Part 2 : Khitbah

Sebelum Fadlan kembali ke kota P setelah pemakaman kakek Nizar di kota T, kakek Ali berusaha menjelaskan pada Fadlan tentang keinginan almarhum kakeknya.

Pada awalnya Fadlan ragu karena wanita yang akan dijodohkan dengannya tidak lain adalah gadis kecil yang dulunya sudah dia anggap seperti adik kandungnya sendiri. Untuk sementara, dia meminta waktu pada kakek Ali dan abah Musthofa untuk memikirkannya.

Dia berjanji akan datang ke kota T dan memenuhi keinginan kakeknya juga kakek Ali ketika sudah siap lahir bathin. Di sela-sela kesibukannya dia selalu menunaikan sholat istikharah setiap malam, agar diberi petunjuk oleh Allah dalam mengambil keputusan dalam hal perjodohan ini.

Tidak hanya memberi tahu tentang keinginan terakhir almarhum kakeknya, tetapi abah Musthofa (ayahnya Syifa) juga memberitahunya tentang kondisi Syifa yang sekarang.

"Baiklah nak Fadlan, datanglah kalau kamu sudah siap, pintu rumah kami akan selalu terbuka untukmu" ujar sang kakek.

"Terimakasih kakek, abah. Karena sampai sekarang kalian masih menganggap saya sebagai bagian dari keluarga"

"Tentu saja nak, tapi, nak Fadlan" perkataan dari abahnya Syifa terjeda "Ada yang mau abah sampaikan tentang Syifa"

"Ada apa dengan Syifa, bah?"

Entah kenapa saat mengetahui dirinya akan dijodohkan dengan Syifa, mendengar nama calon istrinya disebut, hati seorang Fadlan Ganendra yang terkenal dingin seperti bongkahan es terhadap lawan jenis, perlahan mulai mencair dan merasakan getaran di hatinya.

Mungkin karena rasa rindu dan ingin segera bertemu kembali.

"Abah ingin kamu tahu dari abah sendiri, bukan dari orang lain. Dua belas tahun yang lalu, tepat di hari ulang tahunnya, Syifa kecelakaan. Dan-" sejenak beliau memejamkan mata teringat peristiwa nahas yang menimpa putrinya.

Abah Musthofa terlihat tidak sanggup untuk melanjutkan perkataanya, beliau terbayang kondisi Syifa saat itu, dengan tangan gemetar beliau menggendong tubuh kecil putrinya yang berlumuran darah akibat terpental sejauh dua meter setelah di tabrak oleh sebuah mobil.

Fadlan bisa merasakan kalau kejadian itu cukup serius melihat raut wajah calon mertuanya sangat tertekan. Kakek Ali menepuk pelan bahu anaknya, memberikan sedikit ketenangan.

"Syifa mengalami amnesia, nak. Dia kehilangan sebagian memori masa kecilnya, dia bisa mengingat anggota keluarganya, temannya, termasuk orang tua dan kakekmu kecuali satu nama" pungkas kakek Ali melanjutkan penjelasan dari abah Musthofa.

"Apa-kah itu saya, kek?" tanya Fadlan sedikit terbata.

"Betul nak" jawab kakek Ali lirih.

Sungguh rasanya bagai tersambar petir di siang bolong mendengar kabar ini. Kemudian, kakek Ali pun menceritakan kronologi kecelakaan yang menimpa Syifa. Setelah mendengarnya Fadlan merasa bersalah karena merasa tidak bisa menjaga gadis kecil yang sangat disayanginya.

'Ya Rabb, jika memang ini takdir dari-Mu supaya ingatan Syifa kembali. Hamba memohon ridho-Mu akan perjodohan ini Ya Rabb. semoga Engkau mudahkan dan lembutkan hatinya ketika nanti hamba datang untuk melamarnya' lirih Fadlan bermonolog dalam hatinya.

...----------------...

Satu tahun kemudian, Fadlan menepati janjinya pada orang tua Syifa dan kakek Ali. Sebelum berangkat ke kota T, dia lebih dulu menziarahi makam orang tuanya yang berada di kota P yang merupakan kampung halaman umminya.

Beberapa minggu berlalu, Fadlan memutuskan menetap di kota T dan dia juga sudah memantapkan niatnya untuk mengkhitbah Syifa sekaligus memenuhi keinginan terakhir sang kakek.

Fadlan segera menghubungi paman Romi dan memberitahu kabar ini pada kakek Ali. Bahwasannya minggu depan dia akan datang bersama pamannya untuk bersilaturrahim, hal ini tentunya disambut dengan baik oleh keluarga kakek Ali.

Kedatangan Fadlan bukan tanpa persiapan sebelumnya, dia sudah mencari informasi, dimana Syifa kuliah juga beberapa informasi pribadi tentangnya, tentu saja melalui asisten pribadinya, Aidan Mahardika.

Fadlan juga akan mengambil alih posisi CEO di rumah sakit milik kakeknya setelah menetap di kota T. Tentu saja karena kakeknya sudah memberikan sebagian besar aset dan saham kepada Fadlan, juga memberikan bagian pada paman Romi yang merupakan adik dari ayahnya Fadlan.

Paman Romi menyambut gembira dengan kepindahan Fadlan ke kota ini, beliau sangat menyayangi keponakannya sama seperti kepada anak kandungnya. Beliau juga yang selalu memberi support pada Fadlan ketika sang ibunda dan ayahnya Fadlan meninggal dunia. Beliau pun sangat bersyukur karena istri dan anak-anaknya memiliki hubungan yang baik dengan Fadlan.

...----------------...

Hari ini Fadlan datang dengan ditemani paman dan tantenya, juga saudara sepupunya, Haikal Ganendra. Ketika hendak melangkahkan kaki memasuki rumah orang tua Syifa, dia teringat kenangan dua belas tahun yang lalu saat pertama kali mendatangi rumah ini.

"Kenalkan, nak. Mereka adiknya Syifa, yang ini Zaki, dan yang ini Tasya" jelas kakek Ali melihat Fadlan yang kebingungan dengan dua remaja di samping ummi Salwa.

Mereka tersenyum ramah lalu bergantian menyalami Fadlan.

'Jadi..sekarang dia menjadi seorang kakak? Pasti menggemaskan kalau melihatnya sedang memarahi adik-adiknya' batin Fadlan.

*Ruang Tamu

Syifa duduk di ruang keluarga yang bersebelahan dengan ruang tamu bersama ibunda tercinta, tante Silvi (istrinya paman Romi) , tante Dini dan juga Tasya. Sedangkan para pria duduk di ruang tamu.

"Izinkan saya menjelaskan maksud kedatangan kami ke rumah ini, yaitu ingin mengkhitbah putri dari abang Musthofa. Ananda Asyifa Humaira, untuk keponakan kami, Muhammad Fadlan Ganendra" jelas paman Romi mengawali pembicaraan.

Deg!

Syifa yang duduk berdampingan dengan ummi Salwadan tante Silvi terperanjat mendengar penjelasan yang disampaikan oleh paman Romi. Syifa mengira kalau malam ini hanya perkenalan kedua belah pihak saja, tidak dibarengi dengan prosesi khitbah.

Tak terasa air mata sudah bergumul di pelupuk matanya.

"Ummi.." panggil Syifa lirih pada ummi Salwa.

"Bismillah, ndo. Mungkin Allah sudah mengirimkan jodoh yang terbaik untukmu saat ini juga"

Kalau sudah sampai di tahap ini berarti antara kedua belah pihak tandanya telah setuju.

"Terimakasih atas niat baiknya, tentunya saya sebagai orang tua, sangat senang mendengarnya. Insyaa Allah, abah percaya kalau nak Fadlan ini pria yang baik"

"Seperti yang kita tahu bahwa di antara tahapan menuju jenjang pernikahan adalah mengkhitbah atau melamar. Khitbah sendiri adalah satu cara untuk menunjukkan keinginan seorang laki-laki untuk menikahi perempuan tertentu, sekaligus memberitahukan hal yang sama kepada wali si perempuan" tutur abah Musthofa.

"Hikmah dari melamar adalah memberi peluang untuk mengenal lebih jauh antara kedua belah pihak. Di sana ada kesempatan untuk saling mengetahui perangai, tabiat, dan adat kebiasaan masing-masing, dengan tetap memperhatikan batasan-batasan yang dibolehkan syariat.

Di sini saya selaku ayah dari ananda Syifa, sebelumnya ingin menyampaikan pada nak Fadlan juga putri abah, Asyifa Humaira. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Az-Zuhayli:

Khitbah itu baru sekadar janji pernikahan. Bukan pernikahan. Pernikahan tidak terlaksana kecuali dengan sahnya akad yang sudah maklum. Jadi laki-laki yang melamar dan perempuan yang dilamar statusnya masih orang lain. Tidak halal bagi si pelamar untuk melihat si perempuan kecuali bagian yang diperbolehkan syariat, yakni wajah dan kedua telapak tangan. Insyaa Allah nak Fadlan sudah faham tentang ini bukan semasa di pondok pesantren?” lanjut beliau.

 (Lihat Az-Zuhayli, Al-Fiqhul Islami wa Adillatuhu, jilid IX, halaman 6493).

"Insyaa Allah, abah" jawab sang calon menantu.

Syifa mendengar suara pria itu untuk pertama kalinya.

'Ternyata selain seorang dosen, dia juga pernah menuntut ilmu di pesantren? Masyaa Allah, sungguh calon imam yang di idamkan oleh para kaum hawa' pikir Syifa saat itu.

Fadlan mengangguk tanda mengerti maksud dari calon ayah mertua, kemudian dilanjutkan dengan abah Musthofa menerima khitbah dari Fadlan untuk putrinya.

Setelah lamaran Fadlan diterima oleh pihak keluarga Syifa, mereka melangsungkan prosesi pemasangan cincin yang diwakilkan oleh tante Silvi sebagai tanda kalau sekarang mereka akan melanjutkan ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan.

Tiba waktunya, Fadlan dipersilahkan masuk ke ruang keluarga untuk melihat calon istrinya sembari membawa bouquet mawar merah di tangannya.

Tidak lupa Fadlan menyalami ummi Salwa, dalam hatinya dia sangat bersyukur dan bahagia ketika mendengar jawaban langsung dari Syifa yang menerima lamarannya.

Fadlan meminta izin untuk memeluk ummi Salwa karena terbesit kerinduan pada umminya, melepas kerinduan pada wanita yang dulunya sudah seperti ibu kandungnya juga.

"Selamat ya nak, Insyaa Allah ummi selalu mendo'akan yang terbaik untuk kalian berdua"

Suasana di ruangan itu berubah menjadi haru, Syifa melihat pria yang melamarnya menitihkan air mata ketika memeluk umminya.

'kenapa ummi sama pria itu kelihatan dekat sekali? seperti ibu dan ana**k yang sudah lama tidak bertemu..' batin Syifa.

Kemudian Fadlan memberikan bouquet bunga mawar pada Syifa, namun Syifa masih enggan menatap wajah pria yang baru saja melamarnya.

"Syifa putriku, dilihat sebentar calon suaminya" tutur ummi Salwa.

"Sudah boleh lihat ko sayang, ayo dong di lihat ponakan tante ganteng loh ini" goda tante Silvi.

Sebelum melihat ke arah Fadlan, Syifa bertanya pada abah Musthofa melalui isyarat mata. Abah Musthofa menganggukkan kepala tanda memperbolehkan pada putrinya.

Dengan perasaan yang tidak menentu, Syifa memberanikan diri untuk melihat wajah calon suaminya.

'Adek, akhirnya kita bertemu kembali. Apa ini nyata Ya Rabb? Gadis kecil yang dulu bersamaku?' Fadlan berucap dalam hati sembari memandangi wajah Syifa dan tidak sadar mengulas senyuman di bibirnya.

Syifa kembali menunduk saat menyadari Fadlan sedang menatap ke arahnya sambil tersenyum.

'Masyaa Allah, betul kata tantenya, dia lebih ganteng aslinya dari pada di foto"

"Masyaa Allah..duh manisnya kalian berdua" ujar tante Silvi menggoda Syifa dan Fadlan yang terlihat serasi.

"Jangan lama-lama bang, belum sah!" seru Haikal, sepupu Fadlan yang melihat dari ruang tamu.

"Mau langsung akad atau gimana nih?" imbuh Zaki terkekeh melihat wajah kakaknya yang salah tingkah.

"Jaga jarak aman kata abah!" imbuh om Andi.

"Kak Syifa sama Kak Fadlan lihat ke sini ya, 1..2..3..."

CEKREK!!

Tasya mengambil foto dua sejoli yang sedang malu-malu karena baru pertama kali bertemu setelah acara lamaran.

Bukan hanya Syifa yang salah tingkah, rupanya Fadlan pun sama, lalu dia meminta izin untuk kembali duduk di ruang tamu bersama paman Romi, abah Musthofa, kakek dan sepupunya.

"Untuk selanjutnya bagaimana bang Musthofa dan kakek Ali tentang pernikahan mereka?" tanya paman Romi menunggu kelanjutan rencana hubungan ponakannya.

"Kita langsung tentukan saja untuk tanggal pernikahannya. Bagaimana nak Fadlan?" tanya kakek.

"Saya setuju saja dengan usulan kakek dan yang lainnya" jawab Fadlan tenang.

"Bagus Fad. Kalau saran tante nih, tidak usah lama-lama. Karena menghindari fitnah juga ya, kalau kelamaan nanti malah diundur terus waktunya" kata Tante Silvi.

"Nah iya setuju mba, apalagi kan si pria sudah mapan, jadi mau tunggu apa lagi?" ujar tante Dini.

"Tapi, Syifa kan masih kuliah tante" lirih Syifa pada tante Dini.

"Memang kenapa Syif? Calon suamimu itu dosen loh, jadi ngga usah khawatir sama kuliahmu" jawab tante Dini.

"Begini saja, sambil kita yang lebih tua bermusyawarah. Kita berikan mereka waktu untuk berdiskusi berdua. Tapi ingat, hanya lima sampai sepuluh menit saja. Andi tolong kamu temani mereka untuk mengobrol di teras" pungkas abah Musthofa.

"Ya siap, bang"

Mungkin ini saat yang di nanti Fadlan, mereka diberi waktu beberapa menit untuk berdiskusi berdua setelah selesai makan malam bersama keluarga.

......................

*Teras Rumah

Sudah lewat lima menit berada di teras, namun Fadlan dan Syifa masih saja membisu. Tidak ada yang mengawali pembicaraan. Sedang paman Andi memantau mereka dari halaman rumah.

"Apakah harus saya?" tanya Syifa datar namun pandangannya masih tertuju pada anak-anak yang bermain di jalanan depan rumahnya.

"Maaf sebelumnya pak, tapi di luar sana bukankah masih banyak gadis yang jauh lebih baik dari saya, dan keluarganya juga jauh lebih setara dengan keluarga anda"

Fadlan tertegun dengan perkataan Syifa yang terdengar seperti terpaksa karena rencana perjodohan kakeknya.

"Apa kamu keberatan dengan perjodohan ini?" tanya Fadlan dengan ekspresi dingin melihat ke arah Syifa sekilas, berbeda seperti di ruang keluarga tadi.

"Bukan keberatan, tapi saya merasa masih terlalu awal untuk membahas pernikahan"

"Lalu saya harus menunggu sampai kamu menyelesaikan kuliah?" Fadlan mengernyitkan dahi.

"Kenapa tidak dari awal saja kamu bilang pada orang tua juga kakekmu kalau kamu keberatan?" berbalik menghadap Syifa dengan tatapan tajam, ciri khas dari seorang Fadlan Ganendra.

"Saya tidak bilang keberatan pak, hanya saja tidak perlu terburu-buru untuk melangsungkan pernikahan. Kita perlu saling mengenal satu sama lain lebih dulu" jelas Syifa mengutarakan pendapatnya.

"Saya minta maaf kalau keputusan ini mengecewakanmu, apapun alasan yang kamu berikan, saya tidak akan menunda rencana pernikahan yang akan ditentukan" ujarnya datar namun terdengar menusuk bagi Syifa.

'Astaghfirullah...tenang Syifa, jangan terpancing emosi. Untung di kampus ngga ada dosen seperti dia'

"….."

Syifa terdiam karena melihat ekspresi wajah Fadlan saat ini, Syifa yang tadinya tenang sekarang sedikit gugup dibuatnya.

"Setidaknya anda dengarkan dulu pendapat saya, bapak Fadlan yang terhormat" pungkas Syifa.

"Baik. Saya mendengarkan pendapatmu. Silahkan"

"Menikah adalah ibadah yang agung dalam agama Islam. Sehingga anda harus melakukannya dengan niat yang tulus serta mental yang sudah matang. Yakinlah bahwa pasangan anda akan menjadi teman sehidup semati. Perlunya mempersiapkan diri untuk bertanggung jawab dengan pilihan anda sampai akhir hayat.

Bukankah dalam satu hadits disebutkan bahwa wanita itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Hendaklah memilih wanita yang taat beragama, maka engkau akan berbahagia. Lalu apa yang mendorong anda yakin untuk datang dan mengkhitbah saya, bapak Muhammad Fadlan Ganendra?"

'satu hal yang kau lupakan Fad. dia sekarang sudah menjadi wanita dewasa bukan gadis kecil yang selalu merengek padamu'

"Tentang itu, saya tidak bisa memberitahumu sekarang"

"Jangan-jangan anda terdesak dengan perjodohan ini untuk menyembunyikan sesuatu" sindir Syifa membalas tuduhan Fadlan padanya.

Pernyataan dari Syifa berhasil membuat Fadlan kesal, tetapi Fadlan berusaha bersikap tenang dan cuek seperti biasanya.

"Yang perlu kamu tahu. Saya tidak perduli apakah kamu sudah punya kekasih atau belum. Semua akan tetap berjalan sesuai rencana" ucap Fadlan menunjukkan sedikit kesombongan pada Syifa.

'hmm...terdengar seperti mengancam musuhnya'

Fadlan hendak beranjak kembali ke ruang tamu.

"Dalam Islam telah diatur hubungan antara laki-laki dan perempuan. Hubungan mahram, seperti ayah dan anak perempuannya, kakak laki-laki dan adik perempuannya atau sebaliknya. Islam melarang untuk berpacaran karena mendekati perbuatan zina" Syifa menjeda perkataanya.

"Sebagaimana ummi dan abah menjaga saya sedari kecil, termasuk menjaga pergaulan saya. Justru saya yang harus bertanya bagaimana dengan anda yang punya pengalaman tinggal dan bergaul di luar negeri yang cenderung terbiasa dengan pergaulan bebasnya" celetuk Syifa berusaha menutupi rasa gugupnya.

Sedang di ruang tamu keluarga mereka berharap ada obrolan yang menjadikan keduanya makin dekat, namun kenyataanya mereka justru beradu argumen.

"Mereka berdua ngomongin apa sih? Wajahnya kenapa pada kesel begitu bukannya bahagia?" gumam paman Andi yang memperhatikan dari halaman rumah.

Fadlan menghela nafas mendengar ucapan Syifa, dia mencoba menahan diri agar tidak membocorkan identitas sebenarnya pada Syifa.

"Hanya dari satu sudut pandang lalu memukul rata bahwa semua yang berkaitan dengan luar negeri sudah terjerumus dengan pergaulan bebas? Sempit sekali pemikiranmu" balas Fadlan tidak kalah sengit.

"Lantas apa kamu lupa dengan takdir Allah? Tidak ada sesuatupun yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi kecuali telah tercatat. Rasulullah shalallhu ‘alaihi wa salam bersabda,

...كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ...

...Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”

"Meskipun jodoh sudah ditetapkan di Lauhul Mahfudz, seorang muslim yang taat tetap harus memperjuangkan jodohnya. Seorang muslim dianjurkan untuk selalu berusaha dan berikhtiar dengan maksimal untuk mendapatkan jodoh terbaik bagi dirinya. Dari penjelasan kamu tadi, jawaban saya yaitu hanya kamu yang menjadi pilihan untuk saya nikahi"

'oh tidak! kamu melupakan kalau dia pernah di pesantren Syifa'

"Astaghfirullah, apa bagi anda calon pendamping hidup tinggal memilih ini dan itu?"

"Itu kesimpulanmu setelah mendengar penjelasan saya?" menatap kedua bola mata Syifa.

"A-anu itu dari perkataan anda.. hm terserah anda saja" Syifa segera menunduk, ia tampak risih dengan Fadlan yang terus menatapnya.

"Baiklah, saya tidak suka mengulur waktu terlalu lama. Saya anggap kamu setuju jika pernikahan akan dilangsungkan dua minggu lagi!" pungkas Fadlan langsung beranjak melangkah ke ruang tamu.

"Tunggu! Dua..dua minggu lagi? Heii.." cibir Syifa.

..................

Keluarga mereka yang berada di ruang tamu sudah menunggu Fadlan dan Syifa kembali untuk membahas tanggal pernikahan.

"Maaf, mungkin sudah lebih dari sepuluh menit. Tetapi, kami memutuskan supaya pernikahan kami dilangsungkan dalam waktu dekat, yaitu dua minggu lagi" tutur Fadlan yang baru saja kembali ke ruang tamu.

Sontak semua yang ada di sana terkejut mendengarkan keputusan yang di sampaikan oleh Fadlan.

"Apa tidak terlalu cepat, Fadlan?" tanya paman Romi.

"Alhamdulillah..bagus kalau kalian sudah sepakat, lebih cepat lebih baik" celetuk kakek Ali.

"Semoga Allah meridhoi semua urusan kita sampai tanggal yang sudah di tentukan" imbuh abah Musthofa.

"Aamiin..."

'astaghfirullah..dia benar-benar mengatakannya? Ya Allah..sekarang harus bagaimana?' lirihnya dalam hati yang berdiri di ambang pintu.

Fadlan menoleh ke arah Syifa dengan wajah dinginnya. Sedang Syifa berlalu masuk ke ruang keluarga, kesal, marah namun siapa yang perduli dengan perasaannya sekarang? Dia menganggap Fadlan adalah lelaki yang egois dan dingin.

"Baik apanya.. bahkan dia hanya memutuskan sepihak" lirihnya merutuki nasibnya sekarang.

...----------------...

~Keesokan harinya

Syifa berangkat ke kampus dengan wajah lesu, dan matanya yang sembab, bisa dipastikan dia menangis semalaman. Syifa duduk di salah satu kursi ruang kuliahnya, menenggelamkan wajah di antara kedua tangannya.

"Assalamu'alaikum Syifa..tumben pagi datangnya" sapa Adiba yang baru datang.

"Wa'alaikumussalam.." jawabnya lirih

"Kalau ada orang kasih salam, dijawab dong cantik.."

Syifa mengangkat kepalanya lalu menoleh ke arah Adiba.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah Adiba Zahrotul Maula"

"Ya Allah lengkap ya bund, eh..kamu kenapa Syif? Matamu sembab gini, ada masalah ya?" menangkup kedua pipi Syifa.

"Tidak ada, cuma kurang tidur aja" melepaskan tangan Adiba dari pipinya.

"Wait..sejak kapan kamu pakai cincin di jari manis?" melihat cincin melingkar di jari manis Syifa.

Raut wajah Syifa yang lesu berubah jadi panik mendapat pertanyaan dari teman dekatnya.

"E-emm itu baru di beliin sama ummi..hehe iya di beliin sama ummi" jawabnya berbohong dengan senyum terpaksa.

"Serius? Kamu bisa bohong ke temen yang lain, tapi kamu ngga bisa bohong sama aku ya Syif.."

Benar saja Syifa pasti ketahuan kalau sedang berbohong pada Adiba. Akhirnya Syifa memutuskan untuk memberitahu yang sebenarnya terjadi pada Adiba.

"Hmm..itu kemarin malam, a-aku.."

"Santai aja lah Syif" ujar Adiba tersenyum.

"Aku dilamar, Diba. Lebih tepatnya, aku dijodohkan dan langsung dilamar" pungkasnya kembali menerima kenyataan.

"Ya Allah Syifa.. serius kamu? Tadi malam?"

"Iya..hmm..memang sebelumnya sudah di kasih lihat fotonya sih, kata ummi dia juga sudah lihat foto aku dan semalam pertama kali ketemu secara langsung"

"Masyaa Allah, ini aku dengernya harus seneng atau sedih, Ya Allah Syifa ..yang ngga di sangka-sangka kamu-"

Syifa langsung membungkam mulut Adiba.

"Sstt..jangan heboh dulu. Tolong sembunyikan ini dari yang lain ya, termasuk Jihan. Aku tidak mau jadi bahan omongan di kelas ini.." pintanya memelas pada Adiba.

"Insyaa Allah aku bakal jaga rahasia ini. Eh terus udah ada gitu rencana pernikahannya?"

"Udah" jawab Syifa malas.

"Beneran? Kapan Syif?"

"Dua minggu lagi, Adiba..huhu...Ya Allah, aku pengin kabur aja.."

"What? Dua minggu? Ehh Syifa cantik, jangan sedih begitu dong..hemm itu tandanya dia serius sama kamu"

"Hmm..ya semua pasti akan bilang seperti itu" lirihnya.

Tanpa terasa teman-teman yang lain sudah mulai berdatangan, teman terheboh mereka pun baru saja datang.

"Assalamu'alaikum ukhti, pagi-pagi udah asyik ngeghibah aja nih.." menaruh tas di kursi sebelah Adiba.

"Wa'alaikumussalam..isshh emangnya dikau" celetuk Adiba meledek.

"Aku kan cuma sharing info aja gais hehe...eh tumben nih ada yang berangkat pagi? Ada apakah gerangan?" menatap Syifa heran.

"Mau numpang tidur...kenapa emang?" tanya Syifa balik.

"Perlu aku siapin kasur engga nih? Biar tidurnya makin nyenyak..?"

"Suka hati kau lah Jihan.." ujar Syifa yang tidak mood bercanda.

"Eh, hari ini mata kuliahnya dosen baru ya? Katanya dia juga yang bakal gantiin almarhum pak jinan lohh" celetuk Rohmah, yang duduk di barisan paling depan.

"Oh iya hari ini ya jadwal mata kuliahnya" kata Jihan heboh.

"Emang ada dosen baru ya? Palingan dosen senior gitu yang gantiin" timpal Adiba.

"Ada..Adiba cantik, katanya masih muda tahu, masih single lagi ya kan Nay?" kata Bella yang duduk bersebelahan dengan Rohmah.

"Iya betul, di ruang dosen aja lagi ramai waktu aku kesana tadi" kata mahasiswi bernama Naya yang duduk di belakang Syifa.

"Tapi sepertinya bukan sembarang dosen deh, soalnya di siapin ruangan khusus, beda lah sama dosen yang lain" imbuh Ayu, teman ghibahnya Jihan.

......................

Beberapa menit kemudiah, jadwal mata kuliah akan segera di mulai. Komting kelas memasuki ruang kuliah bersama dosen baru yang banyak diperbincangkan teman-teman Syifa.

"Assalamu'alaikum" dosen baru itu mengucap salam ketika memasuki ruangan.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah" jawab mereka serempak.

"Ih bapak dosennya ganteng banget" bisik mahasiswi bernama Pipit.

"Sumpah, beneran baru kali ini di kampus B ada dosen seganteng ini" imbuh Ayu menepuk-nepuk pundak Pipit.

"Nanti mau minta nomor hpnya ah.." gumam Bella kegirangan.

"Ya Allah.. mirip sehun exo ngga sih? Love deh sama bapak dosen baru" seru Jihan.

Kira-kira seperti itu lah tanggapan dari teman-teman Syifa, ketika dosen baru itu memasuki ruangan.

Syifa yang kebetulan sedang minum, sekilas melihat ke arah dosen baru itu. Dia terkejut setengah mati ketika melihat wajah dosennya, sampai tersedak dibuatnya.

"Uhukk! uhukk!"

Beberapa kali Syifa mengerjapkan mata untuk memastikan kalau matanya masih normal dan tidak salah lihat.

...****************...

*Gambar hanya pemanis saja ya kakak-kakak ☺️❤️

Terpopuler

Comments

Herry Murniasih

Herry Murniasih

🥰🥰🥰🥰

2024-10-19

0

Aira Azzahra Humaira

Aira Azzahra Humaira

suka ama visual nya

2024-09-17

1

Mbing

Mbing

cakep banget pak Fadlan

2024-07-14

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Perjodohan
2 Part 2 : Khitbah
3 Part 3 : Dosen Baru
4 Part 4 : Keraguan Hati
5 Part 5 : Gaun Pengantin
6 Part 6 : Hari Yang Di Tunggu
7 Part 7 : Malam Pernikahan?
8 Part 8 : Jangan Panggil Aku "Bapak"
9 Part 9 : Pergi Berlibur
10 Part 10 : Pesona Mas Fadlan
11 Part 11 : Pindah Rumah
12 Part 12 : Ada Yang Cemburu
13 Part 13 : Panggilan Sayang
14 Part 14 : Kakek Sakit
15 Part 15 : Rahasia Syifa
16 Part 16 : Diam
17 Part 17 : Nasehat Abah dan Ummi
18 Part 18 : Siapa Dia?
19 Part 19 : Firasat Syifa
20 Part 20 : Perselisihan
21 Part 21 : Listrik Padam
22 Part 22 : Saling Menyadari
23 Part 23 : Munajat Do'a
24 Part 24 : Satu Piring Berdua
25 Part 25 : Bucin 1
26 Part 26 : Ada Apa?
27 Part 27 : Gagal Lagi
28 Part 28 : Perasaan Gelisah
29 Part 29 : Kesedihan Mendalam
30 Part 30 : Kedatangan Helena
31 Part 31 : Salah Siapa?
32 Part 32 : Benih Cinta
33 Part 33 : Bucin 2
34 Part 34 : Hari Pertama Ujian
35 Part 35 : Di Ruangan Dosen
36 Part 36 : Bucin 3
37 Part 37 : Bekal Makan Spesial
38 Part 38 : Apa Kamu Menyesal?
39 Part 39 : Nanggung
40 Part 40 : Jadi Bingung
41 Part 41 : Acara Makan Malam
42 Part 42 : Uhibukka Fillah
43 Part 43 : Jangan Mengecewakan
44 Part 44 : Bucin 4
45 Part 45 : Antri di Kantin
46 Part 46 : Salon Kecantikan Teman Helena
47 Part 47 : Deep Talk dengan Suami
48 Part 48 : Hal Tidak Terduga
49 Part 49 : Ruang CEO
50 Part 50 : Dibalik Masa lalu Syifa
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Part 1 : Perjodohan
2
Part 2 : Khitbah
3
Part 3 : Dosen Baru
4
Part 4 : Keraguan Hati
5
Part 5 : Gaun Pengantin
6
Part 6 : Hari Yang Di Tunggu
7
Part 7 : Malam Pernikahan?
8
Part 8 : Jangan Panggil Aku "Bapak"
9
Part 9 : Pergi Berlibur
10
Part 10 : Pesona Mas Fadlan
11
Part 11 : Pindah Rumah
12
Part 12 : Ada Yang Cemburu
13
Part 13 : Panggilan Sayang
14
Part 14 : Kakek Sakit
15
Part 15 : Rahasia Syifa
16
Part 16 : Diam
17
Part 17 : Nasehat Abah dan Ummi
18
Part 18 : Siapa Dia?
19
Part 19 : Firasat Syifa
20
Part 20 : Perselisihan
21
Part 21 : Listrik Padam
22
Part 22 : Saling Menyadari
23
Part 23 : Munajat Do'a
24
Part 24 : Satu Piring Berdua
25
Part 25 : Bucin 1
26
Part 26 : Ada Apa?
27
Part 27 : Gagal Lagi
28
Part 28 : Perasaan Gelisah
29
Part 29 : Kesedihan Mendalam
30
Part 30 : Kedatangan Helena
31
Part 31 : Salah Siapa?
32
Part 32 : Benih Cinta
33
Part 33 : Bucin 2
34
Part 34 : Hari Pertama Ujian
35
Part 35 : Di Ruangan Dosen
36
Part 36 : Bucin 3
37
Part 37 : Bekal Makan Spesial
38
Part 38 : Apa Kamu Menyesal?
39
Part 39 : Nanggung
40
Part 40 : Jadi Bingung
41
Part 41 : Acara Makan Malam
42
Part 42 : Uhibukka Fillah
43
Part 43 : Jangan Mengecewakan
44
Part 44 : Bucin 4
45
Part 45 : Antri di Kantin
46
Part 46 : Salon Kecantikan Teman Helena
47
Part 47 : Deep Talk dengan Suami
48
Part 48 : Hal Tidak Terduga
49
Part 49 : Ruang CEO
50
Part 50 : Dibalik Masa lalu Syifa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!