"Shanum baik mbok, mbok sendiri bagaimana?"
"Baik juga non, Alhamdulillah masih dipertemukan lagi dengan non Shanum." mbok Sari berkata sambil melepas pelukan.
"Sering-sering main kesini non," lanjutnya lagi.
"Insya Allah mbok, Adel ada mbok?" Shanum menanyakan Adel karena dari tadi tak melihat gelagat Adel.
"Ada non dikamar simbok, tapi sepertinya sedang tidak baik-baik saja."
"Adel sakit mbok?"
"Bukan sakit, maksudnya gimana ya non jelasinnya."
"Jelaskan mbok ada apa?"
"Non Adel sepertinya sedang ada yang dipikirkan, tapi non Adel gak mau cerita, simbok juga ga berani tanya non."
"Baiklah mbok terimakasih."
Setelah mengucapkan terimakasih Shanum bergegas menuju kamar mbok Sari yang berada dibelakang dekat dapur.
Meskipun kamar ART namun sangat terasa nyaman,
"Siapa yang datang mbok?" Adel bertanya saat mendengar pintu terbuka.
Masih dengan posisi miring menghadap tembok ia mengira mbok Sari yang masuk.
Merasa tak ada jawaban Adel bertanya lagi.
"Tamunya sudah pulang mbok?" Masih tetap dengan posisi yang sama.
Suaranya terdengar tak bersemangat, sangat kentara bahwa dia sedang memiliki masalah.
"Dek!" panggil Shanum pada Adel.
"Kak Shanum." Adel terlonjak kaget seketika bangun dari posisi nyamannya.
"Kamu apa kabar dek?"
"Adel baik kak, kaka bagaimana?"
"Sangat baik," menjawab sambil duduk bersisihan dengan Adel.
"Sudah makan dek?" Tanya Shanum.
"Sudah" jawabnya singkat.
"Sepertinya kamu sedang bosan, keluar yuk." Shanum mengajak Adel keluar.
Melihat Adel tak bersemangat Shanum merasa kasihan, namun sama seperti mbok Sari, ia juga tak berani bertanya apapun.
Menunggu sampai adiknya siap bercerita dengan sendirinya..
"Adel males keluar kak." Benar memang Adel sedang tak ingin melakukan apapun.
Dia yang biasanya bisa menghabiskan tujuh digit hanya untuk sekali perawatan kesalon, sekarang sudah lebih dari sepekan ia tak melakukannya.
Bahkan ia yang hobi shopping bisa menghabiskan delapan digit sekali masuk mall.
Apalagi suaminya selalu menuruti semua keinginannya.
Adel sangat dimanja oleh Dev, meskipun Dev tak bisa hangat dan romantis, namun semua keinginan Adel selalu di iyakan.
"Ayolah, kakak belikan kamu boba." Shanum menawarkan boba, boba adalah minuman kesukaan Adel.
"Adel mau 10, eh salah 15," masih dengan posisi rebahan.
"aberapapun ayo, bila perlu sama gerobaknya bawa pulang, abang-abangnya juga kalau Adel mau."
"Adel juga mau bakso mang Asep pinggir jalan depan."
"Apapun."
Shanum menarik tangan Adek keluar kamar mbok Sari.
Ketika baru keluar pintu Shanum dan Adel berpapasan dengan mbok Sari yang hendak masuk kamar membawa satu jus jeruk kesukaan Adel dan satu jus mangga kesukaan Shanum.
"Minumnya non," mbok Sari menawarkan minumannya.
"Eh iya mbok," jawab Shanum sambil mengambil nampan dari tangan mbok Sari kemudian membawanya kemeja makan.
"Bersiaplah dandan yang cantik, kakak tunggu disini!" Shanum mendorong pelan tubuh Adel.
"Bentar, mau minum dulu," tak menghiraukan Kakaknya Adel ikut duduk manis menyesap sedikit jus jeruk.
"Mbok Sari the best, jusnya seger banget ngalahin boba yang deket perempatan." sambil melirik kakaknya.
"Adel udah cukup minum jus kak, udah gak pengin boba," lanjutnya sambil melihat Shanum, bermaksud sudah tak ingin keluar.
"Engga menerima penolakan!" Kata Shanum yang tau maksud adiknya.
Akhirnya mau tak mau Adel bangun dari duduknya, berjalan menuju kamarnya.
Berganti pakaian, mengoleskan bedak tipis dan juga lipice.
Tak mau memakai make up seperti biasanya ia hanya berdandan sederhana.
Tapi justru membuat ia terlihat lebih cantik alami.
Setelah dirasa cukup akhirnya Adel turun dengan penampilan yang bisa dibilang sangat sederhana untuk ukuruan nyonya Agasta.
Shanum yang melihat merasa heran karena berpenampilan tidak seperti biasanya.
Namun juga merasa senang karena adiknya tidak lagi berpenampilan berlebihan.
"Cantiknya," ucap Shanum sambil memeluk Adel.
"Rambut adel rusak kak." Adel pura-pura merajuk.
"Tetep cantik," jawab Shanum sambil mencubit pipi Adel gemes.
Mereka bergegas keluar rumah setelah sebelumnya sudah pamit pada mbok Sari.
Shanum juga berpesan mungkin akan pulang sedikit larut meminta mbok Sari untuk tidak menunggu.
Tak butuh waktu lama mereka sampai dipusat perbelanjaan terbesar.
Mereka memilih untuk makan dulu, karena Shanum baru ingat ternyata dia belum makan siang.
Adel hanya mengikuti saja kemana kakaknya pergi.
Setelah sampai mereka memilih tempat duduk dekat jendela yang menghadap pemandangan kota.
Karena jam makan siang sudah lewat beberapa jam yang lalu, tidak terlalu banyak pengunjung, mereka leluasa memilih tempat duduk.
Sambil menunggu makanan datang Shanum mencoba berbicara. Berharap Adel mau menceritakan masalahnya
"Dek, semangat donk, mana adeknya kakak yang selalu ceria."
Benar kata mbok Sari, Shanum juga merasakan hal yang sama, Adel seperti lebih diam, tak banyak bicara.
Biasanya jika mereka bertemu selalu saja ada yang adel bahas.
Adel tak pernah kekurangan bahan untuk bercerita.
Kadang ia menceritakan tentang gaya rambut terbaru, baju yang lagi ngetrend, tas brand keluaran terbaru.
Selain itu lebih sering juga Adel bercerita tentang suaminya.
Dia selalu membanggakan suaminya, bagaimana suaminya memanjakannya.
Memberikan ini membelikan itu sesuai keingina Adel.
Bahkan ketika ada meeting pentingpun suaminya rela meninggalkan ketika Adel menginginkan suaminya untuk pulang.
Tapi sekarang tak ada satu katapun yang adel ceritakan.
Ia hanya menjawab ketika ditanya.
"Adel juga udah semangat kak." Namun suaranya terdengar lesu.
Tak lama kemudian makanan mereka datang, karena memang mereka memesan fast food.
"Makan dek jangan cuma buat mainan!" Shanum berkata mengingat sedari tadi Adel belum memasukan sesuappun makanan kedalam mulutnya.
"Iya ini juga dimakan," sambil menyuapkan potongan kentang goreng.
"Kak!" Adel memanggil kakaknya dengan sedikit ragu.
"Iya dek, kenapa?" Tanya Shanum Antusias.
"Bagaimana perasaan kakak selama ini?" Tanya Adel.
"Maksud kamu apa dek?"
"Apa kakak pernah merasa marah saat Adel meminta sesuatu milik kakak? Dari dulu Adel selalu menginginkan apa yang kakak punya, tapi kakak selalu memberinya," tanya Adel sambil menundukan kepala merasa bersalah.
"Hey dek kamu ngomong apa sih, kakak sebagai kakak kamu sudah pasti ingin memberikan yang terbaik untuk adek tersayangnya kakak." Jawab Shanum sambil melihat Adel yang masih tetap menunduk.
"Dek apapun yang kakak kasih kekamu kakak ikhlas, kenap tiba-tiba Adel menanyakan seperti itu?"
"Jika Adel mengembalikan lagi apa yang sudah Adel minta sama kakak, apa kakak mau menerimanya lagi?"
Mengingat dulu Adel selalu menginginkan apapun yang kakaknya miliki.
Meskipun Ayah mereka selalu memberikan sesuatu yang sama.
Namun Adel tetap lebih suka sesuatu milik kakaknya.
Tumbuh dari keluarga kaya raya dan diasuh oleh single parent membuat Adel selalu dimanja.
Apapun yang diinginkan selalu ia dapatkan.
Ibunya meninggal ketika melahirkannya, dan ayahnya bertekad untuk tidak menikah lagi.
Mengasuh Adel sendirian dengan dibantu mbok Sari yang waktu itu bekerja sebagai ART ditempat Tuan Riki Agasta ayahnya Adel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments