Pena Hitam Di Kertas Putih

Pena Hitam Di Kertas Putih

Chapter 1 [Kembaranku]

“Aku percaya kalau waktu itu terus berjalan. Waktu berjalan dan menemani kita untuk tumbuh dan berkembang. Detik selalu berjalan, tak berhenti sekalipun dan tidak akan pernah, tidak akan ada yang bisa bergerak menghentikan waktu bahkan memutar waktu.”

“Aku percaya kalau semua orang pasti akan berubah. Salah satu faktornya adalah karena waktu. Sifat kekanak-kanakan, sifat egois, sifat penakut, sifat pemalu, sifat pendendam, dan semua sifat lainnya pasti akan berubah seiring berjalannya waktu tidak terkecuali satupun.”

“Aku percaya, keajaiban pasti akan ada. Layaknya semut yang terjatuh di kubangan air, semut itu akan tetap hidup, dan akan tetap hidup. Aku percaya itu, ia akan tetap hidup.”

“Petra Charleston Prakasa, itulah nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku ketika aku lahir, namun aku sekalipun tidak pernah mendengar suara kedua orangtuaku memanggilku menggunakan nama yang telah mereka berdua berikan kepadaku.”

“Kedua orangtuaku meninggal sebab kecelakaan bersama dengan kakak kandungku sendiri. Bahkan aku tidak pernah mengetahui rupa wajah dari kakak kandungku sendiri. aku hanya mengetahui rupa wajah papah dan mamahku sendiri di dalam foto pernikahan mereka berdua. Menurutku, mamahku terlalu cantik jika dilahirkan sebagai manusia. Mamahku lebih mirip malaikat tak bersayap yang turun ke bumi hanya untuk melahirkan anaknya yang tampan ini. Iya.., Tampan dan Berani.”

“Saat aku menatap wajah papahku, aku seperti melihat fotoku sendiri saat sudah dewasa. Menurutku, aku sangat mirip dengan papahku. Walau wajahku ini memang wajah pasaran dan tidak terlalu gudluking. Setidaknya, aku sudah percaya diri dengan penampilanku saat ini.”

“Aku hidup dan dibesarkan di salah satu panti asuhan yang berada di desa kecil bernama Haarlem dan terletak di perbatasan antara dua kota besar yaitu Den Haag dan Amsterdam. Bisa dibilang, desa ini adalah sebuah kelereng dan berada di anatara dua buah dada. Ehh.., maksudnya dua buah semangka.”

“Aku tinggal di salah satu panti asuhan. Namun, sebenarnya itu bukanlah panti asuhan. Itu hanya rumah biasa yang ditinggali oleh seorang janda tua dan seorang nenek tua renta disana. Bangunan itu sebelumnya adalah kantor desa yang sudah tidak digunakan, maka dari itu masih banyak ruangan yang sekarang ini digunakan sebagai kamar bagi para anak yatim piatu sepertiku.”

“Panti asuhan itu hanya berisikan diriku saja. hanya aku disana. maka dari itu, ibu janda tua dan nenek itu tidak pernah menganggap kalau bangunan ini adalah panti asuhan. Mereka berdua menganggap bahwa aku adalah anak dari mereka berdua. Dan ini adalah rumah baruku untuk saat ini.”

“Jujur saja, aku masih kelas 1 SMA, dan selama kuranglebih 3 tahun aku bersekolah di SD itu, aku tidak memiliki teman satupun. Bukan berarti aku tidak pernah mengobrol bersama dengan teman sekelasku, tapi aku merasa akan mengobrol dengan teman sekelasku jika itu menyangkut hal yang penting. Jika tidak ada hal yang penting, aku tidak berbicara kepada siapapun. Dan itu sudah kulakukan kuranglebih 12 tahun aku bersekolah”

“Setiap pagi, aku hanya melakukan kegiatan sehari hariku. Waktunya bagiku untuk mandi. Namun dikarenakan bulan ini adalah bulan november, bulan ini adalah musim gugur. Hujan angin yang begitu dingin mampu membuat siapapun yang tidak memakai syal bisa menggigil kedinginan. Anginnya sangat dingin karena bulan depan adalah bulan desember dimana akan turun salju di desa ini.”

“hari ini dingin banget” ucap Petra seraya memeluk tubuhnya sendiri.

Petra pergi ke kamar mandi dan mulai menyalakan pemanas air. Berbeda dengan bulan lalu, di sekitar bulan juni, juli dan agustus. Ketiga bulan itu adalah bulan favoritnya. Itu karena waktunya musim panas, dan setiap kali ia terbangun dari tidurnya, cuaca yang menyambutnya begitu hangat hingga dirinya tidak perlu menyalakan pemanas air lagi agar bisa mandi dan berendam di bathtub.

Ia menghabiskan hari demi hari seperti biasanya. Benar benar menjadi anak yang pendiam di sekolah, bahkan hari ini Petra tidak berbincang kepada siapapun. Ia hanya memakan bekal yang telah ia bawa dari rumah dan memakannya seorang diri di taman kantin.

Bangku di sampingnya kosong karena tidak ada satupun orang yang betah duduk di sampingnya. Mereka semua menganggap kalau Petra terlalu pendiam dan tidak pernah mengucapkan sepatah katapun saat duduk disampingnya.

Petra terlalu gugup saat berbicara dengan seseorang. Bahkan dirinya tidak berani menatap mata orang yang sedang berbicara di hadapannya. “Iya,.. aku tau itu tidak sopan, tapi entah kenapa saat aku memaksakan tubuhku untuk menatap mata lawan biacaraku, bagiku itu adalah salah satu hal yang menyiksa batin.”

Hingga sampai dirinya pulang ke rumah, ia mandi dan kemudian memasuki kamarnya yang dipenuhi akan poster luar angkasa dan planet planet. Bahkan, cat kamarnya berwarna biru gelap dengan dengan hiasan menggunakan tipex cair agar terkesan dipenuhi bintang di luar angkasa.

“Setidaknya, aku ingin bertemu keluargaku yang sudah jauh di atas sana yang tidak akan pernah mungkin bisa ku kejar.”

*tiitt,.. tiitt,.. tiitt,.. bunyi suara alarm Petra yang menyala di kamarnya yang kosong dan tiada orang satupun.

Senin, 15 november 2010. 06:00 AM

“uueeghh,.. uueeegghhh,.. uueeghh”

Petra memuntahkan isi perutnya di kamar mandi pagi itu. itu karena Petra sedang tidak enak badan sebab telah memakan semur jamur buatan ibunya malam kemarin. Walau itu bukan ibu kandungnya, tapi Petra merasa jika masakannya tidak terlalu buruk walau sepertinya ada racun sianida didalamnya.

“apa kamu tidak apa?” tanya ibunda sedikit berteriak dari luar kamar mandi.

“a-aku tidak apa apa. Aku sudah baik baik saj-,.. ueeghh,.. ueeghh” ucapnya dengan muntahan dari isi perut yang masih saja bergejolak meronta ronta di dalam perut Petra.

“apa mamah harus mengambilkan obat?” tanya ibunya dengan sedikit mengetuk pintu kamar mandi.

“itu tidak usah. Aku hanya tidak enak badan. Aku tidak perlu meminum ob-,.. uueegghh” ucapnya dengan muntahan yang masih saja keluar.

“kalau begitu, mamah akan buatkan susu hangat untukmu” tutur ibunya meninggalkan tempat itu.

“baik, terimakasih mah. Uueeghh..” jawabnya dengan muntahan yang mengalir tak henti henti.

Tidak lama setelah itu, Petra keluar dari kamar mandi dengan kondisi tubuh yang begitu segar sehabis mandi. Tubuhnya begitu lemas namun telah begitu lega. Hanya saja, udara yang menyelimuti permukaan begitu dingin hingga membuat tubuhnya merinding dan menggigil kedinginan.

Ia segera berlari menuju kamarnya yang berada di lantai atas kemudian mengenakan seluruh seragam sekolahnya. Hari ini adalah hari Senin, ia memastikan agar dirinya tidak terlambat pergi kesekolah.

Petra kembali turun ke lantai bawah dan mendapati jika ibunya sudah membawa segelas susu hangat yang beliau letakkan di meja makan. Jam sudah menunjukkan pukul 06:32, sudah waktunya Petra untuk berangkat sekolah.

“sial, aku sudah terlambat” teriaknya begitu panik seraya mengunci kancing seragamnya.

“jangan terburu buru, minum dulu susumu ini agar perutmu terisi” tutur sang mamah.

“i-iya mah” jawabnya seraya memasang kaus kaki di kedua kakinya dalam keadaan berdiri.

Dirinya duduk di kursi dan meminum susu hangat tersebut hingga sekiranya perutnya telah terisi begitu penuh. Petra kembali pergi ke kamarnya di lantai atas karena tas sekolahnya tertinggal di dalam kamar tersebut.

Ia pun kemudian berpamitan dengan sang ibunda dan kemudian berjalan ke pintu luar. Di dekat pintu luar, terdapat rak sepatu dari sepatu yang akan digunakan senin ini. Jam 06:40, Petra semakin panik dan ketakutan dan berfikir “bagaimana jika aku terlambat untuk datang kesekolah yang jaraknya cukup jauh dari rumah.”

Dirinya membuka pintu rumah dan hendak berlari menuju sekolahnya yang jauh di tenggara. Namun hal yang mengejutkan terjadi. Terdapat seorang anak seumuran Petra yang sedang memakai jaket tebal dan memakai topi. Seorang anak lelaki yang tingginya sama seperti Petra dan hanya bisa menundukkan kepalanya. Anak itu berdiri di depan pintu dan hanya menundukkan kepala layaknya tak memiliki niatan hidup.

“ma-maaf, kau mencari siapa?” tanya Petra seraya menatap wajahnya yang tengah menunduk.

Anak lelaki itupun kemudian mengangkat wajahnya. Terlihat kedua matanya yang begitu memerah dan membengkak sebab sepertinya terlalu banyak menangis, bersama dengan raut wajah yang penuh dengan kesedihan dan penyesalan, Petra sedikit terkejut dengan wajah anak tersebut yang begitu lusuh dan kotor.

Tidak cukup sampai disitu, Petra juga luar biasa terkejut kalau saja lelaki di hadapannya itu sangat amat mirip dengannya. Wajah dan postur tubuhnya benar benar mirip. Bahkan Petra sendiri tidak tau apakah dia adalah kakak kandungnya, atau memang dia kebetulan saja mirip dengan Petra.

Namun Petra tidak bisa mengurusi kembarannya itu terlalu lama. Dirinya tidak memiliki waktu yang tersisa hanya untuk mengurusi tamu yang tidak dikenal. Maka dari itu, Petra memutuskan untuk tidak memperdulikannya dan lebih memilih untuk fokus agar tidak terlambat masuk sekolah.

“maaf, aku tidak mengenalmu. Jika kau ingin menemui orang rumah, ketuk pintunya. Aku sudah terlambat. Aku harus pergi…” tutur Petra seraya hendak berlari meninggalkan kembarannya itu.

Namun disaat Petra hendak meninggalkannya, lelaki kembarannya itu seketika memegang pundak bahu kanan Petra hingga membuatnya berhenti berjalan. Saat Petra menoleh kearahnya, dirinya memegang sebuah surat yang berada di dalam amplop yang rapi dan berwarna putih polos. Petra begitu terheran akan apa yang kembaran itu lakukan kepadanya.

“a-apa ini? apa ini undangan?” tanya Petra kepada kembaran tersebut dihadapannya.

Seketika lelaki kembaran tersebut membalikkan badannya dan kemudian berjalan menjauhi rumah. Melihat lelaki kembaran Petra yang sangat aneh itupun membuat Petra sedikit takut kepadanya.

“apa apaan tuh orang. Apa dia udah gila?. Tapi kenapa dia memberikan surat kepadaku? Apa dia bisa menulis? Apa dia beneran bukan orang gila?” fikirnya dalam hati.

Pada akhirnya, Petra meletakkan suratnya di dalam saku kanan celananya kemudian melanjutkan berlari menuju sekolah. Ia berlari sekencang mungkin melawan angin yang begitu dingin dan melewati perumahan penduduk disana.

Pada akhirnya, Petra sampai di sekolah pukul 06:58. Nyaris terlambat dalam 2 menit lagi. “untungnya aku masih bisa berlari dengan kondisi tubuhku yang lemas ini.”

Dirinya memasuki kelas dan nyatanya semua orang sudah datang. Tertinggal ia seorang yang datang paling akhir. Seperti hari biasa, Petra duduk di kursi yang berada di pojokan kelas. Dirinya meletakkan tas miliknya ke kolong meja samping kanannya sebab tidak ada orang yang menempati bangku tersebut. Pada akhirnya, seperti biasa Petra menunggu sampai guru di jam pelajaran pertama masuk.

Setelah melalui pagi yang berat, dengan menghela nafas begitu dalam, Petra rasa hanya itu yang bisa mengurangi beban yang sedang ia hadapi. Namun fikiran Petra begitu tidak karuan sebab dirinya sendiri bahkan tidak tau apa saja yang membuat perasaannya tidak enak. Entah kenapa, tapi rasanya ada yang menjanggal di otak Petra. Jam 09:12, jam istirahat pertama dimulai. Petra hendak mengeluarkan bekal dari tas sekolahnya. Namun begitu terkejutnya dia saat mengetahui dan menyadari kalau dirinya lupa untuk memasukkan kotak bekal kedalam tas.

“bodohnya aku, kenapa aku terlalu pelupa. Sekarang aku harus makan apa?” ucapnya menepuk jidat.

Dirinya berfikir kalau ia akan membeli chiki di kantin. Untungnya uang miliknya masih ada di saku kanan seragam celananya. Saat Petra mengeluarkannya, terdapat pecahan uang receh koin dan sebuah kertas surat amplop. Setelah di ingat ingat, ia mulai menyadari kalau surat tersebut berasal dari kembarannya tadi pagi.

“ohh, iya. Kalau tidak salah, ada anak seumuranku yang memberikan surat ini tadi pagi. Kira kira, isi suratnya apa ya?” fikirnya seraya menatap tajam ke arah surat tersebut.

Ia perlahan membukanya. Dengan diselimuti perasaan begitu penasaran, ia membuka perlahan agar tidak robek. Hingga sampai pada akhirnya, Petra mengeluarkan secarik kertas yang berada di dalam amplop tersebut.

“ehh? Apa? Ini tidak mungkin, jangan bercanda. apa yang terjadi?” fikirnya begitu terkejut saat melihat kertas itu.

-BERSAMBUNG-

Episodes
1 Chapter 1 [Kembaranku]
2 Chapter 2 [Kertas Kosong]
3 Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4 Chapter 4 [Teman Sekelas]
5 Chapter 5 [Guru Petra]
6 Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7 Chapter 7 [Kurang enak badan]
8 Chapter 8 [Ruang UKS]
9 Chapter 9 [Penembakan]
10 Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11 Chapter 11 [Preman Pasar]
12 Chapter 12 [Mamah]
13 Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14 Chapter 14 [Melemah]
15 Chapter 15 [Hanya Demam]
16 Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17 Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18 Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19 Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20 Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21 Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22 Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23 Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24 Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25 Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26 Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27 Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28 Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29 Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30 Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31 Chapter 31 [Makam Nenek]
32 Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33 Chapter 33 [Rencana Petra]
34 Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35 Chapter 35 [Surat Terakhir]
36 Chapter 36 [Elmo]
37 Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38 Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39 Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40 Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41 Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42 Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43 Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44 Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45 Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Chapter 1 [Kembaranku]
2
Chapter 2 [Kertas Kosong]
3
Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4
Chapter 4 [Teman Sekelas]
5
Chapter 5 [Guru Petra]
6
Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7
Chapter 7 [Kurang enak badan]
8
Chapter 8 [Ruang UKS]
9
Chapter 9 [Penembakan]
10
Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11
Chapter 11 [Preman Pasar]
12
Chapter 12 [Mamah]
13
Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14
Chapter 14 [Melemah]
15
Chapter 15 [Hanya Demam]
16
Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17
Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18
Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19
Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20
Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21
Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22
Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23
Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24
Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25
Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26
Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27
Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28
Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29
Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30
Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31
Chapter 31 [Makam Nenek]
32
Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33
Chapter 33 [Rencana Petra]
34
Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35
Chapter 35 [Surat Terakhir]
36
Chapter 36 [Elmo]
37
Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38
Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39
Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40
Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41
Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42
Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43
Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44
Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45
Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!