The Most Beautiful Destiny

The Most Beautiful Destiny

Awal

***

       Seorang pria berperawakan tinggi dan tampan keluar dari dalam kamarnya, ia tampak sibuk meregangkan ototnya yang tegang sehabis bangun tidur. Dia adalah Rafael Reinhard Keano seorang dokter spesialis di salah satu rumah sakit ternama dikotanya. Dia punya segalanya, wajah yang sudah tampan ditambah lagi dengan hidup yang sudah mapan dan memadai, tetapi  di usianya yang sudah menginjak 27 tahun dirinya masih sendiri dan bahkan belum pernah dikabarkan dekat dengan wanita manapun. Ia selalu menolak saat dikenalkan atau dijodohkan dengan wanita berbagai tipe, tak ada satupun yang berhasil menarik perhatian Rafael.

Rafael berjalan menuruni  anak tangga, ia berniat akan mengambil minum untuk membasahi tenggorokannya yang sudah kering. Setibanya disana ia bertemu dengan mommynya yang sedang menyiapkan sarapan seperti biasa.

"Pagi mom,"  ujar Rafa mendekati mommynya itu dan mengecup pipi kanannya.

"Pagi,"  balas mommynya ketus, ia tampak kesal dengan Rafa karena kemarin Rafa membatalkan janjinya untuk datang menemui kenalan mommynya itu.

"Aku minta maaf mom soal yang kemarin, kemarin aku emang lagi sibuk di rumah sakit,"  ujar Rafa.

"Ck, selalu saja begitu. Mommy tau itu cuma alesan kamu  doang. Mommy bisa stres kalau begini terus, kamu ini kapan nikahnya sih Rafa?kamu udah tua tau nggak,"  ucap mommynya.

"27 tahun belum ketuaan kali mom, lagian Rafa belum ada calon yang cocok," ujar Rafa yang lagi-lagi ngeles di depan mommynya.

"Tu kan alesan lagi. Mommy udah kenalin kamu sama anak-anak temen Mommy, semuanya cantik-cantik dan berasal dari keluarga baik-baik, berpendidikan dan berprestasi, trus kurangnya dimana coba, kenapa kamu tolak semuanya?"  tanya mommynya.

"Ya aku gak suka aja mom, banyak yang menarik tapi aku gak tertarik tuh. Yaudah sih, lagian cinta gak bisa dipaksa mom, suatu saat nanti bakal datang kok. Jodoh gak kemana,"  ucap Rafa.

"Nggak kemana ndasmu, kalau nggak dicari gak bakal datang Rafa. Udah ah, stres ngomong sama kamu,"  ujar mommynya yang melanjutkan aktivitas memasaknya.

Sedangkan Rafa memilih bodo amat dan beranjak pergi dari dapur. Ia sudah sangat bosan dikenalkan dengan banyak wanita, mulai dari kalangan atas hingga bawah, dari yang masih ABG sampai yang sudah dewasa. Dari yang cantik sampai yang biasa-biasa saja, namun apalah mau dikata diantara semuanya tak ada yang mengenak dihati seorang Rafa.

Rafa berjalan kembali menaiki tangga, namun saat masih berada di anak tangga yang ketiga tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya dari belakang. Rafa berhenti sejenak, sepertinya ia kenal dengan suara itu.

"Kak Rafa...."  panggil seorang gadis yang sudah berada di belakang Rafa dengan menenteng beberapa paper bag ditangannya. Rafa memutar badannya kearah belakang.

Rafa terkejut melihat sosok itu,ia ingat-ingat lupa dengan gadis pemilik tubuh kurus dan rambut panjang tersebut. Rafa berusaha memutar ingatannya,ia mencoba menerka siapa gadis itu.

"Nayra...." gumamnya pelan.

Gadis tersebut meletakkan paper bag yang ia bawa diatas meja dan mempercepat langkahnya kearah Rafa.

"Kangen...."  ujarnya memeluk Rafa dengan erat.

Rafa diam, dia bahkan tidak membalas pelukan gadis yang tengah memeluknya itu. Ia masih tak menyangka jika yang sedang memeluknya adalah Nayra, gadis masa lalunya yang sudah kembali.

"Kakak gak kangen sama aku?" tanyanya seraya mendongak kearah Rafa yang hanya diam dengan pandangan kosong kearah depan.

"Kapan lo balik dari Bandung?" tanya Rafa membuka suaranya, karena memang selama ini dirinya dan juga Nayra tinggal di kota yang berbeda. Rafa yang bertugas di Jakarta sedangkan Nayra yang melanjutkan kuliahnya di Bandung. Sejak Nayra kuliah di Bandung keduanya bahkan tidak pernah saling kontak dan bertemu lagi.

Nayra melepas pelukannya sendiri dan menatap kearah wajah Rafa yang baginya tak pernah berubah sedari dulu, masih sama.Sedari dulu Rafa selalu berhasil membuat jantungnya berdebar tak karuan saat ia dekat atau sekedar berkontak mata dengan Rafa.

"Nayra baru balik dari Bandung kemarin malam, Nayra sengaja ke Jakarta karna mau ketemu Kak Rafa. Nayra rindu sama kakak, sekalian Nayra datang buat ngundang   keluarga Kak Rafa,"  ujar Nayra.

"Ngundang? Buat apaan emang?Lo mau nikah?"  tanya Rafa.

Nayra tersenyum tipis kearah Rafa kemudian menggeleng.

"Nggak kak, Nayra mau ngundang keluarga kak Rafa buat dateng di acara wisuda aku minggu depan. Kalau nikahnya entar aja kalau aku udah selesai wisuda, tapi nikahnya sama kak Rafa yah?Nayra mau kok kalau calon suaminya kak Rafa,"  ujar Nayra tersenyum malu plus wajahnya yang sudah merah seperti kepiting rebus.

Deg-deg

Jantung Rafa berdetak cepat saat mendengar ucapan terakhir yang keluar dari mulut Nayra. Apa gadis itu serius dengan ucapannya? Sialnya lagi Rafa menjadi salting karena mendengar ucapan terakhir Nayra.

"Lo masih bocil, jangan ngayal nikah mulu,"  ujar Rafa menyentil kening Nayra. Baginya Nayra adalah anak kecil sama seperti dulu.

"Nayra udah gede kali, umur aku udah 23 tahun. Kakak sendiri kenapa sampai sekarang masih sendiri juga, gak laku yah?"  tanya Nayra jahil.

"Dih sok tahu lo,"  ucap Rafa.

"Lah kan emang bener,Tante Alea waktu itu pernah cerita sama aku,"  ujar Nayra.

"Itu gak bener, buktinya lusa gue mau nikah sama calon istri gue," ucap Rafa.

Raut wajah Nayra langsung berubah sendu mendengar ucapan Rafa barusan.

"Kakak seriusan mau nikah? Sama siapa? Kok Nayra gak tahu sih?"  tanya Nayra bertubi-tubi.

"Hahahha....lo percaya sama omongan gue? Ya kali gue nikah, nggak lah nay. Gue belum ada niat mau nikah dalam waktu dekat ini,"  ujar Rafa tertawa. Sedangkan Nayra akhirnya bisa bernafas lega setelah mengetahui jika Rafa hanya berbohong. Bisa patah hati Nayra kalau tahu Rafa mau nikah sama wanita lain.

"NAYRA....OMG, ini beneran lo?"  tanya Liora yang baru keluar dari kamarnya. Ia syok melihat Nayra berada disini sekarang.

"Aaa...Liora...."  ujarnya yang melihat Liora muncul di anak tangga.

Liora menuruni anak tangga kemudian langsung memeluk Nayra dengan erat, mereka berpelukan layaknya anak kecil yang sedang kangen-kangenan.

"Lo kok gak kabarin gue sih kalau mau datang kesini?"  tanya Liora melepas pelukan mereka.

"Aku lupa li, lagian aku gak punya kontak kamu, gimana mau ngabarin coba?"  ujar Nayra.

"Hehehe....iya juga yah. Duduk disana yuk, gak enak ngomong sambil berdiri gini,"  ujar Liora mengajak Nayra menuju sofa dan mengabaikan Rafa yang hanya diam.

"Lo tunggu bentar yah, gue panggilin Mommy dulu. Mommy pasti seneng  banget ngeliat calon mantunya datang,"  ujar Liora berdiri dan beranjak menuju dapur.

Nayra tersipu malu mendengar kata calon mantu yang diucapkan oleh Liora, meskipun ia senang sih dibilang calon mantu.

Liora berjalan menuju dapur dan langsung berteriak memanggil mommynya itu.

"Mommy....lili bawa kabar baik buat Mommy,"  ujar Liora yang sudah berada di dapur.

"Gak usah teriak-teriak Lili! Masih pagi juga, sakit nih kuping Mommy denger suara cempreng kamu,"  ujar Alea yang sedang menata makanan diatas meja.

"Kabar baik apa?" tanyanya.

"Mommy tau nggak, Nayra ada di depan, dia baru balik dari Bandung," ucap Liora.

"Seriusan kamu?"  tanya Alea.

"Seriusan lah Mom, tadi juga Nayra ketemu sama Kak Rafa di depan," ucap Liora.

Alea meninggalkan sejenak aktivitasnya dan berjalan menuju ruang tamu. Ia begitu senang kala melihat Nayra  berada di depannya sekarang, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan anak bungsu sahabatnya itu.

"Hei, ini beneran Nayra? Nayra kok gak bilang-bilang sih sama Tante kalau udah balik dari Bandung?"  tanya Alea seraya duduk di depan Nayra.

"Heheh...maaf Tante, Nayra lupa soalnya. Makanya Nayra datengnya hari ini,"  ujar Nayra.

"Akhirnya Tante bisa ketemu lagi sama kamu, kamu banyak berubah sekarang.

Trus gimana kabar  kamu sekarang ?"  tanya Alea mengalihkan topik.

"Baik kok tan, kaya yang Tante lihat sekarang. Tante sekeluarga juga baik-baik aja kan?"  tanya Nayra.

"Kita juga baik-baik aja kok nay, eh gimana sama kuliah kamu di Bandung?"

"Kuliah aku lancar kok tan, minggu depan Nayra mau wisuda, Nayra harap Tante dan keluarga mau dateng ke acara wisudanya Nayra," ucap Nayra mengeluarkan undangan wisudanya dan memberikannya pada Alea.

Alea menerima undangan tersebut dan membaca isinya. Ia tersenyum kearah Nayra.

"Kita pasti datang kok nay, kamu tenang aja,"  ujar Alea.

"Beneran Tante?"  tanya Nayra.

"Beneran dong, nanti Tante ajak Rafa sekalian biar kamu makin seneng,"  ujar Alea tersenyum.

"Wah asyik dong, kapan lagi kan wisuda bisa ditemenin sama Kak Rafa, Nayra udah nungguin moment ini dari dulu,"  ujar Nayra. Bukan rahasia umum lagi di keluarga mereka jika Nayra menyukai Rafa, namun Rafa selalu mengatakan jika ia menganggap Nayra hanya sebagai adiknya, sama seperti Liora.

"Iya dong. Rafa juga pasti bakal luangin waktunya buat nemenin kamu wisuda nanti ,iya kan Fa?" tanya Alea pada Rafa yang ikutan duduk disana.

Rafa yang sedari tadi hanya menyimak, akhirnya buka suara.

"Nggak, gue gak bisa, gue sibuk. Lagian gue datang atau nggak datang, gak  ada ngaruhnya sama sekali,"  ujar Rafa.

"RAFA... kamu ngomong apa sih? Kamu kan tahu Nayra berharap banget kamu dateng ke acara wisudanya minggu depan, kasihan Nayra  udah datang jauh-jauh kesini ngundang kamu, lah kamunya nolak gitu aja,"  ucap Alea.

"Tapi kalau kak Rafanya sibuk, gak papa kok Tante. Nayra maklum kok, kan Kak Rafa kerja buat nyari  nafkah anak sama istrinya kelak,"  ucap Nayra.

"Hahahahaha.....nyari nafkah? Nafkah apaan, nafkah buat tuyul. Orang dianya jomblo kok, gimana  mau nikah coba?"  ucap Liora yang muncul dengan membawa nampan berisi minuman. Ia sangat suka menistakan kakak laki-lakinya itu.

"Jadi Kak Rafa masih sendiri sampai sekarang?"  tanya Nayra.

"Iya nay,Tante juga heran ngeliat Rafa, udah tua tapi belum nikah juga. Padahalkan Tante udah kepengen gendong cucu, tapi Rafanya gak mau  nikah juga, kadang Tante ngira kalau Rafa itu gay, Rafa alergi sama perempuan,"  ujar Alea.

Lengkap sudah penderitaan Rafa. Dikatain tua lah, gak laku lah, dan lebih parahnya dikatai gay oleh Mommynya sendiri. Ada emang yah emak  tega nistain anaknya sendiri.

"Mom, aku kan udah bilang aku itu gak setua yang Mommy kira dan aku bukan gay, aku normal 100%, jadi berhenti bahas masalah ini lagi,"  ujar Rafa yang ujung-ujungnya jadi kesal sendiri dan memilih pergi darisana. Ia bosan jika harus menyangkut dengan kata nikah dan pernikahan, ia belum siap untuk itu.

"Dih ngambek dia, PMS kali yah. Ternyata cowok PMS lebih mengerikan daripada cewek PMS," ujar Liora yang melihat kakanya itu pergi.

"Lili jaga omongan kamu," ujar Alea.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!