do'a sendiri terbagi menjadi dua kategori yakni doa batin dan do'a dhohir.

Do'a batin adalah doa yang kita panjatkan di sepertiga malam, setelah sholat. Do'a dhohir adalah doa yang kita upayakan. Do'a dhohir merupakan upaya manusia untuk mendekatkan pada tujuan yang ingin dicapai.

Manusia ini kan dhohir atau lemah, la haula wala quwwata illa billah. Maqom manusia adalah berusaha, tidak bisa kita diam saja berharap makanan datang sendiri ke mulut kita kemudian kita kenyang. Kita harus berusaha mencari makanan memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya, menelannya, lalu kemudian kenyang. Ini adalah maqom manusia ya, berusaha atau berupaya"

"Kalau menurut ummi tentang calon suami Syifa, bagaimana?" tanya Adiba.

"Menurut pandangan ummi, berdasarkan penjelasan dari Syifa. Insyaa Allah dia pria yang baik akhlaqnya, sholeh dan bertanggung jawab. Dulu abi dan ummi juga dipertemukan melalui perjodohan sama seperti Syifa, bahkan ummi dan abahnya Syifa juga sama"

Mereka bertiga kompak melihat ke arah ummi Fatima.

"Ngapunten ummi Fatima, kenapa ummi bisa tahu kalau dulu umminya Syifa sama abah di jodohkan juga?" tanya Syifa penasaran.

"Dulu mbak Salwa itu kakak tingkatnya ummi di pondok, dan kami sempat beberapa kali ketemu di ndalem'e bu Nyai. Waktu itu mau ada acara penyambutan tamu, ummi tidak tahu kalau di situ ummi di jodohkan dengan abinya Adiba. Ummi manut saja, sami'na wa atho'na sama guru dan orang tua.

Berbeda dengan umminya Syifa, yang waktu itu selalu curhat sama ummi kalau belum ingin menikah dan tidak mau dijodohkan. Tapi, qodarullah, umminya Syifa malah menyusul pernikahan kami satu minggu kemudian. Berawal dari kakeknya Syifa yang datang ke acara pondok lalu motornya mogok, di situ umminya Syifa datang menolong sampai kotor semua bajunya. Setelah itu kakeknya Syifa menemui Kyai Amir, lalu melamar ummi Salwa untuk abahnya Syifa"

"Pantas saja sampai sekarang ummi jadi menantu kesayangan kakek ya Syif?" gurau Jihan.

Syifa tersenyum mendengar kisah pertemuan kedua orang tuanya.

"Ndo, ada kalanya jodoh sebagai cerminan diri, ada kalanya sebagai pelengkap, dan ada kalanya sebagai cobaan.  Itu qudratullah. Terkait rezeki jodoh mati ini memang sudah digariskan Allah. Jadi bagaimana kita mensyukurinya, kalaupun jodoh kita ndilalah sebagai pelengkap ataupun cerminan ini enak. Kalau pun nanti jadi cobaan, jadikanlah ladang pahala.

Pesan untuk Syifa dari ummi, atas apa yang sedang Syifa alami sekarang,

Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sangat mencegah perbuatan prasangka yang sangat buruk dengan sabdanya:

Sekali-kali janganlah kamu berburuk sangka, karena sesungguhnya buruk sangka adalah perkataan yang paling bohong. Dan janganlah kamu mengintai-intai, dan janganlah kamu merisik-risik, dan janganlah kamu berdengki-dengkian dan janganlah kamu berbenci-bencian dan janganlah kamu berbalik-belakangan, dan jadilah kamu seluruh hamba Allah bersaudara. (HR. Bukhori, Muslim, dan Abu Dawud)" menggenggam tangan sahabat putrinya memberikan sebuah ketenangan.

...----------------...

* Rumah Sakit GN

Fadlan baru saja selesai rapat, dia keluar dari ruangan dengan wajahnya yang suntuk. Sudah dipastikan kalau besok pagi jadwalnya sangat padat, mulai besok dia resmi menjadi CEO Rumah Sakit Ganendra.

Hari ini saja dia tidak bisa datang ke kampus untuk mengisi mata kuliah seperti biasa karena kesibukannya di Rumah Sakit.

Ketika dalam perjalanan pulang ke rumah, handphonenya berdering. Dilihatnya ada pemberitahuan pesan dari sahabatnya, Salim.

Dari : Ustadz Salim

"Assalamu'alaikum, Fad. Tadi tidak sengaja aku melihat Syifa di rumah ustadz Taufiq ketika aku datang berkunjung. Aku melihat dia diantar abahnya, sepertinya dia sedang ada masalah, karena aku sedikit mendengar pembicaraan abahnya Syifa dengan ustadz Taufiq"

...............

Fadlan memijat pelipisnya, mencoba mengurangi sedikit rasa penatnya seharian ini ditambah setelah membaca pesan dari sahabatnya.

"Dek, kamu kenapa?" gumamnya menyandarkan kepalanya.

"Ada apa?" tanya Aidan yang duduk di sebelah pak Ridwan, supir pribadi Fadlan.

"Tidak apa-apa, kita urus masalah ini besok setelah acara makan siang selesai"

...----------------...

Selesai membersihkan badan dan menunaikan sholat Isya, Fadlan bersiap untuk istirahat.

"Bismillah.." merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya yang berukuran king size.

"Adek masih di sana atau sudah pulang ke rumah? Apa sebaiknya aku telfon ummi saja?" gumamnya meraih handphone di nakas.

Fadlan memutuskan untuk menghubungi calon ibu mertuanya, menanyakan kabar tentang Syifa.

Ummi Salwa menceritakan apa yang putrinya sampaikan padanya, cukup lama Fadlan berbicara di telfon dengan ummi dan abahnya Syifa. Karena sudah malam, Fadlan menyudahi telfonnya.

Dia mengusap wajahnya gusar. Dia merasa telah melakukan kesalahan yang membuat Syifa begitu sedih.

Fadlan memandangi pesan singkatnya dengan Syifa di layar handphonenya.

"Assalamu'alaikum. Sedang dimana?" mengirim pesan singkat pada Syifa.

Dengan perasaan yang tidak menentu, Fadlan menunggu jawaban dari Syifa. Namun bukan balasan pesan yang di dapat, malah panggilan masuk.

Pertama kalinya dia akan melakukan panggilan dengan Syifa, rasanya gugup campur bahagia. Ketika di angkat...

"Halo, assalamu'alaikum?"

Dari sebrang sana bukan suara Syifa yang ia dengar.

"Wa'alaikumussalam. Maaf ya pak Fadlan yang terhormat. Maaf kalau saya lancang, saya Jihan Salsabila, bukan sedang berbicara sebagai mahasiswi pada dosen, tapi seorang sahabat pada seorang pria" ketusnya di sebrang sana.

"Anda sudah membuat sahabat terbaik saya menangis, oh bukan cuma itu dia sampai tidak selera makan, matanya sembab, bibirnya pucat. Jadi tolong jangan hubungi Syifa atau kirim pesan dulu, Syifa merasa sudah dibohongi" suaranya menggelegar di kamar Adiba.

"Hei..pelankan suaramu" bisik Adiba.

"Dimana Syifa?" tanya Fadlan datar.

"Syifa sedang mencari calon suami baru!" gertak Jihan.

"Saya tanya sekali lagi, dimana Syifa?" menaikkan suaranya ketika bertanya.

Syifa tidak bisa menahan gejolak yang ada di hatinya, dia mengambil handphone dari tangan Jihan.

"Maaf sebelumnya, tapi itu tidak penting untuk anda"

"Penting. Karena saya calon suami kamu" dengan menekan kata calon suami.

"Anda masih bisa mengatakan itu setelah bertemu seseorang? Mungkin sebaiknya anda selesaikan dulu permasalahan dengan masa lalu anda, supaya ketika anda memulai dengan orang baru, tidak ada hal lagi yang menghantui perasaan anda, pak" jelas Syifa dengan nada dingin.

"Syif, sabar" Adiba berbisik sembari mengusap punggung Syifa

'jadi betul, Syifa melihatku saat di panti asuhan kemarin' ujar Fadlan dalam hati.

Jihan melongo sambil memberi tepuk tangan, melihat Syifa yang berani berbicara seperti itu.

"Kamu melihatnya? Lalu apa yang membuat kamu yakin kalau wanita itu masa lalu saya?" jawab Fadlan dengan suara lembut.

"Ya, saya melihat anda dengan wanita itu. Hm, tersenyum dengan lawan jenis kalau bukan ada sesuatu lalu apa? Sedang anda tidak punya kakak atau adik perempuan"

"Apa sekarang kamu sedang cemburu? Atau mulai jatuh cinta dengan calon suamimu?" goda Fadlan pada Syifa yang masih marah.

Mendengar jawaban dari Fadlan langsung membuat Syifa menonaktifkan mode loudspeaker. Karena Jihan dan Adiba juga sedang menyimak pembicaraan mereka, mendengar jawaban dari Fadlan membuat mereka syok, seorang dosen killer di kampus sedang menggoda calon istrinya, yang tidak lain sahabat mereka.

"Sesungguhnya tidak ada cinta yang pasti sebelum akad nikah terucap" jawabnya pelan menahan malu di depan kedua sahabatnya.

"Ya, saya tahu. Lantas saya ingin bertanya, apa definisi cinta menurut kamu?"

"Berbicara cinta, artinya berbicara sesuatu yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Cinta tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata. Cinta hanya bisa dipraktekkan agar bisa diketahui dan dirasakan.

Cinta tidaklah ditulis di atas kertas, karena kertas dapat terhapus oleh waktu, dan tidak pula terukir di atas batu, karena batu dapat pecah. Cinta distigmatisasi di dalam hati, dan tetap abadi selamanya.”

(Lihat bab Cinta dalam Kitab Fiihi Maa Fiihi nya Imam Jalaluddin Ar-Rumi)

" Menarik! Besok saya akan ke rumah, menyelesaikan kesalah pahaman ini. Sudah larut malam, jangan lupa istirahat. Assalamu'alaikum" ujar Fadlan santai.

"Tunggu, hmm..wa'alaikumussalam"

Setelah menutup telfon, Syifa menghela nafas dan menahan air mata yang akan menetes kembali.

"Syifa..." panggil Adiba langsung memeluk sahabatnya.

Tak kuasa menahan rasa sedih yang di rasakannya, Syifa pun menangis di pelukan Adiba.

"Aku tidak mau kakek tahu Diba.."

"Sabar ya Syif..kamu kuat. Perjodohan itu memang awalnya tidaklah mudah untuk diterima"

"Kami akan selalu ada untukmu Syifa..." kata Jihan memeluk kedua sahabatnya.

...----------------...

Esok harinya mereka bertiga bersiap untuk pergi ke panti asuhan yang di datangi Fadlan kemarin, kebetulan hari ini mereka tidak ada jadwal kuliah. Setelah berpamitan dengan orang tua Adiba, mereka bergegas menuju kesana naik transportasi online.

Setibanya di sana, mereka berjalan memasuki halaman panti asuhan. Mereka di sambut baik oleh wanita yang seumuran dengan umminya Syifa dan dipersilahkan masuk.

"Mohon maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu ibu, perkenalkan nama saya Syifa" pungkasnya membuka pembicaraan.

"Tidak nak, tidak sama sekali. Oh iya nak Syifa, panggil saja, bu Sarah. Ngomong-ngomong ada yang bisa ibu bantu?"

"Em..begini bu Sarah. Saya mau bertanya, apakah ibu kenal dengan pak Fadlan Ganendra?" menunjukkan foto Fadlan di layar handphonenya.

"Ah iya, ibu sangat mengenalnya" jawabnya ramah.

Seorang wanita muda berjalan dari arah dapur menuju ruang tamu, sambil membawa nampan berisikan minuman dan jajanan ringan. Syifa memperhatikan wanita tersebut, ya itu wanita yang kemarin tersenyum dan berjalan beriringan dengan Fadlan.

"Silahkan di minum kak" ujar wanita itu tersenyum ramah lalu duduk di samping ibu Sarah.

Merasa anaknya sedang di perhatikan oleh Syifa dan teman-temannya, ibu Sarah pun memperkenalkannya.

"Perkenalkan ini putri ibu, namanya Nafisah"

"Masyaa Allah namanya cantik" kata Jihan dengan senyum terpaksa.

Sekilas bayangan ketika Nafisah tersenyum pada Fadlan kembali terngiang dalam benak Syifa.

'Kuatkan hati hamba, Ya Rabb' batinnya mencoba menenangkan diri.

"Ayo silahkan di minum nak"

"Iya bu, terimakasih" sahut Adiba yang melirik ke arah Syifa yang terdiam.

...----------------...

Di lain tempat, Fadlan sedang sibuk dengan jadwal yang disampaikan oleh Aidan. Hari ini dia resmi menjadi CEO rumah sakit milik kakeknya, setelah menghadiri rapat, dia ada jadwal jamuan makan siang bersama dewan direksi lainnya.

Sedari pagi konsentrasinya terganggu karena kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan Syifa. Rasanya Fadlan ingin segera datang ke rumah orang tua Syifa setelah perjamuan makan siang ini selesai.

Setelah perjamuan makan siang selesai dan semua pekerjaanya sudah terhandle, Fadlan segera melesat mengendarai mobil sport Lamborghini Urus miliknya, tentu dengan ditemani Aidan pergi ke kampung tempat tinggal Syifa.

"Sebenarnya ada apa Fad? Kenapa dari pagi aku lihat kau tidak konsentrasi?"

"Tidak ada. Hanya sedikit salah faham"

"Dengan wanitamu?"

"Kemarin dia melihatku dengan Nafisah di panti asuhan" jawabnya datar.

"Lalu? Dia mengira kau selingkuh?" tebak Aidan asal.

Fadlan mengangguk seperti anak kecil yang masih polos.

"Has she fallen in love with you, bro?"

(apakah dia sudah jatuh cinta padamu?)

"Yes, maybe" singkat namun terkesan terlalu percaya diri.

"Oh God! She is losing her memory but she can love with the same person. So, how about you when suddenly her memories come back?" ledek Aidan.

(Ya Tuhan, dia sedang hilang ingatan tetapi masih bisa jatuh cinta pada orang yang sama. Jadi, bagaimana kalau tiba-tiba ingatan dia kembali?)

"I'm sure. Atas izin Allah, semoga dia bisa menerima kenyataan yang ada"

"Hey bro! Jangan terlalu dingin padanya. Sesekali perlu bersikap seperti Fadlan di masa kecilnya itu juga penting"

"Ya, aku tahu"

Tidak terasa mereka sudah sampai tujuan. Fadlan langsung turun dari mobil dan bertemu dengan orang tua juga kakeknya Syifa. Namun, dia tidak melihat keberadaan Syifa di sana.

Setelah dipersilahkan duduk di ruang tamu, Fadlan mulai menceritakan yang sebenarnya terjadi dan siapa itu Nafisah pada mereka. Dia juga meminta maaf karena sudah membiarkan kesalahpahaman ini terjadi.

"Jadi kemarin bu Sarah tidak bisa ikut waktu kamu datang mengkhitbah Syifa ya, nak?" tanya ummi Salwa pada calon menantunya.

"Betul ummi, beliau sedang kurang sehat. Niat Fadlan kemarin silaturrahmi ke sana untuk memberitahu tante Sarah tentang acara pernikahan kami, ummi" jelas Fadlan dengan sopan.

"Astaghfirullah, Syifa. Apa lah yang anak itu pikirkan?" tutur kakek Ali yang merasa tidak enak hati pada cucu kesayangan sahabatnya.

"Salwa, coba hubungi Syifa, tanyakan sekarang ada dimana? Suruh dia cepat pulang" lanjut beliau.

"Nggih abi"

...****************...

Terpopuler

Comments

Herry Murniasih

Herry Murniasih

harusnya Syifa tabayun dulu ya, tapi ga apa2 deh biar Syifa tahu

2024-10-19

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Perjodohan
2 Part 2 : Khitbah
3 Part 3 : Dosen Baru
4 Part 4 : Keraguan Hati
5 Part 5 : Gaun Pengantin
6 Part 6 : Hari Yang Di Tunggu
7 Part 7 : Malam Pernikahan?
8 Part 8 : Jangan Panggil Aku "Bapak"
9 Part 9 : Pergi Berlibur
10 Part 10 : Pesona Mas Fadlan
11 Part 11 : Pindah Rumah
12 Part 12 : Ada Yang Cemburu
13 Part 13 : Panggilan Sayang
14 Part 14 : Kakek Sakit
15 Part 15 : Rahasia Syifa
16 Part 16 : Diam
17 Part 17 : Nasehat Abah dan Ummi
18 Part 18 : Siapa Dia?
19 Part 19 : Firasat Syifa
20 Part 20 : Perselisihan
21 Part 21 : Listrik Padam
22 Part 22 : Saling Menyadari
23 Part 23 : Munajat Do'a
24 Part 24 : Satu Piring Berdua
25 Part 25 : Bucin 1
26 Part 26 : Ada Apa?
27 Part 27 : Gagal Lagi
28 Part 28 : Perasaan Gelisah
29 Part 29 : Kesedihan Mendalam
30 Part 30 : Kedatangan Helena
31 Part 31 : Salah Siapa?
32 Part 32 : Benih Cinta
33 Part 33 : Bucin 2
34 Part 34 : Hari Pertama Ujian
35 Part 35 : Di Ruangan Dosen
36 Part 36 : Bucin 3
37 Part 37 : Bekal Makan Spesial
38 Part 38 : Apa Kamu Menyesal?
39 Part 39 : Nanggung
40 Part 40 : Jadi Bingung
41 Part 41 : Acara Makan Malam
42 Part 42 : Uhibukka Fillah
43 Part 43 : Jangan Mengecewakan
44 Part 44 : Bucin 4
45 Part 45 : Antri di Kantin
46 Part 46 : Salon Kecantikan Teman Helena
47 Part 47 : Deep Talk dengan Suami
48 Part 48 : Hal Tidak Terduga
49 Part 49 : Ruang CEO
50 Part 50 : Dibalik Masa lalu Syifa
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Part 1 : Perjodohan
2
Part 2 : Khitbah
3
Part 3 : Dosen Baru
4
Part 4 : Keraguan Hati
5
Part 5 : Gaun Pengantin
6
Part 6 : Hari Yang Di Tunggu
7
Part 7 : Malam Pernikahan?
8
Part 8 : Jangan Panggil Aku "Bapak"
9
Part 9 : Pergi Berlibur
10
Part 10 : Pesona Mas Fadlan
11
Part 11 : Pindah Rumah
12
Part 12 : Ada Yang Cemburu
13
Part 13 : Panggilan Sayang
14
Part 14 : Kakek Sakit
15
Part 15 : Rahasia Syifa
16
Part 16 : Diam
17
Part 17 : Nasehat Abah dan Ummi
18
Part 18 : Siapa Dia?
19
Part 19 : Firasat Syifa
20
Part 20 : Perselisihan
21
Part 21 : Listrik Padam
22
Part 22 : Saling Menyadari
23
Part 23 : Munajat Do'a
24
Part 24 : Satu Piring Berdua
25
Part 25 : Bucin 1
26
Part 26 : Ada Apa?
27
Part 27 : Gagal Lagi
28
Part 28 : Perasaan Gelisah
29
Part 29 : Kesedihan Mendalam
30
Part 30 : Kedatangan Helena
31
Part 31 : Salah Siapa?
32
Part 32 : Benih Cinta
33
Part 33 : Bucin 2
34
Part 34 : Hari Pertama Ujian
35
Part 35 : Di Ruangan Dosen
36
Part 36 : Bucin 3
37
Part 37 : Bekal Makan Spesial
38
Part 38 : Apa Kamu Menyesal?
39
Part 39 : Nanggung
40
Part 40 : Jadi Bingung
41
Part 41 : Acara Makan Malam
42
Part 42 : Uhibukka Fillah
43
Part 43 : Jangan Mengecewakan
44
Part 44 : Bucin 4
45
Part 45 : Antri di Kantin
46
Part 46 : Salon Kecantikan Teman Helena
47
Part 47 : Deep Talk dengan Suami
48
Part 48 : Hal Tidak Terduga
49
Part 49 : Ruang CEO
50
Part 50 : Dibalik Masa lalu Syifa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!