...***...
BRUKK!!
Jackson terkapar di tanah dengan posisi tak bernyawa. Tak lama setelah Jackson jatuh, pria itu berjongkok memungut botol yang tadi terjatuh dari tangannya. Ia meraih botol tersebut dan mengelapnya dengan sapu tangannya lalu memasukkan kembali botol itu ke dalam kantong jas yang dikenakan olehnya.
"And… game is begin."
...*...
"Apa yang harus kita lakukan sekarang? Aku ingin keluar dari sini!"
"Tenanglah, kalau kau panik maka kau tidak akan menemukan jalan keluar. Itu akan menghambat ide keluar dari otakmu!"
"Bagaimana aku bisa tenang, aku berada di tempat asing seperti ini tanpa tahu aku berada?"
Samar-samar Jackson mendengar suara seorang wanita yang berdebat dengan seorang pria. Suaranya semakin terdengar jelas begitu kesadarannya semakin pulih. Jackson membuka kedua matanya perlahan, ia lagi-lagi meringis. Tapi kali ini karena hal lain, kepalanya terasa sakit sementara ia sama sekali tidak dapat merasakan sakit sedikitpun di sekujur tubuhnya.
"Ah, dia bangun!" Suara wanita yang didengarnya itu terdengar bergerak menghampirinya bersama dengan pria tadi.
Jackson membuka kedua matanya, seorang laki-laki tampan dengan kulit putih dan rambut hitam pekat terduduk menatapnya bersama seorang wanita muda berambut kecoklatan. Wanita itu memiliki mata bulat yang indah dan wajah yang imut.
"Kau baik-baik saja?" Pria itu bertanya padanya.
Jackson memperjelas penglihatannya dan dilihatnya dengan sangat jelas kedua sosok yang kini memandanginya.
Jackson berusaha untuk bangun, cepat-cepat mereka berdua membantunya hingga ia terduduk di posisinya. Ia memegangi kepalanya, menahan sakit.
"Dimana aku?" Jackson bertanya sambil menatap bergantian pada mereka. Detik berikutnya Jackson mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mereka berada dalam sebuah ruangan yang di dominasi oleh warna putih dengan sekelilingnya yang gelap. Hanya ada satu penerangan di sana dan itu adalah bagian yang mereka tempati saat ini.
"Kami juga tidak tahu. Karena saat kami bangun, kami sudah berada di sini." Joanne Luvena menjelaskan. Jackson terdiam berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, dan hal terakhir yang di ingatnya adalah pertemuannya bersama pria paruh baya yang datang dan memberikannya cairan aneh dan mengatakan kalau dirinya telah mati. Tapi ini aneh, kenapa dirinya masih hidup? Apakah ini akhirat? Tidak mungkin, kalau ini memang akhirat kenapa dirinya berada bersama dengan mereka?
"Hal terakhir yang bisa aku ingat hanyalah pertemuanku dengan pria paruh baya yang memberikanku sebuah cairan aneh setelah menawarkan bantuan padaku. Oh ya, benar. Charis…" Jackson kembali teringat akan kekasihnya. Ia harus menolong kekasihnya itu, tapi kenapa dirinya malah harus terjebak di tempat aneh seperti ini? Dimana jalan keluarnya? Bagaimana ia bisa menyelamatkan kekasihnya kalau kondisinya sekarang seperti ini?
"Jadi… kau juga…" Smith Edison terdiam mendengar ucapan Jackson yang mengejutkannya. Sama halnya dengan Smith, Joanne juga menampakkan raut wajah yang sama. Ia menatap kedua lelaki dihadapannya itu bergantian.
"Jadi bukan hanya aku saja yang bertemu dengan pria paruh baya itu," ucap Joanne. Jackson dan Smith menatapnya.
"Maksudmu, kau juga bertemu dengannya?" Jackson memperjelas situasi.
"Apakah pria paruh baya yang kalian maksud adalah pria yang berpakaian rapi dan datang untuk memberikan kalian bantuan lalu memberikan kalian cairan aneh berwarna biru?" Tanya Smith.
"Iya." Jackson dan Joanne mengangguk bersamaan.
"Warnanya merah, bukan biru."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 202 Episodes
Comments
Reza
🆙🆙🆙
2022-04-16
1