mulai posesif

mendengar pertanyaan dari evan, shanum kemudian memperhatikan seluruh wajah evan, mungkin saja ada bagian yang dia kenali dari wajahnya.

namun hasilnya nihil, shanum tetap tak bisa mengenali evan,

shanum menggelengkan kepala lalu berkata "aku tak bisa mengingatmu sama sekali"

"menyebalkan" gerurtu evan

"kenapa semua orang melupakanku, adel lupa, ka shanum juga lupa" kata evan lagi sambil menyandarkan kepalanya diatas meja.

"maaf tapi bisakah kamu katakan siapa kamu yang sebenarnya, maksdukku apakah sebelumnya kita saling kenal?" tanya shanum hati-hati, takut menyinggung perasaan evan.

"aku evan arlando ka, masa kaka lupa" evan cemberut lagi

"ya aku tau maksduku .........." belum selesai shanum meneruskan bicaranya tiba² terdengar teriakan.

"elpan, kau ada disini" teriak adel dari jauh begitu melihat evan berada dikantin lalu berjalan mendekat, dengan dev yang masih setia mengekor dibelakang

"tentu saja, ingin bertemu dengan kaka cantiku" jawab evan.

"tunggu dulu, evan, elpan, seperti tidak asing dengan nama itu" shanum mencoba mengingat-ingat nama yang akrab sekali ditelinganya.

"hah kaka juga lupa dengannya?" tanya adel setelah sampai dimeja mereka, namun tidak ikut duduk, masih tetap berdiri dan dev menggandeng tanggannya

"itulah yang sedang kami debatkan dari tadi de, kaka merasa tak mengenalnya, tapi dia begitu yakin kalo dia mengenal kaka" kata shanum

"dia memang bukan orang yang begitu penting untuk diingat" adel mengatakan dengan sedikit bercanda

"adel" panggil evan dengan muka memelasnya.

"oke, oke maaf" adel meminta maaf, lalu menceritakan kepada shanum siapa evan sebenarnya.

tidak banyak yang adel ceritakan, karena memang tidak banyak tau juga tentang kehidupan evan setelah pindah.

"Masya Allah, ini serius evan teman kamu dulu de?" tanya shanum pada adel, setelah adel selesai bercerita.

adel hanya menganggukan kepala sebagai tanda membenarkan pertanyaan shanum

shanum memperhatikan dari ujung kaki sampai ujung kepala, meyakinkan diri apakah benar pria didepannya adalah teman adiknya dulu

shanum seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

siapapun juga pasti tidak akan percaya dengan metamorfosis yang dialami evan.

"jangan menatapku seperti itu nanti jatuh cinta" kata evan becanda,

shanum hanya menggeleng gelengkan kepala sambil berkata "seharusnya tidak"

"tapi aku ingin kamu jatuh cinta" kata evan lagi.

sedangkan adel memutar bola matanya jengah mendengar ucapan evan.

dev yang sedari tadi hanya menjadi penonton setia tak ingin sedikitpun memberikan komentar.

ia sedari tadi hanya menggandeng tangan adel kini pindah memeluk pinggang adel sambil melihat drama didepannya.

"tunggu, sepertinya aku melewatkan sesuatu" kata shanum setelah menyadari sikap dev berubah terhadap adik kesayangannya.

"tidak ada, bahkan jika kaka cantik melewati hatiku, aku akan memcegatnya agar berhenti dan tak melewatkan cintaku" kata evan mencoba menggoda shanum.

"diamlah aku sedang tidak berbicara denganmu" balas shanum

sedangkan adel yang tau arah pembicaraannya belum mau mengatakan apa pun, selain belum pas waktunya juga karena ada evan disana.

dev pun begitu tak ingin berkomentar apa-apa, hanya tersenyum sedikit lalu kembali kemode semula,

datar tanpa ekspresi.

"de kamu berhutang penjelasan kepada kaka" kata shanum pada adel, karena adel tak mau mengatakan apapun

"akan aku bayar nanti" jawab adel

"sampai kapan kalian akan meeting disini, bukankah jam kerja sudah dimulai dari tadi" dev kini ikut berbicara mengingatkan bahwa jam kerja sudah lewat.

"benarkah? ternyata kaka cantik hanya melewatkan jam kerja, aku kira melewatkan hatiku" evan yang menjawab kalimat panjang dev.

"dan semua karena kamu" kata dev mencoba menyalahkan evan.

semenjak dev melihat evan begitu dekat dengan istrinya, apalagi sampai membawanya keliling ibu kota dev merasa tidak menyukai evan.

ia ingin menjauhkan istrinya dari pria itu, namun mungkin tak semudah itu,

meski tak tau cerita masa lalunya, namun satu hal yang dev yakini,

hubungan mereka bertiga dulu sangat dekat.

"benarkah?" tanya evan dengan muka pura-pura polos.

"sepertinya aku memang sudah melewatkan jam kerja, sebaiknya kamu pulang dulu, kita bisa bertemu lain waktu" shanum yang tau aura keduanya sudah mulai tak bersahabat memilih menengahi sebelum berlanjut.

'sepertinya dev mulai cemburu' pikir shanum

"lain waktu kita akan bernostalgia" kata evan kemudian bangkit dari duduknya.

"aku pulang" evan berkata lagi sambil berlalu pergi.

setelah kepergian evan mereka bertiga berjalan menuju ruangan masing-masing.

meski sudah melewatkan jam kerja namun siapa yang berani menegurnya, toh mereka bertiga yang berkuasa dikantor itu.

evan mengantar adel keruangannya dulu, setelahnya dia pergi keruangannya sendiri yang letaknya memang tak terlalu jauh dari ruangan adel.

"pagi sifa" sapa adel pada sekertarisnya

"pagi juga bu adel" balas sifa

setelah menyapa adel masuk keruangannya, berkutat dengan seabrek berkas yang sudah menggunung menunggu untuk ditanda tangani.

tanpa terasa jarum jam berputar begitu cepat, adel melirik jam ditangannya ternyata sudah pukul 12 lebih 30 menit, namun ia belum berniat untuk bangkit dari singgasananya.

"del makan siang dulu" kata dev yang sedari tadi duduk disofa menunggu adel selesai memeriksa berkas-berkas, berniat ingin mengajaknya makan siang.

"maaf mas, bisakah minta tolong sifa pesankan makanan, kita makan disini saja, aku masih sibuk" adel berkata sekilas menatap dev, lalu kembali kepada berkas lagi.

"baiklah aku saja yang pesankan, adel mau makan apa?" tanya dev

"aku pemakan segala mas, jadi apa saja" jawab adel.

"baiklah" kemudian evan membuka ponsel cerdasnya mencari menu diaplikasi foodgo.

hanya butuh waktu 20 menit makanan sudah diantar.

"del makananya sudah datang, kamu makan dulu" kata dev mengingatkan adel

"nanggung mas, bentar lagi" adel masih terus fokus pada pekerjaannya.

"tidak del, kamu harus makan dulu, nanti aku bantu menyelesaikan pekerjaanmu" dev tidak mau adel sakit karena melewatkan waktu makan.

adel tak lagi menjawab, ia menutup berkas dan laptopny kemudian menghampiri dev disofa setelah sebelumnya mencuci tangan terlebih dulu.

☆☆☆☆

dilain tempat shamum sedang senyum-senyum sendiri membaca chat dari evan

(siang kaka cantik udah makan belum) tanya evan memulai percakapan dalam chat

*siang juga, udah barusan* jawab shanum

(kaka cantik nanti sepulang kerja aku jemput ya, sekalian dinner) evan mencoba merayu shanum supaya bisa menjemputnya sepulang kerja.

*tidak bisa, aku harus lembur*

(jangan mau disuruh lembur, cape)

*ga bisa gitu, kita kerja ikut orang, harus mengikuti aturan*

(kak cantik jadi istriku saja, ga usah kerja, dirumah ngurusin anak-anak kita, menungguku pulang kerja)

'dasar brondong ababil' batin shanum

*sebut saja namuku dalam setiap do'amu disepertiga malam terakhir, aku hanya ingin seberharga itu untuk calon imamku, semoga Tuhan mendengar do'amu* shanum tak mengiyakan namun juga tak menolaknya.

mungkin ini sudah waktunya ia memikirkan diri sendiri setelah melihat dimata dev sudah ada cinta untuk adiknya.

Terpopuler

Comments

Denni Siahaan

Denni Siahaan

mantap ceritanya Thor gak ada yang serakah gak ada plakor ini aku sukai

2022-10-07

0

agradewa channel amatir

agradewa channel amatir

mantaaaap

2022-09-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!