Part 3 : Dosen Baru

Syifa sangat syok melihat dosen baru yang ramai dibicarakan, ternyata dosen itu Muhammad Fadlan Ganendra, calon suaminya yang baru dia kenal kemarin malam.

"Eh Syif, pelan-pelan kalau minum" kata Adiba membantu menepuk-nepuk punggung Syifa.

"Anak kecil..anak kecil" umpat Jihan yang juga membantu menutup botol air minumnya supaya tidak tumpah.

Fadlan menoleh ke tempat duduk Syifa dan tersenyum tipis padanya.

"Senyumnya manis banget, pasti buat aku" ujar Bella yang terlalu percaya diri.

"Narsis amat lu" sahut Naya.

"Pantes masih single, orangnya ganteng begini. Cari pacarnya pasti yang good looking juga" kata Jihan menopang dagu memandangi dosen baru.

Fadlan mulai memperkenalkan diri pada mahasiswa dan mahasiswi di ruangan itu, dia juga memberikan beberapa informasi untuk kepentingan tugas kuliah dan tentunya menjelaskan kontrak kuliahnya pada mahasiswa.

Bukan teman satu angkatan Syifa namanya, kalau tidak ramai bertanya ini itu pada dosen baru.

"Pak, katanya bapak masih single ya pak?"

Wajahnya datar menanggapi pertanyaan itu. Syifa menyadari kalau Fadlan sempat melihat ke arahnya sebelum menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu temannya.

"Status saya saat ini-" menjeda perkataanya.

"Akan menikah dalam waktu dekat" imbuhnya menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Hahaha..kasihan pada naksir tapi langsung di usir" cibir para mahasiswa di ruangan itu.

Syifa termangu melihat Fadlan yang sedang menanggapi pertanyaan dari teman-temannya.

Di dalam hatinya, dia tak bisa mengelak kalau style calon suaminya itu sangat perfect untuk seorang dosen, dengan gaya maskulin dan tentunya mempesona bagi kaum hawa.

"Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik, terutama untuk kehadiran. Tidak ada kata terlambat dan izin, kecuali sakit" ujarnya ketika menjelaskan kontrak kuliah.

Kemudian Fadlan menjelaskan beberapa peraturan yang harus di ikuti oleh mahasiswa/i saat mata kuliahnya berlangsung.

Baru mendengarkan saja semua mahasiswa dan mahasiswi di ruangan itu bergidik ngeri, mata kuliahnya sendiri membutuhkan konsentrasi yang tinggi, ditambah dosennya yang sangat ketat peraturannya.

...----------------...

*Kantin Kampus

"Sumpah ya ganteng-ganteng ternyata dosen killer" cibir Jihan.

"Haha hayo tuh Jihan, banyakin belajar sana" ledek Adiba menertawakan ekspresi wajah Jihan.

Syifa yang moodnya masih jelek, memilih untuk diam.

"Syif mau makan apa, biar aku pesenin"

"...."

Namun tak kunjung ada respon dari sahabatnya.

"Woii Syifaa!" mengguncang bahu Syifa.

"Ck! Aku denger Jihan, tapi lagi males ngomong aja"

"Makan dulu deh Syif, kamu mau pesan apa?" tanya Adiba yang hendak beranjak memesan makanan.

"Apa aja..ngikut kalian.."

......................

Saat menyantap makanan, Syifa juga masih terdiam tidak seceria biasanya. Sampai tidak sadar memasukkan sambal terlalu banyak pada mangkok baksonya.

"Syif, are you okay?" tanya Adiba bengong.

Syifa hanya mengangguk dengan tatapan kosong.

"Kamu sanggup habisin itu Syif?" tanya Jihan menghentikan tangan Syifa.

"Astaghfirullah..ini banyak banget, gimana nih?" tersadar akan kecerobohannya.

"Ck..Syifa Syifa.."

Adiba dan Jihan menggelengkan kepala melihat sahabatnya, dengan cekatan mereka membantu Syifa menaruh kembali sambal di wadah.

Tanpa mereka sadari, Hasbi memperhatikan ke tempat duduk mereka, dia yang sedang makan bersama temannya diam-diam memperhatikan Syifa.

"Kesambet apa lu?" tanya Yusuf melihat Hasbi yang tersenyum sendiri.

"Ya? Tidak ada.." jawab Hasbi mengalihkan pandangan.

"Oh, jangan bilang lu naksir temennya Jihan?" celetuk Yusuf lagi.

"Serius, Bi? Yang mana?" imbuh Miftah, temannya yang lain.

"Adiba ya, Bi?"

"Astaghfirullah sudah jangan membicarakan orang" ujarnya.

"Daripada yang diem-diem lihatin cewe?" sindir Yusuf.

"Menurut gue sih bukan Adiba, tapi sebelahnya kan? Asyifa..Ya, Syifa namanya" ujar Adit.

"Bagaimana kamu bisa tahu namanya?" tanya Hasbi salah tingkah.

"Jelas gue tahu, kan gue satu ruangan sama mereka"

"Oh begitu..."

"Mau gue bantu buat ta'aruf sama dia?" tawar Miftah.

"Nanti saja, belum berminat" jawab Hasbi yang sebenarnya sangat ingin mengiyakan tawaran temannya itu.

Tetapi dia urungkan niatnya, alasannya karena ada Yusuf di sana, dia hanya menjaga perasaan teman baiknya itu, sebab adik perempuan Yusuf menyimpan rasa padanya.

...----------------...

Ketika sedang fokus mengikuti mata kuliah kedua, Syifa merasakan perutnya melilit hebat, mungkin karena makan kuah bakso yang sudah terkena sambal di kantin tadi. Semakin di tahan semakin dia merasakan sakit, dia pun meminta izin pada dosen untuk pergi ke toilet.

Syifa berjalan sedikit sempoyongan, keringat dingin mengucur membasahi dahinya. Untuk berjalan ke toilet yang jaraknya lumayan jauh dari ruang kuliah, rasanya sudah tidak sanggup lagi.

Tidak sengaja Fadlan keluar dari ruangannya, dia melihat Syifa yang berjalan sambil memegangi perutnya. Melihat keadaan sekeliling yang tidak terlalu ramai, dia menghampiri calon istrinya.

"Kamu sakit?" tanya Fadlan datar.

Syifa menoleh melihat orang yang bertanya padanya.

"Tidak" jawabnya cuek mengetahui Fadlan yang bertanya.

"Wajahmu pucat. Mau saya bantu?" ujar Fadlan sedikit khawatir dengan kondisi Syifa.

"Tidak usah" melambaikan tangan pada Fadlan sambil menahan rasa sakit.

"Jangan keras kepala"

Dengan terpaksa Syifa mengiyakan bantuan Fadlan, karena rasanya sakit sekali dan tidak mampu berjalan lebih jauh.

Fadlan meminta Syifa masuk ke dalam ruangannya.

"Kamu bisa istirahat dulu di sini, toilet juga ada di sebelah sana" memberikan kunci ruangannya pada Syifa.

'eh, yang bener aja di ruangan dosen? kenapa tadi aku mau sih di ajak ke ruangan dia?' merutuki diri sendiri.

Syifa menerimanya dengan tangan gemetar.

"Saya ada urusan sebentar. Apa kamu yakin bisa sendiri?"

Syifa mengangguk lemah.

"Telfon saya atau temanmu kalau ada apa-apa" ujarnya dengan wajah khawatir dan memberikan kartu namanya.

"Terima kasih"

Sewaktu Syifa pergi ke toilet, Fadlan menaruh air hangat dan obat sakit perut di meja dekat sofa juga meninggalkan sebuah catatan di sana.

.............

Syifa yang baru selesai dari toilet, mengambil secarik kertas yang bersebelahan dengan segelas air juga obat.

"Obatnya jangan lupa di minum, kalau sudah merasa baikan titipkan kunci itu pada satpam. Semoga lekas sembuh"

Kira-kira seperti itu isi catatan yang ditinggalkan Fadlan. Tanpa sadar Syifa tersenyum ketika membacanya.

'Ternyata dia masih punya belas kasihan dibalik penampilannya yang dingin' lirih Syifa.

Untuk beberapa saat Syifa istirahat di ruangan itu, sampai merasa sudah lebih baik, Syifa memutuskan kembali mengikuti perkuliahan.

...----------------...

Malam hari ketika sedang mengajari adik-adiknya mengerjakan tugas sekolah, handphonenya berdering.

*Grup Calon Istri Solehah*

"Lagi pada ngapain gaiss?" @Jihan.

"Nugas seperti biasa" @Adiba.

"Lagi nemenin adek-adek tersayang belajar" jawab Syifa malas.

"Besok nyeblak kuyy, apa makan geprek yuk" @Jihan.

"Ngga dulu deh, perut aku masih ngambek gara-gara makan sambel kebanyakan"

"Lagian siapa suruh naruh sambel ngga pake aturan" @Jihan

"Tadi siang kamu di mana sih Syif, aku cariin kamu di toilet ngga ada" @Adiba.

"Tadi numpang di warung bu kantin, minum teh anget"

"Haduhh, dasar Syifa. Jadi besok gimana nih gaiss?" @Jihan.

"Apa jadinya nanti dehh.. "

......................

"Ekhemm, Kak Fadlan ya?" ledek Zaki.

"Heii! Fokus kerjain tugas" tegur Syifa.

Di dalam hati sebenarnya dia juga berharap kalau pria itu yang mengirimkan pesan padanya. Tapi, ternyata bukan dari Fadlan, melainkan pesan dari teman-temannya.

'astaghfirullah, kenapa jadi berharap sih? Maafkan Syifa, Ya Allah. yang barusan berharap pada sesama manusia'

"Duh kalian kalau tanya matematika jangan tanya ke kakak kenapa? Udah tahu kakaknya ngga bisa malah di bikin pusing..." celetuk Syifa kebingungan.

"Kakak kan calon sarjana pasti bisa dong" ujar Zaki terkekeh menjahili kakak perempuannya.

"Mana ada kampus agama mata kuliahnya matematika?"

"Kata temen Zaki ada tuh kak.. "

Beberapa kali handphonenya kembali berdering, dengan malas Syifa meraih handphonenya lalu membuka chat dari seseorang.

Dari : 08xxxxxxxx

"Assalamu'alaikum, ini saya. Apa sudah baikkan sakit perutnya? Fadlan "

..........

Syifa membulatkan matanya dan berulang kali membaca pesan tersebut, pipinya bersemu merah melihat nama pengirimnya dan segera membalas pesan itu.

"Alhamdulillah sudah lebih baik, terimakasih atas bantuannya" balasnya.

..........

Dari : 08xxxxxxxxxxx

"Syukurlah. Jangan lupa istirahat "

..........

"Anda juga pak"

...----------...

Syifa tersenyum sendiri ketika membalas pesan dari Fadlan, meski isi pesannya singkat, tetapi Syifa bisa merasakan perhatian dari calon suaminya.

"Eh kenapa tuh kak Syifa?" tanya Zaki menyenggol Tasya.

"Paling lagi bertukar pesan sama Kak Fadlan"

"Oh, iya juga. Bilangin ummi sama abah yuk, kan katanya kalau belum sah ngga boleh sampai bilang cinta-cintaan gitu"

"Iya kak, umi bilang begitu ya..yuk"

"Heh..kalian! Lanjutkan belajar, lagian siapa juga yang cinta-cintaan! Ini tuh lagi bahas tugas" titah Syifa memasang wajah galak di depan adik-adiknya.

"Tugas apa tugas?" tanya ummi yang menghampiri mereka sambil membawa sepiring buah.

"Eh ummi... hehe. Ini beneran tugas mi, ada yang Syifa belum faham jadi tanya ke dia" jawab Syifa asal.

"Iya sudah nak, tetap jaga batasan yang terpenting"

"Baik ummi.."

...----------------...

*Rumah Fadlan

Malam ini Fadlan sedang berkumpul bersama sahabat-sahabatnya di rumah, mereka biasanya menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengisi waktu luang seperti bermain futsal atau yang lainnya.

Fadlan mempunyai sahabat yang dia kenal semasa menuntut ilmu di pondok pesantren dulu, namanya Salim, di usianya yang masih muda Salim sudah menjadi ustadz dan ikut mengelola pondok pesantren milik keluarganya, Fadlan juga berencana memintanya untuk menjadi asisten dosen.

Juga ada Aidan, sahabat yang dia kenal sewaktu kuliah di luar negeri. Aidan sudah seperti saudaranya, dimana kisah hidup Aidan tidak jauh berbeda dengannya, menjadi yatim piatu di usia remaja. Aidan merupakan orang kepercayaan Fadlan juga asisten pribadinya.

Alwi, seorang musisi juga rekan bisnis Fadlan. Yang terakhir ada Haikal, saudara sepupu sekaligus sahabat bagi Fadlan.

Fadlan sudah menganggap mereka sebagai bagian dari keluarga. Di tengah kesibukan masing-masing, mereka selalu menyempatkan waktu untuk tetap menjaga hubungan persahabatan mereka entah itu makan siang bersama, melakukan hobi dan lain-lain.

"Selamat ya Fad, semoga Allah mudahkan sampai pernikahan nanti" tutur Salim yang baru saja datang.

"Terimakasih, kau cepatlah menyusul" timpal Fadlan dengan panggilan akrab ketika bersama mereka.

"Finally, presiden jomblo akan menikah juga..." celetuk Alwi menepuk pundak Fadlan.

"Sepertinya predikat presiden jomblo akan berpindah posisi.." ejek Haikal melirik Aidan.

Mengerti apa yang dimaksud oleh Haikal, Aidan langsung melempar bantal sofa yang sedang dipegangnya dan tepat mengenai wajah Haikal.

"Sialan kau! Ku sumpahi kau jomblo sampai kakek-kakek" gerutunya diiringi gelak tawa dari sahabat Fadlan yang lain.

"Lalu kapan Fad rencana pernikahannya?" tanya Alwi tiba-tiba.

"Dua minggu lagi" jawab Fadlan datar menatap layar handphonenya.

"Serius Fad" ucap mereka yang terkejut berbarengan kecuali Haikal.

"Lu pada tuli ya? Kalau ada orang ngomong itu di dengerin!" kata Haikal beranjak untuk mengambil air minum di kulkas.

Fadlan yang masih fokus pada layar handphonenya hanya menjawab dengan anggukan.

"Nanti setelah menikah jangan lupa sowan ke abah kyai dan ummi. Mereka sudah mendengar kabar pertunangan mu Fad" ujar Salim.

Ketika pindah ke kota P, Fadlan tidak melanjutkan pendidikan di sekolah negeri melainkan menuntut ilmu di pondok pesantren yang sama dengan Salim. Setelah lulus dari pesantren, kakeknya dan paman Romi mengirim Fadlan untuk kuliah di luar negeri.

"Insyaa Allah, aku akan ke sana"

Haikal diam-diam memperhatikan Fadlan yang sedang sibuk dengan handphonenya.

"Dihh..lagi ada urusan sama siapa lu bang? Jarang-jarang pegang hp sambil nyengir sendiri"

"Siapa lagi kalau bukan mahasiswi idaman" celetuk Aidan yang beranjak mengambil gitar.

"Mahasiswi? Oh adek Syifa ya?" goda Haikal.

"Hei hanya aku yang boleh memanggilnya seperti itu!" tegur Fadlan yang tidak rela kalau calon istrinya disebut adek oleh orang lain.

"Pelit amat bang, nyebut gitu aja ngga boleh. Kan gue juga lebih tua dari dia" kata Haikal bercanda.

"Namanya juga lagi jatuh cinta bro! Emangnya lu? Yang pacaran minta di traktir mulu sama cewe" jawab Aidan meledek.

"Sialan lu Aidan, balas dendam ya?"

Begitulah kira-kira suasana kalau mereka semua sudah berkumpul, untuk sekedar melepas penat setelah sibuk seharian bekerja.

...----------------...

Semenjak Fadlan menjadi dosen di kampus B, banyak dari kalangan mahasiswi maupun dosen wanita yang masih single mengagumi akan pesona dosen baru itu. Meskipun Fadlan termasuk dosen yang tegas dan terkesan killer ketika jam mata kuliahnya berlangsung, pesona ketampananan dari Fadlan Ganendra memang tidak bisa dipungkiri oleh mahasiswi dan dosen wanita di sana.

Hari ini Fadlan tidak ada jadwal mengajar, namun dia tetap datang ke kampus untuk menghadiri rapat bersama rektor, wakil rektor juga rekan dosen yang lain. Mobil mewah miliknya memasuki parkiran kampus, sontak mahasiswa maupun mahasiswi yang melihatnya berdecak kagum.

Syifa yang sedang berjalan dengan Adiba dan Jihan sampai melongo ketika Fadlan keluar dari mobil.

"Ya Allah..gantengnya ciptaan Allah. Bagi satu untuk Jihan. Udah ganteng, kaya raya, dosen lagi"

"Betul kata Naya, dia bukan sembarang dosen. Mobilnya aja beda lagi, mobil mewah semua" kata Adiba menggelengkan kepala.

'sekaya itukah kamu, pak? sampai banyak di kagumi orang'

"Kan bisa jadi itu mobil rental" ucap Syifa asal bicara.

"Aduh kamu Syif, sejak kapan mobil mewah jadi mobil rental? Tapi jujur, aku heran. Kenapa dia mau jadi dosen di kampus ini ya yang gajinya ngga seberapa" pungkas Jihan terheran-heran.

"Aku dengar juga pak Fadlan sebelum pindah ke sini, dia jadi dosen di Universitas yang cukup terkenal di kota P" timpal Adiba yang setuju dengan perkataan Jihan.

"Nah iya kan, apalagi dia juga lulusan universitas luar negeri gais. Aku curiga kalau dia bukan hanya seorang dosen" ujar Jihan yang semakin penasaran.

"Heh udah, nanti orangnya denger" Syifa mengingatkan kedua sahabatnya.

Fadlan berjalan melewati mereka, rasanya hati Syifa ingin melompat keluar ketika menyadari Fadlan menatap ke arahnya.

Mereka bertatapan untuk beberapa detik sebelum Syifa menunduk menghindari kontak mata dengan calon suaminya.

Fadlan tersenyum setiap melihat Syifa yang salah tingkah seperti itu.

'Innalillahi..jaga hati dan pandangan hamba-Mu ini Ya Allah, sebelum sah menjadi suami istri ' batinnya.

"Mau bilang sok ganteng tapi emang dia ganteng" ujar Adiba menggelengkan kepala.

"Boleh mengkhayal jadi pacarnya engga ya?" tanya Jihan mulai berandai-andai.

"Terserah kamu deh Jihan, yuk buruan ke kelas" ajak Adiba menggandeng Syifa.

"Eh..Syifa, kenapa pipimu merah gitu? Jangan-jangan..kamu juga naksir ya sama pak Fadlan?" tanya Jihan yang melihat pipi Syifa merona.

"Apaan sih Jihan.."

...----------------...

Dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Syifa berniat membelikan bubur ayam untuk kakeknya, karena kemarin kesehatan kakek kurang baik.

Ketika sedang menunggu antrian, ada yang memanggilnya.

"Asyifa ya?"

"Iya betul..siapa?" menoleh pada orang yang memanggilnya.

"Assalamu'alaikum, saya Hasbi"

"Wa'alaikumussalam" mengganggukan kepala.

"Sering beli disini juga?" tanyanya yang juga sedang antri.

"Tidak, kebetulan lewat dan ingin membelikan untuk kakek saya" jawabnya singkat tanpa memandang ke arah Hasbi.

Di sebrang jalan, Syifa melihat sebuah mobil memasuki halaman rumah yang terbilang cukup besar, namun ada papan yang tertulis di depannya, "Panti Asuhan Istiqomah".

Betul saja, Syifa yang merasa tidak asing dengan mobil itu, dia melihat Fadlan keluar dari mobil dan berjalan menyusuri halaman depan panti asuhan.

Dilihatnya ada seorang wanita muda berhijab menyambut kedatangan Fadlan dengan senyum sumringah dan menggandeng beberapa anak kecil.

"Bukannya itu dosen baru di kampus kita ya?" Hasbi mengikuti arah pandangan Syifa.

"Sepertinya iya..." jawab Syifa pura-pura tidak tahu.

Entah kenapa, melihat wanita itu tersenyum pada Fadlan rasanya ada suatu getaran yang ia rasakan di hatinya.

'siapa wanita itu? Ya Rabb, janganlah Engkau biarkan hamba berharap pada seorang makhluk. Sesungguhnya Engkau Yang Maha membolak balikkan hati' Syifa bermonolog dalam hati.

Dalam benaknya dia berfikir kalau hari pernikahannya semakin dekat, dia khawatir kalau calon suaminya ternyata belum selesai urusannya dengan masa lalunya.

Netranya mulai memanas, seakan sudah tidak bisa menampung butiran air yang akan turun membasahi pipinya. Satu kata yang mewakili perasaanya sekarang yaitu sakit, rasanya begitu sakit dan sesak di dada.

"Masyaa Allah ternyata beliau bukan hanya dikagumi ketampanannya tetapi juga gemar menyantuni anak yatim. Ya kan Syifa?" tanya Hasbi melihat Fadlan masuk ke dalam panti asuhan itu.

Syifa hanya diam tidak menghiraukan pertanyaan Hasbi.

'suatu kebetulan bisa bertemu dengannya di sini, apa mungkin kami berjodoh' Hasbi berucap dalam hati.

"Kamu kenapa Syif?" tanya Hasbi menyadari raut kesedihan di wajah Syifa.

"Oh, tidak apa-apa. Ini mungkin kena debu.. hehe banyak asap kendaraan jadi sensitif matanya" jawabnya segera menyeka air mata yang hampir keluar.

Hasbi kebingungan menoleh ke kanan dan ke kiri, karena memang keadaan jalan yang tidak terlalu ramai.

"Maaf saya duluan. Assalamu'alaikum" pamit Syifa menunduk setelah penjual memanggil nomor antriannya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah"

......................

"Lama yah pak, beli buburnya di Arab?" sindir Adit, salah satu temannya.

"Maaf, tadi ada urusan dikit.."

"Urusan apa kah yang membuat dikau lama kembali?" tanya Miftah sahabat yang paling kocak.

Sebenarnya dia segan untuk memberitahu, karena ada Yusuf disana. Tapi karena sudah terlanjur dan kalau tidak di jawab mereka semakin penasaran.

"Tadi ngga sengaja ketemu Syifa, temannya Jihan" jawabnya santai.

"PDKT dong.." celetuk Yusuf.

"Astaghfirullah, tidak begitu kawan. Hanya sekedar mengobrol, sambil menunggu antrian yang ramai"

"Ekhem! Pucuk di cinta ulam pun tiba" bisik Adit pada Hasbi.

Hasbi merasa ada ketertarikan dalam hatinya pada Syifa, dia meraih handphonenya lalu menanyakan pada Jihan beberapa informasi tentang Syifa, sahabatnya.

...****************...

Terpopuler

Comments

Herry Murniasih

Herry Murniasih

lanjut 🥰🥰

2024-10-19

0

Aira Azzahra Humaira

Aira Azzahra Humaira

lanjut

2024-09-17

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : Perjodohan
2 Part 2 : Khitbah
3 Part 3 : Dosen Baru
4 Part 4 : Keraguan Hati
5 Part 5 : Gaun Pengantin
6 Part 6 : Hari Yang Di Tunggu
7 Part 7 : Malam Pernikahan?
8 Part 8 : Jangan Panggil Aku "Bapak"
9 Part 9 : Pergi Berlibur
10 Part 10 : Pesona Mas Fadlan
11 Part 11 : Pindah Rumah
12 Part 12 : Ada Yang Cemburu
13 Part 13 : Panggilan Sayang
14 Part 14 : Kakek Sakit
15 Part 15 : Rahasia Syifa
16 Part 16 : Diam
17 Part 17 : Nasehat Abah dan Ummi
18 Part 18 : Siapa Dia?
19 Part 19 : Firasat Syifa
20 Part 20 : Perselisihan
21 Part 21 : Listrik Padam
22 Part 22 : Saling Menyadari
23 Part 23 : Munajat Do'a
24 Part 24 : Satu Piring Berdua
25 Part 25 : Bucin 1
26 Part 26 : Ada Apa?
27 Part 27 : Gagal Lagi
28 Part 28 : Perasaan Gelisah
29 Part 29 : Kesedihan Mendalam
30 Part 30 : Kedatangan Helena
31 Part 31 : Salah Siapa?
32 Part 32 : Benih Cinta
33 Part 33 : Bucin 2
34 Part 34 : Hari Pertama Ujian
35 Part 35 : Di Ruangan Dosen
36 Part 36 : Bucin 3
37 Part 37 : Bekal Makan Spesial
38 Part 38 : Apa Kamu Menyesal?
39 Part 39 : Nanggung
40 Part 40 : Jadi Bingung
41 Part 41 : Acara Makan Malam
42 Part 42 : Uhibukka Fillah
43 Part 43 : Jangan Mengecewakan
44 Part 44 : Bucin 4
45 Part 45 : Antri di Kantin
46 Part 46 : Salon Kecantikan Teman Helena
47 Part 47 : Deep Talk dengan Suami
48 Part 48 : Hal Tidak Terduga
49 Part 49 : Ruang CEO
50 Part 50 : Dibalik Masa lalu Syifa
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Part 1 : Perjodohan
2
Part 2 : Khitbah
3
Part 3 : Dosen Baru
4
Part 4 : Keraguan Hati
5
Part 5 : Gaun Pengantin
6
Part 6 : Hari Yang Di Tunggu
7
Part 7 : Malam Pernikahan?
8
Part 8 : Jangan Panggil Aku "Bapak"
9
Part 9 : Pergi Berlibur
10
Part 10 : Pesona Mas Fadlan
11
Part 11 : Pindah Rumah
12
Part 12 : Ada Yang Cemburu
13
Part 13 : Panggilan Sayang
14
Part 14 : Kakek Sakit
15
Part 15 : Rahasia Syifa
16
Part 16 : Diam
17
Part 17 : Nasehat Abah dan Ummi
18
Part 18 : Siapa Dia?
19
Part 19 : Firasat Syifa
20
Part 20 : Perselisihan
21
Part 21 : Listrik Padam
22
Part 22 : Saling Menyadari
23
Part 23 : Munajat Do'a
24
Part 24 : Satu Piring Berdua
25
Part 25 : Bucin 1
26
Part 26 : Ada Apa?
27
Part 27 : Gagal Lagi
28
Part 28 : Perasaan Gelisah
29
Part 29 : Kesedihan Mendalam
30
Part 30 : Kedatangan Helena
31
Part 31 : Salah Siapa?
32
Part 32 : Benih Cinta
33
Part 33 : Bucin 2
34
Part 34 : Hari Pertama Ujian
35
Part 35 : Di Ruangan Dosen
36
Part 36 : Bucin 3
37
Part 37 : Bekal Makan Spesial
38
Part 38 : Apa Kamu Menyesal?
39
Part 39 : Nanggung
40
Part 40 : Jadi Bingung
41
Part 41 : Acara Makan Malam
42
Part 42 : Uhibukka Fillah
43
Part 43 : Jangan Mengecewakan
44
Part 44 : Bucin 4
45
Part 45 : Antri di Kantin
46
Part 46 : Salon Kecantikan Teman Helena
47
Part 47 : Deep Talk dengan Suami
48
Part 48 : Hal Tidak Terduga
49
Part 49 : Ruang CEO
50
Part 50 : Dibalik Masa lalu Syifa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!