keinginan Dev

Dev semakin dibuat kesal olehnya.

tak menghiraukan Dev, Adel keluar kamar menuju meja makan.

"Masak apa Mbok?" Sekedar basa basi.

"Engga masak banyak Non, cuma tumis kangkung, gurameh bakar, sama sambal."

"Wah sepertinya enak!"

"Ya seperti biasa Non."

Lalu mereka tertawa bersama, Dev yang memperhatikan dari tadi merasa semakin heran.

Dengan Mbok Sari bisa tertawa lepas, namun dengan dirinya bersikap seperti ingin menghindar.

Tersadar jika suaminya sudah duduk, Adel mengambil nasi meletakan dipiring suaminya.

"Sudah cukup." Dev mencegah ketika Adel akan menambahkan nasi lagi.

Mengembalikan nasi ketempatnya, beralih mengambil lauk dan sayur kembali meletakan dipiring suaminya.

Setelah selesai ia mengambil untuk diri sendiri.

Tak ada percakapan apapun selama makan malam berlangsung.

Jika seminggu lalu setiap kali makan bersama selalu ramai oleh celotehan Adel yang menceritakan kegiatan sehari-harinya.

Kali ini hanya dentingan sendok yang terdengar sedang beradu dengan piring.

Selesai makan malam Dev langsung kembali kekamar sementara Adel membantu mbok sari memberskan bekas makan.

"Mbok mulai besok pagi mbok Sari yang masak ya."

Jika biasanya setiap pagi Adel yang menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Kali ini ia sudah tak ingin melakukan lagi.

Usahanya tak pernah dihargai sama sekali, Dev hanya mau makan ketika Adel merengek.

Mbok Sari hanya mengiyakan saja.

"Sudah Non biar simbok saja." Mbok Sari tak enak hati jika Nonanya membantu pekerjaannya.

"Tak apa mbok."

Malam semakin larut namun tak ada tanda-tanda Adel akan masuk kamar.

Dev dibuat gelisah sendiri, 'biarkan saja, apa peduliku, dia yang menghindar' dev bermonolog sendiri dalam hati.

Keesokan harinya seperti biasa Adel sudah rapih dengan baju rumah.

Dev baru bangun ketika Adel hendak keluar kamar, namun diurungkan melihat Dev sudah beranjak dari tempat tidurnya.

Adel berjalan menuju lemari menyiapkan pakaian Dev, setelah itu baru keluar.

"Pagi mbok." Sapa Adel pada Mbok Sari yang sedang memasak didapur.

"Pagi juga Non."

"Masak apa mbok, Adel bantu ya?"

"Ndak usah Non, Non sudah cantik nanti berantakan lagi."

"Dalam keadaan apapun Adel kan selalu cantik Mbok."

"Iya Non Adel memang gadis simbok yang paling cantik, beruntung Den Devan punya istri kaya Non Adel."

"Beruntung apanya Mbok, anugrah engga, musibah iya."

"Hus gak boleh ngomong kaya gitu," Mbok Sari memperingati Adel.

Sedangkan Adel hanya nyengir kuda.

"Non Adel itu selain cantik juga baik, gak pernah bedain status sosial, suka berbagi, suka membantu, ya meskipun kadang manja."

"Mbok yang belakang gak usah disebut."

Adel berkata sambil memanyunkan bibirnya.

"Tapi itu saja tidak cukup Mbok untuk membuat seseorang bisa mencintai."

"Bisa dong, buktinya Den Devan cinta sama nlNon Adel."

'Harusnya seperti itu, tapi faktanya tidak sesederhana itu untuk bisa mencintai seseorang,' tentunya Adel hanya berbicara dalam hati.

Adel hanya senyum tak menanggapi kalimat terakhir Mbok Sari.

Sedangkan Dev yang sedari tadi mendengarkan mulai sedikit mengerti kenapa Adel mendiamkannya.

Dev duduk dimeja makan, setelah tak lagi terdengar obrolan istri dan ARTnya.

"Aku buatkan teh dulu Mas," sambil bernjak dari duduknya.

Dev hanya mengangguk.

"Biar Mbok saja Non." Mbok Sari ingin menggantikan Adel membuat teh untuk Dev.

"Mbok lanjut masak saja, hanya membuat teh, Adel bisa mbok."

"Hari ini aku tidak masak," sambil menyerahkan teh kepada suaminya.

"Aku bisa sarapan dikantor," jawab Dev.

Adel hanya menganggukan kepala.

"Aku berangkat," pamit Dev.

"Hati-hati!" Jawab singkat Adel.

☆☆☆

"Mbok sibuk gak?" Ranya Adel ketika masuk kekamar Mbok Sari, saat Mbok Sari selesai shalat dhuhur.

"Tidak, ada apa non?" Mbok Sari merasa Adel akan menceritakan sesuatu.

"Gak ada apa-apa Mbok bosen aja."

Adel tadinya hendak menceritakan masalahnya pada Mbok Sari.

Namum diurungkan, mengingat kesehatan Mbok Sari sudah tidak baik-baik saja.

Sudah pasti Mbok Sari akan kepikiran terus jika Adel menceritakan kenyataan rumah tangganya pada Mbok Sari.

mLMengingat Mbok Sari begitu menyayang Adel layaknya anak sendiri.

Sementara itu dikantor Dev kembali menemui Shanum.

"Shanum ini sudah satu tahun aku menjalani rumah tangga dengan Adel, tapi aku tetap tidak bisa mencintainya."

"Kamu butuh waktu lebih lama dari sekedar 12 purnama."

"Butuh waktu berapa lama lagi?"

"Sampai kamu bisa membuka hatimu untuknya."

"Enam bulan, aku bersabar sampai enam bulan kedepan, jika aku tak bisa mencintainya, aku akan melepaskannya."

"Lalu?"

Kemudian Dev menjawab bahwa dirinya akan kembali pada Shanum, hanya Shanum yang ia cintai.

Ia ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama wanita yang dicintai.

Namun Shanum menolak, selepasnya dari ikatan pernikahan dengan Adel, Shanum tetap tidak ingin kembali pada Dev apapun alasannya.

"Shanum mengertilah, hari-hariku sangat membosankan, aku menjalani hidup yang monoton, hanya seputar pagi kerja malam tidur, pagi lagi bangun untuk bekerja lagi seterusnya seperti itu."

"Tidak jika kalian memiliki anak!" Jawab Shanum sambil merapihkan berkas-berkas diatas meja.

"Jangan pernah sakiti adikku, atau aku tak mau mengenalmu lagi!" Lanjut Shanum sambil beranjak dari duduknya.

Dev tak menjawab apapun.

Jam makan siang sudah lewat dari tadi, namun Shanum baru beranjak dari duduknya.

Ia menyelesaikan pekerjaannya dulu bermaksud ingin pulang lebih awal.

Shanum ingin menemui Adel sudah lebih dari sepekan mereka tak bertemu.

"Kamu mau kemana?" Tanya Dev ketika melihat Shanum meninggalkan meja kerjanya menuju pintu keluar.

"mLMenemui adikku." Jawab singkat Shanum.

☆☆☆☆

Terdengar bel berbunyi ketika Adel sedang tiduran dipangkuan Mbok Sari.

Adel hendak bangun namun mbok sari mencegahnya, "Biar Mbok saja."

Adel hanya mengangguk lalu tiduran lagi dikasur Mbok Sari.

Sebenarnya Mbok Sari tau Adel menyembunyikan sesuatu.

Namun Mbok Sari juga tak berani memaksa Adel untuk menceritakan masalahnya.

Ia hanya membiarkan Adel tiduran dipangkuannya, mengelus rambutnya memberikan ketenangan.

Mengisyaratkan bahwa semua akan baik-baik saja, meski tak terucap.

Ceklek.

Pintu terbuka tarlihat gadis berhijab berdiri membelakangi pintu, memperhatikan taman bunga mawar beraneka warna kesukaan nyonya rumah.

Shanum belum menyadari jika pintu telah terbuka hingga mbok sari berkata, "maaf siapa ya?"

Shanum membalikan badan melihat Mbok Sari lalu mengucap salam setelahnya mencium punggung tangan mbok Sari.

Baik Shanum maupun Adel tak pernah menganggap mbok Sari pembantu.

Mereka memperlakukan mbok Sari layaknya keluarga, menghormati mbok Sari seperti menghormati Ibunya.

Waktu masih tinggal bersama mereka tak pernah meminta atau menyuruh mbok Sari.

Ketika membutuhkan sesuatu selalu diawali dengan kata tolong, itupun jarang mereka lakukan.

"Ya Allah non Shanum, apa kabar mbok kangen." Sambil memeluk Shanum.

Shanum memang terkadang bertemu dengan Adel namun lebih sering bertemu diluar.

Jadi mungkin sudah lebih dari satu bulan mbok Sari tidak melihat Shanum, Shanum sendiri juga jarang main kerumah Adel.

"Shanum baik mbok, mbok sendiri gimana?"

Terpopuler

Comments

Mak e Tongblung

Mak e Tongblung

мℓм ρααη ѕιн? туρσ ѕєяιηg ∂єн

2023-04-14

0

lovely

lovely

masih bingung alurnya ko smpe nikah ma adiknya yg di cintai kakanya realnya nih bisa jadi perang saudara 🥴

2022-10-07

0

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒

trs knp mau nikah dgn adik KLO cinta dgn shanum .. x ada flshbck

2022-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!