***
Seorang pria berperawakan tinggi dan tampan keluar dari dalam kamarnya, ia tampak sibuk meregangkan ototnya yang tegang sehabis bangun tidur. Dia adalah Rafael Reinhard Keano seorang dokter spesialis di salah satu rumah sakit ternama dikotanya. Dia punya segalanya, wajah yang sudah tampan ditambah lagi dengan hidup yang sudah mapan dan memadai, tetapi di usianya yang sudah menginjak 27 tahun dirinya masih sendiri dan bahkan belum pernah dikabarkan dekat dengan wanita manapun. Ia selalu menolak saat dikenalkan atau dijodohkan dengan wanita berbagai tipe, tak ada satupun yang berhasil menarik perhatian Rafael.
Rafael berjalan menuruni anak tangga, ia berniat akan mengambil minum untuk membasahi tenggorokannya yang sudah kering. Setibanya disana ia bertemu dengan mommynya yang sedang menyiapkan sarapan seperti biasa.
"Pagi mom," ujar Rafa mendekati mommynya itu dan mengecup pipi kanannya.
"Pagi," balas mommynya ketus, ia tampak kesal dengan Rafa karena kemarin Rafa membatalkan janjinya untuk datang menemui kenalan mommynya itu.
"Aku minta maaf mom soal yang kemarin, kemarin aku emang lagi sibuk di rumah sakit," ujar Rafa.
"Ck, selalu saja begitu. Mommy tau itu cuma alesan kamu doang. Mommy bisa stres kalau begini terus, kamu ini kapan nikahnya sih Rafa?kamu udah tua tau nggak," ucap mommynya.
"27 tahun belum ketuaan kali mom, lagian Rafa belum ada calon yang cocok," ujar Rafa yang lagi-lagi ngeles di depan mommynya.
"Tu kan alesan lagi. Mommy udah kenalin kamu sama anak-anak temen Mommy, semuanya cantik-cantik dan berasal dari keluarga baik-baik, berpendidikan dan berprestasi, trus kurangnya dimana coba, kenapa kamu tolak semuanya?" tanya mommynya.
"Ya aku gak suka aja mom, banyak yang menarik tapi aku gak tertarik tuh. Yaudah sih, lagian cinta gak bisa dipaksa mom, suatu saat nanti bakal datang kok. Jodoh gak kemana," ucap Rafa.
"Nggak kemana ndasmu, kalau nggak dicari gak bakal datang Rafa. Udah ah, stres ngomong sama kamu," ujar mommynya yang melanjutkan aktivitas memasaknya.
Sedangkan Rafa memilih bodo amat dan beranjak pergi dari dapur. Ia sudah sangat bosan dikenalkan dengan banyak wanita, mulai dari kalangan atas hingga bawah, dari yang masih ABG sampai yang sudah dewasa. Dari yang cantik sampai yang biasa-biasa saja, namun apalah mau dikata diantara semuanya tak ada yang mengenak dihati seorang Rafa.
Rafa berjalan kembali menaiki tangga, namun saat masih berada di anak tangga yang ketiga tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya dari belakang. Rafa berhenti sejenak, sepertinya ia kenal dengan suara itu.
"Kak Rafa...." panggil seorang gadis yang sudah berada di belakang Rafa dengan menenteng beberapa paper bag ditangannya. Rafa memutar badannya kearah belakang.
Rafa terkejut melihat sosok itu,ia ingat-ingat lupa dengan gadis pemilik tubuh kurus dan rambut panjang tersebut. Rafa berusaha memutar ingatannya,ia mencoba menerka siapa gadis itu.
"Nayra...." gumamnya pelan.
Gadis tersebut meletakkan paper bag yang ia bawa diatas meja dan mempercepat langkahnya kearah Rafa.
"Kangen...." ujarnya memeluk Rafa dengan erat.
Rafa diam, dia bahkan tidak membalas pelukan gadis yang tengah memeluknya itu. Ia masih tak menyangka jika yang sedang memeluknya adalah Nayra, gadis masa lalunya yang sudah kembali.
"Kakak gak kangen sama aku?" tanyanya seraya mendongak kearah Rafa yang hanya diam dengan pandangan kosong kearah depan.
"Kapan lo balik dari Bandung?" tanya Rafa membuka suaranya, karena memang selama ini dirinya dan juga Nayra tinggal di kota yang berbeda. Rafa yang bertugas di Jakarta sedangkan Nayra yang melanjutkan kuliahnya di Bandung. Sejak Nayra kuliah di Bandung keduanya bahkan tidak pernah saling kontak dan bertemu lagi.
Nayra melepas pelukannya sendiri dan menatap kearah wajah Rafa yang baginya tak pernah berubah sedari dulu, masih sama.Sedari dulu Rafa selalu berhasil membuat jantungnya berdebar tak karuan saat ia dekat atau sekedar berkontak mata dengan Rafa.
"Nayra baru balik dari Bandung kemarin malam, Nayra sengaja ke Jakarta karna mau ketemu Kak Rafa. Nayra rindu sama kakak, sekalian Nayra datang buat ngundang keluarga Kak Rafa," ujar Nayra.
"Ngundang? Buat apaan emang?Lo mau nikah?" tanya Rafa.
Nayra tersenyum tipis kearah Rafa kemudian menggeleng.
"Nggak kak, Nayra mau ngundang keluarga kak Rafa buat dateng di acara wisuda aku minggu depan. Kalau nikahnya entar aja kalau aku udah selesai wisuda, tapi nikahnya sama kak Rafa yah?Nayra mau kok kalau calon suaminya kak Rafa," ujar Nayra tersenyum malu plus wajahnya yang sudah merah seperti kepiting rebus.
Deg-deg
Jantung Rafa berdetak cepat saat mendengar ucapan terakhir yang keluar dari mulut Nayra. Apa gadis itu serius dengan ucapannya? Sialnya lagi Rafa menjadi salting karena mendengar ucapan terakhir Nayra.
"Lo masih bocil, jangan ngayal nikah mulu," ujar Rafa menyentil kening Nayra. Baginya Nayra adalah anak kecil sama seperti dulu.
"Nayra udah gede kali, umur aku udah 23 tahun. Kakak sendiri kenapa sampai sekarang masih sendiri juga, gak laku yah?" tanya Nayra jahil.
"Dih sok tahu lo," ucap Rafa.
"Lah kan emang bener,Tante Alea waktu itu pernah cerita sama aku," ujar Nayra.
"Itu gak bener, buktinya lusa gue mau nikah sama calon istri gue," ucap Rafa.
Raut wajah Nayra langsung berubah sendu mendengar ucapan Rafa barusan.
"Kakak seriusan mau nikah? Sama siapa? Kok Nayra gak tahu sih?" tanya Nayra bertubi-tubi.
"Hahahha....lo percaya sama omongan gue? Ya kali gue nikah, nggak lah nay. Gue belum ada niat mau nikah dalam waktu dekat ini," ujar Rafa tertawa. Sedangkan Nayra akhirnya bisa bernafas lega setelah mengetahui jika Rafa hanya berbohong. Bisa patah hati Nayra kalau tahu Rafa mau nikah sama wanita lain.
"NAYRA....OMG, ini beneran lo?" tanya Liora yang baru keluar dari kamarnya. Ia syok melihat Nayra berada disini sekarang.
"Aaa...Liora...." ujarnya yang melihat Liora muncul di anak tangga.
Liora menuruni anak tangga kemudian langsung memeluk Nayra dengan erat, mereka berpelukan layaknya anak kecil yang sedang kangen-kangenan.
"Lo kok gak kabarin gue sih kalau mau datang kesini?" tanya Liora melepas pelukan mereka.
"Aku lupa li, lagian aku gak punya kontak kamu, gimana mau ngabarin coba?" ujar Nayra.
"Hehehe....iya juga yah. Duduk disana yuk, gak enak ngomong sambil berdiri gini," ujar Liora mengajak Nayra menuju sofa dan mengabaikan Rafa yang hanya diam.
"Lo tunggu bentar yah, gue panggilin Mommy dulu. Mommy pasti seneng banget ngeliat calon mantunya datang," ujar Liora berdiri dan beranjak menuju dapur.
Nayra tersipu malu mendengar kata calon mantu yang diucapkan oleh Liora, meskipun ia senang sih dibilang calon mantu.
Liora berjalan menuju dapur dan langsung berteriak memanggil mommynya itu.
"Mommy....lili bawa kabar baik buat Mommy," ujar Liora yang sudah berada di dapur.
"Gak usah teriak-teriak Lili! Masih pagi juga, sakit nih kuping Mommy denger suara cempreng kamu," ujar Alea yang sedang menata makanan diatas meja.
"Kabar baik apa?" tanyanya.
"Mommy tau nggak, Nayra ada di depan, dia baru balik dari Bandung," ucap Liora.
"Seriusan kamu?" tanya Alea.
"Seriusan lah Mom, tadi juga Nayra ketemu sama Kak Rafa di depan," ucap Liora.
Alea meninggalkan sejenak aktivitasnya dan berjalan menuju ruang tamu. Ia begitu senang kala melihat Nayra berada di depannya sekarang, sudah lama sekali ia tidak bertemu dengan anak bungsu sahabatnya itu.
"Hei, ini beneran Nayra? Nayra kok gak bilang-bilang sih sama Tante kalau udah balik dari Bandung?" tanya Alea seraya duduk di depan Nayra.
"Heheh...maaf Tante, Nayra lupa soalnya. Makanya Nayra datengnya hari ini," ujar Nayra.
"Akhirnya Tante bisa ketemu lagi sama kamu, kamu banyak berubah sekarang.
Trus gimana kabar kamu sekarang ?" tanya Alea mengalihkan topik.
"Baik kok tan, kaya yang Tante lihat sekarang. Tante sekeluarga juga baik-baik aja kan?" tanya Nayra.
"Kita juga baik-baik aja kok nay, eh gimana sama kuliah kamu di Bandung?"
"Kuliah aku lancar kok tan, minggu depan Nayra mau wisuda, Nayra harap Tante dan keluarga mau dateng ke acara wisudanya Nayra," ucap Nayra mengeluarkan undangan wisudanya dan memberikannya pada Alea.
Alea menerima undangan tersebut dan membaca isinya. Ia tersenyum kearah Nayra.
"Kita pasti datang kok nay, kamu tenang aja," ujar Alea.
"Beneran Tante?" tanya Nayra.
"Beneran dong, nanti Tante ajak Rafa sekalian biar kamu makin seneng," ujar Alea tersenyum.
"Wah asyik dong, kapan lagi kan wisuda bisa ditemenin sama Kak Rafa, Nayra udah nungguin moment ini dari dulu," ujar Nayra. Bukan rahasia umum lagi di keluarga mereka jika Nayra menyukai Rafa, namun Rafa selalu mengatakan jika ia menganggap Nayra hanya sebagai adiknya, sama seperti Liora.
"Iya dong. Rafa juga pasti bakal luangin waktunya buat nemenin kamu wisuda nanti ,iya kan Fa?" tanya Alea pada Rafa yang ikutan duduk disana.
Rafa yang sedari tadi hanya menyimak, akhirnya buka suara.
"Nggak, gue gak bisa, gue sibuk. Lagian gue datang atau nggak datang, gak ada ngaruhnya sama sekali," ujar Rafa.
"RAFA... kamu ngomong apa sih? Kamu kan tahu Nayra berharap banget kamu dateng ke acara wisudanya minggu depan, kasihan Nayra udah datang jauh-jauh kesini ngundang kamu, lah kamunya nolak gitu aja," ucap Alea.
"Tapi kalau kak Rafanya sibuk, gak papa kok Tante. Nayra maklum kok, kan Kak Rafa kerja buat nyari nafkah anak sama istrinya kelak," ucap Nayra.
"Hahahahaha.....nyari nafkah? Nafkah apaan, nafkah buat tuyul. Orang dianya jomblo kok, gimana mau nikah coba?" ucap Liora yang muncul dengan membawa nampan berisi minuman. Ia sangat suka menistakan kakak laki-lakinya itu.
"Jadi Kak Rafa masih sendiri sampai sekarang?" tanya Nayra.
"Iya nay,Tante juga heran ngeliat Rafa, udah tua tapi belum nikah juga. Padahalkan Tante udah kepengen gendong cucu, tapi Rafanya gak mau nikah juga, kadang Tante ngira kalau Rafa itu gay, Rafa alergi sama perempuan," ujar Alea.
Lengkap sudah penderitaan Rafa. Dikatain tua lah, gak laku lah, dan lebih parahnya dikatai gay oleh Mommynya sendiri. Ada emang yah emak tega nistain anaknya sendiri.
"Mom, aku kan udah bilang aku itu gak setua yang Mommy kira dan aku bukan gay, aku normal 100%, jadi berhenti bahas masalah ini lagi," ujar Rafa yang ujung-ujungnya jadi kesal sendiri dan memilih pergi darisana. Ia bosan jika harus menyangkut dengan kata nikah dan pernikahan, ia belum siap untuk itu.
"Dih ngambek dia, PMS kali yah. Ternyata cowok PMS lebih mengerikan daripada cewek PMS," ujar Liora yang melihat kakanya itu pergi.
"Lili jaga omongan kamu," ujar Alea.
***
01:00
Nayra terbangun dari tidurnya karena merasakan perutnya yang mendadak lapar, kebiasaannya yang sedari dulu tak pernah hilang. Nayra pun melirik ke sisi ranjang yang ditempati oleh Liora. Semalam ia memutuskan untuk menginap di rumah Rafa karena bujukan Alea yang memintanya untuk tinggal.
"Li, bangun dong, temenin aku cari makanan ke bawah, aku laper." ajak Nayra sambil menggoyang bahu Liora yang tidur membelakangi dirinya.
Liora tak bereaksi sama sekali dengan panggilan Nayra. Nayra akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar dan mencari makanan untuk mengganjal perutnya yang lapar.
Nayra menuruni anak tangga dan menuju dapur yang terletak di pojok, keadaan dapur yang gelap membuat Nayra sedikit takut untuk mendekat kesana. Ia pun berusaha untuk mencari saklar agar lampunya segera menyala. Nayra sedikit kesusahan mencari saklar lampu karena ia tak ingat betul letaknya ada di sebelah mana.
Tiba-tiba
Prang....
"Aaaa.....setan....setan....tolong....." Nayra langsung berlari pergi darisana karena mendengar bunyi benda jatuh di lantai. Ia pun terus berlari menaiki tangga dan menuju kamar Liora.
cklek
Nayra membuka pintu dan langsung naik keatas ranjang, sangking takutnya ia pun menarik selimut dan masuk kedalamnya.
"Li bangun dong, aku takut, tadi dibawah ada se..tan.." ujar Nayra yang menggoyang bahu Liora yang membelakanginya.
Ada pergerakan dari arah depan Nayra yang masih meremas selimut dengan kuat. Nayra membuka selimut dan mendongak ke atas.
"Aaaaa......" teriaknya kuat. Ia syok saat mendapati bahwa yang sekarang bersamanya bukan Liora tapi Rafa.
Rafa yang merasakan telingannya berdengung langsung terbangun dari tidurnya. Ia juga kaget karena melihat Nayra berada di kamarnya dan satu selimut dengan dirinya.
"Lo ngapain ada di kamar gue?" tanya Rafa.
"Mmm...itu tadi..anu kak" ucap Nayra yang menjadi bingung untuk menjelaskannya. Ia baru tersadar jika dirinya salah masuk kamar, bukannya ke kamar Liora, Nayra malah nyasar kedalam kamar Rafa.
"Anu apa? Lo mau ngintipun gue tidur kan? Lo cewek tapi otak lo jorok, lo mau modusin gue kan?" tanya Rafa.
"Ngga...nggak kok kak, tadinya aku mau ke kamar Liora, tapi malah nyasar ke kamar Kakak, maafin Nayra kak. Aku gak ada maksud apa-apa kok," ujar Nayra jujur.
"Yaudah sana keluar dari kamar gue! Gue ngantuk mau tidur," ujar Rafa yang kembali menarik selimut dan merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Kak jangan tidur lagi dong, temenin aku ke dapur dulu, Nayra laper," ujar Nayra menarik tangan Rafa.
Hening sejenak.
"Kak ayo dong temenin Nayra, bentar aja please," ucap Nayra memohon pada Rafa.
"Lo punya kaki kan, bisa jalan sendiri," ucap Rafa yang enggan untuk menemani Nayra.
"Kak ayo dong, kali ini aja, besok kan Nayra udah balik tuh ke Bandung. ," ujar Nayra.
"Ogah,"
Nayra pun tersenyum jahil dan naik keatas tubuh Rafa dan tidur disana. Nayra tersenyum sembari menunggu reaksi Rafa selanjutnya.
"Nay," panggil Rafa pelan.
"Gimana kak? Udah berubah fikiran sekarang?" tanya Nayra.
"Ok, gue bakal ngikutin permintaan lo, tapi buruan lo turun sekarang juga ," ujar Rafa.
Nayra tersenyum penuh kemenangan dan turun dari atas tubuh Rafa. Sedangkan Rafa sedang berusaha untuk menetralkan detak jantungnya yang mulai tak normal, ada apa denganmu Rafa?.
Nayra berdiri lebih dulu kemudian menunggu Rafa bangkit dari atas ranjang. Ia tersenyum melihat Rafa yang mengacak sebentar rambutnya yang sedikit berantakan, damagenya itu loh nambah. Beruntungnya Nayra bisa melihat Rafa ketika bangun tidur dan mungkin setelah ini ia akan menemui Alea untuk mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya, karena sudah melahirkan sosok di depannya ini.
"Yaudah ayok," ujar Rafa berjalan lebih dulu. Nayra yang berada di belakangnya lantas menyusul Rafa keluar dari kamar.
"Hati-hati kak, disitu tadi ada setannya," ujar Nayra saat Rafa mendekat kearah saklar lampu.
"Iya setan, dan setannya itu lo," ujar Rafa menekan saklar lampu dan seisi dapur kembali terang.
"Nayra seriusan kak, disitu emang tadi ada setannya, apa jangan-jangan setannya udah pindah kali yah ke tempat lain?" ucap Nayra ngarang seraya masih memegangi sembelah tangan Rafa.
"Lo bener nay, sekarang setannya ada di belakang lo, matanya merah, rambutnya panjang," ujar Rafa menakut-nakuti Nayra yang sudah parno.
"Mana setannya? Kak, jangan nakut-nakutin Nayra dong," ucap Nayra yang bergerak ke belakang Rafa dan meremas kaos Rafa.
"Gak ada setan disini, palingan tadi cuma halusinasi lo doang. Udah buruan lo makan, gue tungguin," ujar Rafa yang duduk di kursi meja makan.
"Nayra masak mie instant ya kak?" tanya Nayra meminta izin.
"Nggak, mie instant gak baik buat kesehatan," ucap Rafa.
"Trus Nayra makan apa dong, Nayra laper kak. Kali ini aja gak papa yah?" ujar Nayra.
"Terserah lo," ucap Rafa yang menjatuhkan kepalanya di atas meja karena sangat mengantuk.
Nayra pun tersenyum dan mulai mengeluarkan beberapa bungkus mie instant dari dalam lemari dan menyiapkan bahan-bahan lainnya.
"Awh...." Nayra mengaduh sakit karena jarinya teriris pisau dapur. Darah langsung keluar dari bekas luka sayatan di tangan Nayra.
"Makanya hati-hati, sini gue lihat!" ujar Rafa yang terbangun dan langsung menarik jari Nayra yang terluka. Rafa pun menarik jari Nayra yang terluka dan membawanya kedalam mulutnya, Rafa menghisap darahnya agar berhenti keluar.
"Gak usah kak, itu kan jorok," ucap Nayra .
Rafa hanya diam. Setelah beberapa menit kemudian darahnya berhenti keluar. Rafa mengambil kotak obat dan membersihkan luka Nayra. Nayra terkesima melihat wajah Rafa yang sangat telaten mengobati luka di tangannya, padahal hanya luka biasa.
"Selesai," ujar Rafa setelah menempelkan plester luka ditangan Nayra.
"Makasih kak," ujar Nayra dan kembali memegang pisau dapur yang sebelumya ia pegang.
"Lo tunggu disana! Biar gue yang masakin, tangan lo masih sakit," ucap Rafa mengambil alih pisau ditangan Nayra.
"Tapi..."
"Gak ada tapi-tapian," ujar Rafa dan Nayra hanya menurut dan menjauh darisana.
Rafa membasuh mulutnya di wastafel dan memotong-motong sayur di talenan dan mulai memasak mie yang diinginkan oleh Nayra. Ia juga kasihan melihat tangan Nayra yang terluka, ia tahu gadis itu tak berbakat sama sekali dengan urusan masak memasak.
10 menit kemudian mi buatan Rafa jadi, ia pun meletakkannya di depan Nayra yang sudah tak sabaran.
"Nih mienya udah jadi, habisin biar lo kenyang nahan lapar sampai besok pagi," ujar Rafa dan mengambil posisi duduk di samping Nayra.
"Buat kak Rafa mana?" tanya Nayra yang melihat Rafa yang membuat satu porsi saja.
"Gue gak laper, semuanya buat lo aja," ucap Rafa.
Nayra pun mulai menyantap mie hasil masakan Rafa, rasanya sangat lezat dan sangat berbeda sekali dengan mie yang biasa ia makan.
"Kak, nanti kapan-kapan masakin Nayra lagi yah, ini enak banget, Nayra suka," ujar Nayra yang mengajak Rafa bicara.
"Kak," panggil Nayra menoleh kesamping.
Nayra tersenyum kecil melihat Rafa yang ternyata sudah tertidur, jadi sedari tadi ia bicara sendiri dong.
Nayra mendekatkan wajahnya kearah Rafa yang tertidur dan berbisik disana.
"Makasih kak udah mau masakin Nayra, ini mie terenak yang pernah aku makan. Kakak masaknya pake cinta yah? Mok bisa seenak ini sih? Pasti nanti istri kakak bakal beruntung banget punya suami kaya kakak, udah ganteng, baik, bisa masak lagi. Boleh gak sih kalau Nayra berharap kalau wanita itu Nayra? Heheheh....Nayra jadi ngayalnya ketinggian. Intinya Nayra sayang sama kakak, bukan rasa sayang adik untuk kakaknya, tapi rasa sayang seorang wanita untuk pria. Udah ah nanti kalau kepanjangan keburu dia denger lagi," ujar Nayra membawa tempat makannya dan membawanya menuju wastafel, sedangkan Rafa masih menutup matanya.
***
Nayra tersenyum melihat Rafa yang sudah rapi dengan setelan kemeja, celana kain dan sepatu pantofelnya. Sepertinya ia akan berangkat kerumah sakit hari ini.
"Ehem....udah kali liatinnya nay, kaya gak pernah lihat aja," ucap Liora yang sedari tadi tahu jika Nayra memandang intens Rafa.
"Heheheh....abisnya kak Rafa ganteng sih, Nayra suka," ucapnya yang kelewat jujur.
Semuanya yang berada di meja makan melihat kearah Nayra kemudian tersenyum mendengar ucapan Nayra, sedangkan Rafa hanya cuek dan memilih mengambil makanannya sendiri.
"Nanti Nayra cari suami yang dokter juga ah, biar bisa rawat Nayra kalau lagi sakit," ucap Nayra lagi.
"Ngapain harus nyari segala sih, Kak Rafa kan juga dokter. Udah nay, kamu sama kak Rafa aja," ucap Liora mengedipkan matanya kearah Nayra.
"Lili..."tegur Arkan yang juga sudah berada disana.
"Eh iya dad, ini aku makan kok," ucap Liora mulai menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.
"Hari ini kamu jadi balik ke Bandung nay?" tanya Alea membuka suara.
"Rencana sih gitu Tante, soalnya masih ada urusan disana," ujar Nayra.
"Oh yaudah kalau gitu nanti kamu dianter sama Rafa aja, sekalian kan Rafanya juga mau berangkat kerja," ucap Alea beralih menatap Rafa.
"Emang kak Rafanya mau nganterin Nayra, nanti takutnya malah ngerepotin lagi," ujar Nayra curi-curi pandang kearah Rafa.
"Rafa pasti mau. Rafa, nanti sebelum kamu ke rumah sakit, kamu anterin Nayra dulu," ucap Arkan buka suara.
"Iya dad," ucap Rafa. Kalau sudah Arkan yang meminta Rafa mana berani menolak, ia sangat menghormati daddynya itu.
Setelah selesai sarapan bersama, Nayra dan juga Rafa pun pamit pergi. Rafa berjalan bersamaan dengan Nayra yang berada disampingnya.
"Buruan masuk! Gue buru-buru," ujar Rafa yang sudah masuk lebih dulu kedalam mobilnya lalu menghidupkan mesin mobilnya. Sikapnya menjadi lebih dingin sejak tadi malam.
Nayra masuk dan duduk di samping Rafa. Ia bertanya dalam hati mengapa sikap Rafa berubah sedikit dingin padanya pagi ini, padahal tadi malam sikap Rafa masih begitu hangat padanya.
"Kak, Nayra punya salah yah? Kok kakak diemin Nayra sih?" tanya Nayra saat Rafa sudah menjalankan mobilnya.
"Kak...."
"Hmmm...." jawab Rafa yang masih fokus menyetir.
"Nayra ada salah sama kakak? Kalau emang iya Nayra minta maaf," ujar Nayra yang sebenarnya juga tak tahu letak kesalahannya dimana sehingga Rafa mencuekinya.
"Lo pikir sendiri letak kesalahan lo dimana," ujar Rafa.
"Emang salahnya dimana? Perasaan Nayra gak ngelakuin kesalahan," ujar Nayra bingung sendiri.
"Lupain," ujar Rafa pada akhirnya.
"Emm kak," panggil Nayra lagi.
"Apa?"
"Kakak kok masih sendiri?"
"Bukan urusan lo, lo masih bocil jadi diem aja,"
"Nayra tahu nih, pasti karena kakak gak laku kan?atau jangan-jangan kakak gay yah? Amit-amit deh, ganteng-ganteng kok gay sih?"
"Gue bukan gay,"
"Ga percaya, mana coba buktinya?"
" Lo lihat aja besok,"
"Kok besok sih kak? Sekarang aja. Besok kan Nayra udah di Bandung," ujar Nayra.
"Yaudah kalau gitu gue tunggu lo balik dari Bandung," ucap Rafa.
"Ish kelamaan, emang cara buktiinya gimana?" tanya Nayra.
"Lo yakin mau gue kasih bukti sekarang?" tanya Rafa yang menghentikan mobilnya sebentar dan menatap kearah Nayra disampingnya.
Rafa menatap Nayra dari ujung rambut sampai bawah kemudian menggeleng pelan.
"Tunggu aja tanggal mainnya, gue akan buktiin kalau gue bukan gay," ujar Rafa mendekatkan wajahnya kearah Nayra dan menarik sesuatu di samping tempat duduk Nayra seraya berbisik di telinga Nayra.
"Kita udah sampai, lo gak mau turun?" ujar Rafa yang ternyata membuka sabuk pengaman milik Nayra. Nayra menegak ludahnya kasar dan langsung memalingkan wajahnya yang sudah merah.
"Eh udah sampai yah, kalau gitu Nayra masuk masuk dulu ke dalam, sampai jumpa, Kak Rafa hati-hati di jalan," ujar Nayra lalu membuka pintu dan berlari masuk kedalam bandara dengan wajah yang sudah merah padam.
Sedangkan Rafa hanya tertawa kecil melihat tingkah Nayra barusan.
"Nayra, nayra. Suka banget gue ngeliat wajah dia merah kaya gitu, baru digituin aja udah merah kaya gitu, apalagi nanti......ck, apasih yang ada diotak gue. Sadar Rafa, Nayra itu udah lo anggap kaya adek lo sendiri," ujarnya bermonolog sendiri dan melajukan mobilnya darisana.
***
Nayra sudah tiba di Bandung sekarang, perjalanan dari Jakarta ke Bandung ia tempuh hanya dalam kurang lebih 35 menit, tak sampai membuat tubuhnya merasa lelah. Nayra memutuskan untuk langsung kembali ke rumah dengan mobil jemputan yang memang sudah disiapkan untuk menunggu kepulangannya.
beberapa saat kemudian, Nayra sudah tiba di rumah. Melihat rumah yang terlihat sepi, Nayra berjalan ke aeah dapur dan langsung mengambil minum di dalam kulkas, ia meneguknya dengan cepat agar rasa haus di tenggorokannya mereda.
"Kamu udah balik nay, kapan? Kok Mama ga tahu?" tanya Dwi yang tiba-tiba muncul.
"Barusan mah," ujar Nayra yang meletakkan botol yang ia minum diatas meja.
"Kamu pulang sendiri?"
"Iya mah, tapi tadi dianterin sama kak Rafa sampe bandara, tapi kak Rafanya langsung pergi karena buru-buru mau kerumah sakit," ujar Nayra.
"Oh gitu, trus kamu udah ketemu sama Tante Alea dan Om Arkan belum?" tanya Dwi.
"Udah mah dan mereka bersedia buat dateng di acara wisuda Nayra minggu depan mah, kak Rafa juga ikut. Nayra seneng banget," ujar Nayra menyentuh kedua pipinya yang masih memerah.
"Tau deh yang naksirnya udah dari lama, tapi digantungin terus sama Rafa, emang Rafa mau sama kamu?" tanya Dwi.
"Mama kok ngomongnya gitu sih? Emang gak mungkin banget gitu kalau suatu saat nanti Kak Rafa bisa suka sama Nayra? Nayra kurang apa sih mah?" tanya Nayra yang insecure.
"Ya bukannya gak mungkin nay, tapi apa mungkin Rafa bisa suka sama kamu? Sedangkan kamu itu bandel banget kalau dibilangin sama Mama, kamu gak bisa masak, gak bisa bersih-bersih atau apalah itu. Kamu tahu nggak kalau Rafa itu suka tipe wanita yang pinter dalam segala hal," ujar Dwi .
"Yaudah nanti, Nayra belajar masak sama beres-beres biar kak Rafa bisa suka atau nggak simpati gitu sama Nayra," ucap Nayra memotivasi dirinya sendiri.
Dwi tersenyum mendengar ucapan Nayra barusan, setidaknya dengan alasan seperti itu Nayra bisa merubah dan memperbaiki dirinya agar lebih baik lagi.
***
"Huh..." hela Rafa yang baru saja duduk di kursi miliknya, hari ini pasien rumah sakit menjadi lebih banyak dari biasanya, sehingga ia baru saja bisa istirahat sejenak.
Dret....
Ponsel di saku celana Rafa bergetar, pertanda ada panggilan masuk. Ia pun merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponsel miliknya.
+62xxxxxxxxxxxx calling
Rafa menatap nomor tak dikenal di ponselnya, karena takut penting Rafa pun mengangkat sambungan telefon tersebut.
"Hallo...ada yang bisa saya bantu?"
"Hallo kak, ini Nayra,"
"Kenapa nay?"
"Nayra cuma mau bilang kalau Nayra udah di Bandung sekarang, Nayra berangkatnya tadi siang. Nayra tiba-tiba kangen lagi sama kakak,"
"Gue tau kok kalau gue ngangenin, jangan kangen karna itu berat,"
"Bukannya rindu yah kak? Kakak ambil kata-kata nya Dilan nih?"
"Nggak tuh, baik-baik lo disana, jangan suka makan mie instant lagi, gak bagus buat kesehatan,"
"Iya kak pasti, eh tapi kakak bakalan datang kan minggu depan?"
"Nggak tahu, kalau gue gak sibuk gue bakal datang kok, gue gak bisa janji soalnya,"
"Harus dateng loh, kalau nggak kita musuhan selamanya,"
"Dih bodo amat,"
"Kakak...."
"Ck iya kalau gue ada waktu bakal dateng kok,"
"Gitu dong, udah dulu ya kak, Nayra mau mandi dulu, sampai ketemu minggu depan. Jangan kangen sama Nayra,"
"Ck, iya-iya . Udah sana mandi!"
"Kak, Na....."
Klik
Rafa memutus sambungan telfonnya dengan Nayra. Ia malas jika harus mendengarkan celotehan Nayra akan semakin menjadi jika terus diladeni.
Rafa pun melihat jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 5 sore. Ia pun membereskan mejanya yang sedikit berantakan dan berencana akan pulang, karena shift kerjanya hari ini sudah selesai.
Saat diperjalanan tiba-tiba Rafa menjadi teringat kembali dengan Nayra, wajah Nayra tiba-tiba menghiasi otaknya tanpa diperintah.
Rafa pun melajukan mobilnya agar segera sampai di rumah, ia ingin cepat-cepat untuk mendinginkan hati, tubuh dan pikirannya.
Beberapa menit kemudian Rafa sudah sampai di rumah, dari luar sayup-sayup Rafa mendengar suara Mommynya yang sedang berbincang dengan seseorang. Rafa pun semakin mendekatkan dirinya kearah daun pintu yang terbuka.
"Jadi Rafanya mana jeng, kok belum datang juga?kita udah dari siang lho disini nungguinnya," ujar seorang wanita paruhbaya bersama anak gadisnya yang duduk disampingnya.
"Bentar lagi Rafanya pulang kok, maklum lah jeng, Rafa kan dokter, jadi sering sibuk dan pulang sedikit lama," ujar Alea.
Wanita tersebut hanya manggut-manggut mengerti mendengar penjelasan Alea.
"Nanti konsep pernikahannya kita buat semeriah mungkin yah, saya mau pamer sama orang-orang kalau calon menantu saya seorang dokter," ujar wanita tersebut.
"Ehem....." dehem Rafa yang sudah masuk kedalam.
"Kamu udah pulang? Sini fa duduk dulu, ada yang mau Mommy omongin sama kamu," ujar Alea yang melihat Rafa sudah kembali.
"Rafa capek, mau istirahat. Kalau Mommy mau ngomong sesuatu, ngomong disini aja," ujar Rafa yang masih berdiri.
"Kenalin Tante ini namanya Tante Laksmi dan yang disampingnya adalah Ines calon istri kamu, kita sepakat buat ngejodohin kamu sama Ines," ucap Alea.
"Maaf sebelumnya tapi Rafa gak bisa mom," ucap Rafa.
"Rafa....jangan malu-maluin Mommy dong, mereka jauh-jauh datang kesini cuma mau nemuin kamu, kamu mau yah dijodohin sama Ines. Mommy pengen kamu cepet nikah fa," ujar Alea.
"Ok kalau itu kemauan Mommy, Rafa akan menikah, tapi dengan pilihan Rafa sendiri, jadi Mommy sama Daddy persiapkan diri." ucap Rafa.
"Tap.."
"Permisi," ucapnya pergi darisana. Ia malas jika harus berlama-lama menatap wanita paruhbaya dan anak gadisnya itu. Ia sudah menduga jika ibu dan anak itu hanya tergiur dengan materi dan mengatasnamakan pernikahan sebagai alat untuk mencapai apa yang mereka mau.
Tbc
Jangan lupa vote and coment semuanya.☺
See you
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!