"Gue tetangganya mba Risa, kenapa?" Jawab Lya santai. "Ngapain lo pegang-pegang tetangga gue? Sini mba," ucap Lya. Gadis yang terlihat pucat karena ketakutan itu berniat untuk menghampiri Lya namun di tahan salah satu dari mereka.
"Lo gak tau kita siapa, hah?" Tanya seseorang lagi lalu brrdiri di samping pria berambut pirang tadi.
"Gak tau dan gak mau tau! Banci lo? Beraninya sama cewek. Gak liat tuh mba Risa udah pucat gitu," ujar Diki ikut-ikutan bersuara. Membuat pria yang berambut pirang tadi mengepalkan tangannya.
"Hajar ajalah niel," cetus seseorang.
"Gue Lioniel. Pemimpin geng Daksa. Lo gak seharusnya nyari masalah sama gue," ujarnya membanggakan diri.
"Geng Daksa bukannya musuh si Rakasa ya Ya?" Bisik Diki pada Lya.
"Mana gue tahu," jawab Lya sewot ikut berbisik.
"Lo kebanyakan gak tahunya. Gak like," cetus Diki.
"Ngapain lo bisik-bisik. Pergi lo berdua selagi gue ngelepasin lo pada."
"Ya udah kalau hitu makasi bang. Ayo mba Risa kita pulang," ajak Lya santai menarik gadis itu berniat untuk pergi tapi kembali di hadang.
"LO BENAR-BENAR NANTANGIN GUE?" Teriak Lioniel menggenggam tangan gadis itu dengan kuat sampai gadis yang ada di sisi Lya ini meringis.
BUGH
Lya menendang Lioniel hingga lelaki itu terjatuh. "Mba Risa tunggu disitu aja ya. Jangan kemana-mana," titah Lya menunjuk sepeda yang di pakainya bersama Diki tadi dan mendorong tubuh gadis yang di panggil Risa itu menjauh.
"SIALAN! NGAPAIN PADA DIEM? HAJAR!" Teriak Lioniel terlihat murka.
Anak-anak buahnya mulai menyerang Lya dan Diki.
BUGH
BUGH
BRAKK
BUGH
Argghhhh
"****."
Lya dengan gesit menangkis semua serangan dan membalas mereka. Tak butuh waktublama, Lya bisa menumbangkan empat musuh begitu juga dengan Diki.
BUGH
"Anjing!" Umpat Lya mendapat pukulan keras dari Lioniel.
BUGH
"BANGSAT!"
KRAKK
"MATI LO!"
BUGH
Seperti sedang kesetanan, Lya membantai habis musuh hingga tergeletak di tanah. Hidung gadis itu mengeluarkan darah segar dan wajahnya juga mendapatkan beberapa luka lebam.
BUGH
Tendangan terakhir Lya berikan untuk Lioniel hingga laki-laki itu menabrak motor dan jatuh tak sadarkan diri.
Diki menghampiri Lya. "Anjing! Capek gue," adunya.
Lya menatap wajah Diki yang tak jauh beda dari wajahnya. "Muka lo jelek bhahaha," tawa Lya.
Diki kembali mengumpat namun terkekeh juga. "Sial!"
"Besok ganti aja jaketnya bang, warna pink sekalian. Biar kaya couple massal, hahahahaaa," ujar Lya tertawa.
Mereka berjalan mendekati gadis yang tengah berjongkok di samping sepeda.
"Mba Risa gak apa-apa?" Tanya Lya. Gadis itu menggeleng polos. Wajahnya masih menampilkan raut ketakutan. "Ya udah ayo kita pulang."
Diki mendorong sepeda berjalan di sisi kanan gadis itu, sedangkan Gelya berjalan di sisi kanannya. "Rumahnya dimana mba?" Tanya Diki.
"D-di komplek mawar," jawabnya.
Gelya menelisik wajah gadis di sampingnya ini. Wajah polos, manis, cantik dan imut. Jika Lya adalah seorang pria sudah helas dia akan menyukai gadis di sampingnya ini. "Mba gak papa kan? Tadi itu mba beneran di gangguin mereka kan? Takutnya kita asal mukul orang," tanya Lya. Bahkan dia baru sadar tidak tahu permasalahan dan langsung main pukul-pukul saja.
"Gak papa kok! Ehm mereka emang punya niat jahat sama aku. Makasi ya kalian udah bantuin aku," jawabnya tersenyum. Diki melihatnya cengo, jelas saja. Gadis ini hanya tersenyum simpul tapi sangat menarik hati.
"Hehe aman mba," jawab Gelya.
Gadis itu menatap ke arah gerbang komplek. "Uhm.. sampai sini aja gak papa, aku bisa pulang sendiri kok."
Diki mengedarkan pandangannya. "Serius mba? Kita bisa kok antar mba sampai depan rumahnya," ujarnya membuat Lya mendengus.
"Modus lo, monyet," ujar Lya pada Diki.
"Gak papa. Disini ada pos satpamnya kok, lagian rumah aku udah dekat. Sekali lagi makasi ya kalian udah mau nolongin aku," ucap gadis tersebut. Lya tersenyum manis menanggapi ucapan gadis itu. "Eh atau kalian mau aku obatin dulu? Kita ke rumah aku aja gimana? Luka kalian cukup parah," sambungnya sedikit khawatir.
Diki tersenyum lebar. "Eh, boleh mba?"
Belum lagi gadis itu menjawab. Gelya sudah memotong duluan. "Gak perlu mba, kita bisa obatin ini sendiri. Lagian udah malam takut ganggu."
Gadis itu menggeleng. "Gak ganggu kok. Kalian udah bantuin aku, aku hutang budi sama kalian. Kita kerumah aja ayo."
Diki menatap Lya memohon. Gelya tentu saja tau dengan niat sepupunya ini. "Bener kok mba gak papa. Ini juga sudah malam takutnya nanti bunda nyariin kita. Dan mba gak usah pikirin masalah utang budi, karena kita bantuinnya ikhlas kok," ucap Lya diakhiri dengan menatap Diki seakan menyadarkan lelaki itu.
"Kalau gitu makasi sekali lagi."
"Iya mba, kita pamit yah," ucap Lya berbalik.
"Dadahh mba cantik," pamit Diku menaiki sepedanya meninggalkan Gelya.
"KAMPRETT WOY TUNGGUIN GUE," pekik Gelya berlari mengejar Diki yang tertawa. "BYE BYE MBA SARAH," ucap Lya melambaikan tangannya disaat sudah naik ke sepeda.
Gadis cantik itu tertawa melihat tingkah keduanya.
...🌱...
"Dari mana?" Tanya seorang lelaki yang tengah berkacak pinggang di depan pintu. Gelya dan Diki menunduk takut, bahkan mereka tidak berani menunjukkan muka lebam mereka. "Kalau di tanya itu ya di jawab!"
"Dari nyari makan yah," jawab Diki masih menunduk.
"Sampai jam 10 lewat begini?" Tanya ayah David, ayah Diki. "Terus kenapa bisa babak belur?"
Keduanya semakin menundukkan kepalanya.
"Masuk!" Titah ayah David. Gelya dan Diki langsung masuk tanpa suara. Mereka melihat sudah ada kotak obat di atas meja. "Duduk!" Titah ayah David lagi. Kedua kembali menurut.
Ayah David duduk di depan Gelya, membuka kotak obat, mengambil beberapa kapas lalu menuangkan alkohol untuk membersihkan luka Gelya.
"Kenapa gak di patahin tangannya? Enak aja tuh bocah pirang berani-beraninya dia mukul anak ayah sampai begini," ucap ayah David.
Gelya mengerjapkan matanya beberapa kali. "Ayah gak marah?" Tanya Gelya dengan suara pelan.
"Ngapain marah?"
"Ayah tau?" Kini Diki mulai berani bersuara. Bukannya menjawab, ayah David malah balik bertanya.
"Siapa mba Risa?"
Gelya dan Diki saling tatap lalu menyengir. "Gak tau hehe," jawab mereka serempak.
"Dasar! Untung bunda udah tidur, kalau tau bakal ngamuk dia," ucap ayah David.
"Besok juga pasti bakal tau," cicit Diki.
"Besok ya urusan kalian lah."
"Ayah bantu bilang ke bunda dong, jangan sampai kita di omelin," pinta Gelya memohon. "Masa mukulin banyak orang berani, sama bunda sendiri gak berani," saut ayah David.
"Ayah," cicit keduanya membuat lelaki tua itu tertawa.
...🌱...
Jangan lupa vote, like, komen dan favoritkan pren:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
🥨S! M@N!$🥨
hahaaaaa..... kocak bgt.. 🤣🤣🤣
2022-04-04
1
Linatrisnawati
asik banget ceritanya😍semangat
2022-04-04
0
Nurhalimah Al Dwii Pratama
keren suka ceritanya
2022-03-07
0