Dimanja Tanpa Cinta
Dev tak habis pikir dengan kelakuan istrinya Akhir-akhir ini.
Delia Agasta istrinya kini menjadi pendiam, apapun yang dilakukan Dev ia hanya mengiyakan.
Tak seperti biasanya yang selalu ingin diprioritaskan.
Selalu ingin didengar apa maunya.
"Hari ini aku lembur!" Dev berkata memancing Delia.
Namun Delia hanya mengangguk.
"Sda meeting penting, tak sempat sarapan dirumah."
Lagi-lagi Delia hanya mengangguk.
Biasanya jika mengatakan lembur ia akan bergelayut manja di lengan Dev, merayunya supaya pulang awal.
Ketika mengatakan tak sarapan dirumah, ia akan marah-marah, berbicara panjang lebar membuat Dev jengah dengan sikapnya.
Namun kali ini berbeda ada yang lain dari sikap Delia atau yang biasa disapa Adel.
"Sda apa denganmu?" Tanya Dev merasa perubahan drastis pada istrinya.
Adel menggelengkan kepala, "tak ada apa-apa," jawabnya sambil memungut handuk dikasur, menaruhnya ditempat seharusnya.
Biasanya ia juga akan marah-marah ketika Dev dengan sembarang menaruh handuk.
Setelah mengantar Dev sampai pintu depan, dan mobil Dev tak lagi terlihat, Adel masuk kekamar menangis sejadi-jadinya.
Mengingat percakapan beberapa waktu lalu yang tak sengaja ia dengar.
"Shanum, apa aku sudah tidak lagi ada kesempatan?" Tanya Dev pada Shanum.
"Maksudmu?"
"Shanum kamu wanita terbaik yang pernah aku kenal."
"Wanita terbaik adalah istrimu, jika dia belum baik menurut versimu maka bimbinglah supaya dia baik bagimu, karena itu sudah menjadi kewajibanmu."
"Tidak Shanum, aku masih mencintaimu!"
"Tapi aku tidak, permisi." Shanum kemudian melangkah pergi meninggalkan Dev dikantin kantor.
Shanum gadis lemah lembut juga terjaga akhlaknya telah menjalin hubungan dengan Dev semenjak mereka masih berseragam putih abu-abu.
Keduanya sempat terpisah karena pekerjaan namun tetap menjaga cinta masing-masing hingga dipertemukan lagi oleh pekerjaan juga.
Devan Aditya biasa disapa Dev, pria tampan menjadi idaman para gadis, dulu disekolah, dikampus maupun sekarang ditempat kerja.
Namun hatinya telah dijatuhkan hanya untuk Shanum, cinta pertamanya, seorang gadis yang mampu menggetarkan hatinya.
Bila jauh ia merindu, bila dekat ia selalu merasa Nyaman.
☆☆☆
'Selama ini dia tak pernah mencintaiku, dia hanya mencintai Kak Shanum, lalu apa artinya selama ini selalu menuruti permintaanku?' Adel menangis lagi setelah maracau tak karuan.
Namun ia juga tak bisa menyalahkan Shanum sahabatnya sekaligus Kakak angkatnya.
Matahari semakin meninggi, namun Adel sama sekali tak beranjak dari tempat tidurnya.
Bahkan makanan yang tadi pagi sempat ia masak masih tetap utuh dimeja makan tak tersentuh sama sekali.
ART yang biasa mengurus rumah menjadi khawatir karena sedari pagi Adel tidak keluar kamar.
"Non, non Adel baik-baik saja?" Mbok Sari sebagai pengasuh Adel sedari kecil merasa ada yang tidak baik-baik saja dengan Nonanya.
"Adel baik mbok!" Berusaha menormalkan suaranya tetapi tidak membuka pintu meskipun Mbok Sari terus mengetuk.
"Non buka pintunya, Mbok pengin lihat kedaan non Adel."
"Adel baik mbok hanya sedang tak ingin melakukan apapun!"
"Baiklah jika butuh apa-apa panggil mbok!"
Adel tak menyahut, Mbok Sari yang merasa sia-sia akhirnya kembali melakukan pekerjaan.
☆☆☆☆
"Sudah pulang Den?" Tanya Mbok Sari ketika melihat Dev membuka kulkas mengambil minuman dingin.
"Sudah Mbok." Dev yang kepikiran akan sikap Adel memutuskan untuk pulang lebih awal, membatalkan meetingnya dengan klien.
"Den." Ragu-ragu Mbok Sari memanggil suami dari Nonanya.
"Iya Mbok?"
"Ada apa dengan Non Adel?"
"Kenapa Mbok?" Dev malah balik bertanya.
"Sedari pagi tidak keluar kamar."
"Biar saya liat mbok."
Mbok Sari hanya mengangguk, sedangkan Dev berjalan sedikit lebih cepat menuju kamarnya.
Meskipun tak mencintainya namun tetap saja menghawatirkan keadaan istrinya.
Biar bagaimanapun istrinya adalah tanggung jawabnya.
Melihat Adel sedang tidur ia tak tega jika harus membangunkannya.
Sambil menunggu bangun Dev memilih untuk membersihkan diri dulu.
Keluar dari kamar mandi ternyata Adel sudah duduk disofa menunggu dirinya.
"Sudah pulang Mas? Maaf aku ketiduran."
"Tidak apa, kamu pasti lelah." Melihat mata sembab Adel, Dev paham bahwa Adel telah menangis lama.
"tidak jadi meeting?"
"tidak."
Setelah itu tidak lagi ada obrolan apapun, Adel sendiri lebih memilih masuk kamar mandi membersihkan diri karena sudah sore.
"Del!" Panggilnya setelah Adel keluar dari kamar mandi sudah dengan berpakain lengkap.
Biasanya setelah mandi Adel hanya keluar dengan balutan handuk ditubuhnya.
Berganti pakaian tanpa canggung didepannya, tapi beberapa hari ini justru selalu keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap.
Semakin membuat Dev tidak mengerti dengan istrinya.
"Ya?" Jawabnya singkat.
"Apa yang terjadi?"
"Tidak ada!"
"Kamu tidak keluar seharian?"
Adel tak menjawab apapun hanya menggelengkan kepala, sebagai tanda pembenaran dari pertanyaan suaminya.
Bagi Adel dunia seperti sedang mempernainkan hidupnya.
Detahun hidup bersama dengan orang yang dicintai dan yang ia kira juga sangat mencintai dirinya.
Membuat Adel merasa bangga, merasa menjadi wanita paling beruntung karena mendapatkan pria yang menjadi idola wanita.
Dituruti segala keinginannya, seakan dia juga wanita paling istimewa untuk suaminya.
Ternyata dia salah, Dev sama sekali tak mencintainya.
Ternyata selama ini dia hanya dimanja tanpa cinta.
Matanya kembali menganak sungai ketika mengingat betapa mesranya tatapan suaminya pada Kakak angkatnya.
Tatapan yang tak pernah ia dapatkan sama sekali.
Bahkan sekalipun sedang melakukan hubungan suami istri, Dev tak pernah menatap mesra.
Kini ia baru sadar tak ada sedikitpun hati Dev untuknya.
Ia buru-buru menghapus air matanya yang hampir terjatuh, sebelum Dev menyadarinya.
"Sudah makan?"
Lagi-lagi Adel hanya menggeleng.
"Makan dulu nanti kamu sakit."
Adel tak menjawab ia kemudian keluar menuju balkon melihat pemandang kota disore hari.
Mentari yang mulai terbenam diufuk barat menambah keindahan langit senja.
Dev yang merasa terabaikan merasa kesal dibuatnya.
Ia menuju ruang kerja memeriksa berkas yang tadi belum sempat ia tanda tangani.
Hingga langit mulai menghitam Adel masih setia duduk dibalkon menikmati lampu-lampu jalanan yang mulai berkerlipan bak bintang dilangit.
Ketika dirasa udara mulai dingin Adel masuk kamar.
Menutup pintu balkon supaya angin malam tak berhembus masuk kekamarnya.
Ketika membalikan badan ia terkejut karena suaminya sudah berdiri didepannya dengan tatapan seperti singa yang ingin memangsanya.
"Katakan sebenarnya ada apa?" Sambil mencengkeram pergelangan tangan Adel.
Adel yang hendak pergi tak bisa karena tangannya dipegang kuat oleh Dev.
Namun tetap tak menjawab apapun.
"Del aku bertanya, jawab!" Dev sedikit membentak, semakin kesal karen Adel hanya diam.
"Sepertinya Mbok Sari sudah selesai makan, mari kita makan malam." Tak mau membahas dirinya, Adel lebih memilih untuk mengalihkan pembicaraan.
"Jawab dulu!"
Namun Adel tak menjawab ia menghempaskan tangannya kemudian berlalu keluar kamar.
Dev semakin dibuat kesal olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mak e Tongblung
α∂α кσк ѕ∂α
2023-04-14
0
Erni Handayani
Salam kenal othor😍
2022-12-20
1
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor
2022-12-13
0