GELYA
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar nyaring, seorang remaja dengan balutan seragam SMA berdiri malas di depan pintu kamar yang terdapat gantungan papan bertulisan "Gelya Rawangsa".
"Lya buruan. Udah di tungguin bunda," pekik remaja dengan nama Diki Pramudia itu. Tubuh tinggi dengan kulit putih dan wajah tampan yang selalu berhasil memikat banyak gadis membuat Diki sering menjadi pusat perhatian di sekolah.
Ceklek
Pintu terbuka menampilkan seorang gadis yang telah siap fengan seragamnya. Tubuh munhil, kulit putih bersih, bola mata coklat terang dan bibir warna Cherry alami menambah kesan cantik tak terbantahkan. Gelya Rawangsa nama gadis itu. "Ngapain lo nunggu disini, emang gak bisa di bawah sambil sarapan?" Tanya Lya.
Diki mendelik padanya. "Udah turun tadi. Tapi di suruh naik lahi buat manggil lo. Buruah ah, laper nih," ujarnya berjalan turun diikuti Lya.
"Selamat pagi bunda," sapa Lya pada wanita paruh baya yang tengah sibuk menyiapkan sarapan.
"Selamat pagi! Hari ini berangkat bareng bunda ya, ayah ada jadwal operasi pagi jadi sudah berangkat ke rumah sakit," ucap bunda Intan, Ibu dari Diki.
Lya mengangguk sembari mengangkat jempolnya sebagai jawaban, sedangkan Diki terlihat mengerucutkan bibirnya. "Beliin motor atuh bun biar bunda sama ayah ga usah repot-repot antar jemput kita," pinta Diki.
Bunda Intan melirik tajam anak laki-lakinya itu. "Belum punya SIM, ga boleh," tolaknya.
Diki menatap bundanya dengan memelas. "Bunda..," rengeknya. "Ayolah bun, Diki mau motor sport."
Bukannya luluh melihat tatapan anaknya, bunda Intan memukul kepala Diki dengan sendok. "Bunda bilang nggak ya nggak," kata bunda Intan mmebuat Diki menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Lya yang melihat perdebatan ibu dan anak itu hanya terkekeh. "Diki mau ikutan geng motor bun, marahin," adu Lya membuat Diki melotot garang pada Lya, sedangkan Lya memeletkan lidahnya.
"Mana ada! Jangan percaya bun, Diki anak baik-baik," bela Diki yang melihat bundanya mengangkat sendok untuk memukulnya lagi. "Ampun."
Wanita paruh baya itu duduk di kursinya dengan helaan nafas kasar. "Kalian tau gak kenapa bunda mau ngantar kalian sekilah?" Tanyanya. Diki dan Lya menggeleng polos. "INI KARENA BUNDA DAPAT TELPON DARI SEKOLAH, LAGI," jawab bunda Intan menekankan kata lagi di ujung kalimatnya.
Lya maupun Diki yang mendengar itu meringis. Habis sudah riwayat mereka. "Ampun bun," cicitnya.
"Kalian bisa gak sih sekali aja gak mikin masalah di sekolah. Ini ketiga kalinya bunda dapat telpon peringatan dan hari ini bunda harus ke sekolah kalian. Kali ini apa yang kalian lakukan hah?" Tanya bunda Intan garang.
Diku menunduk sibuk dengan makanannya, dia tidak berniat menjawab karena takut di amuk. "Uhhmm, itu.. apa ya? Itu bun.. hm.. hehe kempesin ban mobilnya bu Aura hehe," jawab Lya cengengesan menunduk takut membuat bunda Intan memejamkan matanya menahan kesal.
"Bu Aura yang duluan bun, masa kita berdua di usir dari kelas gara-gara kita ngejawab padahal Lya kan jawabnya emang bener," ujar Diki ikut membela.
"Tapi apa harus berbuat seperti itu anak ganteng dan anak manis?" Tanya bunda Intan tersenyum manis namun di anggap menyeramkan oleh kedua anaknya.
"Kesel bun, bu Aura sok kecantikan ganjen lagi," jawab Lya.
Sudah, bunda Intan sudah sangat jengah dengan kelakuan kedua anaknya. Ia memutuskan untuk segera berangkat. "Sudah! Ayo berangkat sekarang," titah nya.
Selama di perjalanan baik Lya maupun Diku hanya diam. Mereka masih takut jika di amuk oleh wanita yang sedang menyetir mobil itu.
Memasuki kawasan sekolah, kedua anak itu segera keluar dari mobil. "Masuk kelas dan jangan buat ulah lagi. Kalau sampai buat ulah lagi bunda potong uang jajannya, paham?" Tanya bunda Intan.
Kedua anak itu hanya mengangguk patuh. Mereka berdua bergantian mencium tangan bundanya. "Kita ke kelas dulu bunda. Assalamualaikum," pamit Lya.
"Waalaikumsalam."
Mereka berjalan menuju kelas dengan langkah santai. Diki merangkul pundak Lua, banyak yang menatap mereka iri. Ada banyak yang terang-terangan menatap mereka kagum. Paras keduanya tidak di ragukan lagi, mereka penuh pesona. Namun mengingat kelakuan keduanya membuat banyak orang tidak ingin berurusan dengan mereka berdua.
Lya memang tinggal bersama keluarga Diki semenjak duduk di bangku SMP, orang tua Lya yang sibuk bekerja membuat Lya harus tinggal bersama satu-satunya kwlurga yang dia punya disini.
Bunyi bel pertanda jam pelajaran di mulai pun terdengar. Seorang guru yang berusia kira-kira kepala tiga memasuki kelas X IPA 2.
"Selamat pagi anak-anak. Bagaimana kabarnya? Baik dong pasti. Hari ini kita ulangan, sudah siap?" Tanya guru wanita yang bernama bu Lidia itu pada penghuni kelas. Semua murid di kelas tersebut bukannya menjawab iya, mereka semua malah membantah tak terima.
"Loh emang kita ulangan?" Tamya seorang gadia yang duduk di meja depan pada teman sebangkunya.
"IBU KOK GAK BILANG DULU SIH?" Teriak salah aatu murid laki-laki di pojokan.
"BUK MANA ADA KITA ULANGAN HARI INI. IBU JANGAN GITU DONG," teriak Diki tak terima.
Lya pun ikut membantah. "Ya elah bu, minggu kemarin gak masuk hari ini masuk langsung ulangan, sehat bu?"
"Diam semua! Sekarang simpan semua buku dan tas kalian. Ketua kelas tolong bagikan lembar soal ini."
Diki berdecak kesal. "Guru modelan begini nih yang pengen banget gue balikin ke Yang Maha Kuasa," ujar Diki kesal membanting tasnya ke lantai.
"Samtai aja kali jangan marah-marah terus. Cepet tua lo," ujar Lya. Gadis itu terlihat santai meski dia sesikit kesal.
"Ya lo enak pinter. Lah gue? Pelajaran hari ini apa aja gue gak tau," sewot Diki terlihat frustasi.
Lya menoleh. "Kapan sih gue ngebiarin lo sengsara sendirian?" Tanyaya menurinkan sedikit kerisauan Diki.
Kertas soal sudah berada di meja mereka. Diki yang mwnatap soal itu rasanya ingin muntah karena tiba-tiba perutnya terasa mual. "Anjing! Ini soal apaan sih, isinya angka semua?"
"Ya iyalah angka bego, ini kan matematika," kesal Lya memukul kepala Diki menggunakan pena.
"Kerjakan dengan tenang! Jangan ada yang kerja sama."
Lya dan Diki sadar bahwa ucapan itu tertuju pada mereka. Dengan kesal Diki menatap bu Lidia. "Awas lo," desisnya pelan.
"Hari ini kita jangan buat ulah dulu, ketahuan bunda bisa mati kita," peringat Lya yang tau niat busuk Diki kepada bu Lidia. Diki mendengus kesal kemudian menelusukkan wajahnya di atas meja.
Lya mengerjakan soal-soal itu dengan sangat mudah. Hanya butuh setengah jam untuknya menjawab semua pertanyaan yang diberikan. Diki juga sedang menyalin jawaban dari Lya selagi gadis itu berjalan ke depan untuk mengumpulkan kertas ulangannya. Bagaimana Diki bisa mendapat contekan? Hanya mereka berdua yang tau caranya.
...🌻...
Jangan lupa vote, like, komen dan favoritkan pren:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Yoon Jihan
awalan yang menarik, semangat terus authorr😊
2022-04-04
0
Yenny Heumasse
mampiirr ya thoorr, semoga ceritanya seruuu💪👌
2022-03-10
1
Nurhalimah Al Dwii Pratama
suka baca d cerita fira keren
2022-03-07
0