Chapter 4 [Teman Sekelas]

Secara tiba tiba, Petra berada di tengah tengah kubangan lumpur yang lengket, licin dan kotor. Sekujur tubuhnya dipenuhi oleh lumpur berwarna cokelat kehitaman begitupula dengan rambut dan wajahnya.

Dengan memaksakan diri, Petra mencoba untuk keluar dari kubangan lumpur tersebut. Dirinya berteriak kesana kemari untuk mencari pertolongan, namun sepertinya Petra terperangkap di tengah kubangan lumpur yang berada di tengah hutan yang gelap nan sepi.

Tidak lama setelah itu, Petra menatap sebuah api layaknya obor yang dibawa oleh seseorang. Spontan dirinya berteriak sekuat tenaga untuk memanggil orang tersebut beberapa kali, dan pada akhirnya orang tersebut pun mulai berjalan mendekati Petra.

Orang itu membawa sebuah obor yang mampu menerangi kubangan lumpur tersebut. Setelah Petra menatap tajam wajahnya, ternyata Petra begitu terkejut kalau saja orang itu adalah kembaran Petra yang memberinya surat pagi tadi.

“apa kau butuh pertolongan?” tanya lelaki kembaran Petra itu.

“tolong aku, aku terjebak disini dan tidak bisa keluar. Dadaku mulai sesak dan mataku perih sebab terlalu banyak terkena lumpur. Kumohon tolong aku” ucap Petra seraya memohon memasang raut wajah memelas.

“apa kau merasa sedih di dalam kubangan itu?” tanya lelaki tersebut.

“iya, aku sedih, aku gelisah, aku takut, aku menyesal. Kumohon keluarkan aku dari sini”

“kalau begitu, aku akan membantumu, tapi kamu juga harus membantuku juga” ucapnya.

“baik, aku akan membantumu juga. apa yang harus kulakukan?” tanya Petra mengusap air mata dari kedua mata yang begitu memerah.

“aku juga terjebak dalam kesedihan dan penyesalan. Aku dan kamu tidak lebih dari seorang yang sama. nasibku sama dengan nasibmu. Aku tidak ingin kau bernasib yang sama. Aku ingin, jika aku memberi sebuah surat, lakukanlah. Aku memberi perintah dalam surat, lakukanlah. Aku memberi arahan dalam surat, lakukanlah. Aku mengajakmu dalam surat, ikutilah. Dan hiduplah seperti apa yang kita cita-citakan” ucapnya dengan tersenyum begitu tulus.

“eh?” tanya Petra dengan begitu heran.

Tidak lama setelah itu, seketika lelaki tersebut menghilang dari hadapan Petra. Dan dalam sekejap saja, Petra terbangun dari tidurnya sebab suara alarm pagi yang begitu berisik. Alarm pagi membangunkannya dan memaksanya untuk memulai hari hari baru ini seperti biasa.

Saat Petra terbangun dari tidur, ia duduk di atas kasurnya dalam keadaan berkeringat dingin dan jantung yang bergegup kencang. Disaat itu juga, Petra berusaha mengingat tentang apa yang ada di dalam dunia mimpinya barusan. Namun itu seperti halnya memancing ikan di bak kamar mandi. itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Terkecuali jika mimpi tersebut memang benar benar membuat orang yang memimpikan hal yang traumatis baginya.

“aku merasa kalau mimpiku barusan adalah mimpi yang begitu penting. Apa itu adalah mimpi? Aku tidak merasa kalau itu adalah mimpi” ujarnya seraya mengusap kedua matanya.

SELASA- 16 NOVEMBER 2010. 06:00 AM

Petra mematikan alarm dan kemudian berjalan ke kamar mandi bawah. Kepalanya sedikit pusing saat itu sebab Petra tertidur terlalu lama.

Bagaimanapun juga, Petra terbiasa tertidur di jam 9 malam hingga 6 pagi, Namun berbeda dengan kemarin hari.

Dirinya berjalan menuruni tangga perlahan sembari mencium aroma masakan dari sang mamah. Petra tidak terlalu menghiarukannya dan memutuskan untuk segera mandi di kamar mandi. Ia menyalakan kran air dan kemudian berendam di air hangat bathtub rumah. Rasanya membahagiakan saat musim gugur dengan kondisi angin yang perlahan mendingin diluar, sementara kita berendam dengan air hangat di dalam kamar mandi.

Tidak lama setelah itu, Petra keluar dari kamar mandi dan kemudian bergegas ke kamar untuk memakai seragam sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 06:15, Petra terlalu bersantai di dalam kamar mandi. Pada akhirnya, dirinya turun dari lantai atas dalam keadaan sudah mengenakan seragam lengkap serta kaus kaki sembari membawa tas ranselnya.

Petra disambut hangat oleh mamahnya yang sudah memasakkan salad pagi untuknya. Lumayan juga, jika dibandingkan dengan hari kemarin yang bahkan Petra terlalu terburu buru dan melupakan sarapannya. Bahkan dia hanya sarapan segelas susu dan tidak sempat menyiapkan bekalnya.

“aku jadi teringat akan Lia yang telah memberikanku bekal kemarin hari. Aku jadi tidak enak jika aku tidak membalas kebaikannya” fikirnya dalam hati.

Pada akhirnya, terselubung satu niat untuk membalas kebaikan Lia kemarin hari. Di dalam, benak Petra, terselubung satu niat di dalam lubuk hatinya jika ia ingin membawa bekal dobel untuk Lia.

“apa aku boleh membawa bekal dobel hari ini?” tanya Petra kepada mamah yang sedang makan bersama di hadapanya.

“ehh, tumben banget… apa kamu suka?”

“anggap saja seperti itu” jawabnya.

“kalau begitu, ambil saja wadah bekal di dapur untuk bekal keduamu”

“baik” jawabnya.

Petra pun segera menghabiskan salad sayur yang ada di piring dan kemudian bergegas untuk mengambil dua buah wadah bekal untuk Petra sendiri dan untuk Lia. Dirinya berniat memberi Lia satu bekalnya untuk membalas budi sebab dirinya telah memberikan bekal serta obat bahkan air putihnya kepada Petra. Setidaknya, dirinya akan sedikit lebih tenang saat ia tidak merasa berhutang budi kepada seseorang.

Setelah semuanya sudah siap, Petra memasukkan dua buah wadah bekal tersebut kedalam tas dan kemudian bergegas mengenakan jaket serta sepatu di rak depan. Petra berpamitan dan segera berangkat sekolah dari rumah.

Saat dirinya menutup pintu rumah dari luar, begitu terkejutnya Petra ketika melihat kembarannya sedang berdiri dihadapannya. Seperti kemarin hari, kembarannya itu sama sekali tidak mengeluarkan suara dan tidak berkata sepatah katapun.

“wwooaaahh‼. Ka-kau mengejutkanku” ujar Petra dengan sedkit berteriak kesal.

Kembarannya itupun memberikan surat yang sama seperti kemarin hari. Dirinya memberikan surat tersebut menggunakan tangan kanannya. Setelah Petra menerimanya, dirinya pergi begitusaja meninggalkan Petra di depan rumah seorang diri.

“heyy, apa aku boleh mengetahui namamu?” tanya Petra dengan berteriak ke arah kembarannya itu.

Namun sepertinya, kembarannya itu sama sekali tidak memperdulikan Petra dan tetap berjalan meninggalkannya. Dengan sergap, Petra mengejarnya dari belakang dan kemudian menarik kerah baju yang dikenakan kembarannya itu dari belakang hingga kembarannya itu berhenti berjalan.

“tunggu dulu, siapa kau dan kenapa kau bisa tau apa yang terjadi kepadaku di saat nanti? Sebenarnya, apa yang terjadi dan bagaimana kau bisa tau?” tanya Petra dengan sedikit ngos ngosan sebab berlari mengejarnya.

“semuanya akan terjawab di akhir nanti. Kamu akan mengetahui segalanya. Surat itu adalah satu satunya cara agar kamu tidak menyesal sepertiku di hari nanti” jawabnya sembari menatap mata Petra dengan tatapan sayu dan mata yang bengkak.

Saat Petra mendengar suaranya, tidak salah lagi kalau suaranya sangat amat mirip dengan suaranya. Namun hanya saja suaranya sedikit lebih serak basah seperti seseorang yang terlalu banyak berteriak. Wajahnya, tatapannya, cara bicaranya, gaya berjalan dan berperilakunya sangat mirip dengan Petra, namun sedikit berbeda saat berekspresi.

“setidaknya, katakan dahulu siapa sebenarnya kau ini” ucap Petra dengan nada begitu kesal.

“semuanya akan terjawab di akhir nanti” jawabnya dengan seketika melepaskan genggaman tangan Petra di kerah bajunya dengan begitu kuat.

Kembarannya itupun kemudian berjalan meninggalkan Petra sementara dirinya hanya terdiam mematung di tempat tersebut. Petra sudah tidak habis fikir dengan apa yang dilakukannya dan siapa dia sebenarnya. Dengan seketika Petra membuka surat tersebut dan membaca isi surat yang telah diberikan kembaranku kepadaku.

Isi surat tersebut berisi “kau tidak perlu membawa dua bekal, Lia tidak akan masuk hari ini. Sebisa mungkin, kau harus bisa menjadi ketua kelas yang baik. Berbicaralah yang baik di hadapan semua kawan di kelas. Itu akan mempengaruhi banyak tidaknya temanmu di esok hari. Bertemanlah dengan sebanyak banyaknya teman, karena mereka akan membantumu di detik akhir”

“apa maksudnya detik akhir?”

Melihat isi surat yang begitu aneh tersebut, Petra jadi sedikit skeptis dan tidak percaya dengan apa yang dituliskan di dalam surat tersebut, namun Petra juga mengingat kejadian kemarin dimana isi surat yang diberikan oleh kembarannya itu benar benar terjadi di dunia nyata.

“kalau saja isi surat yang diberikan oleh kembaranku itu seratus persen benar, mungkin aku akan percaya dengan isi surat ini. ini adalah pembuktian, jika memang benar hari ini Lia tidak masuk, mungkin aku akan percaya kepada surat ini kedepannya” fikir Petra seraya berjalan kearah sekolah.

Jam 06:45, Petra sudah sampai di gerbang sekolah. Dirinya segera bergegas memasuki ruang kelas dan mendapati jika semua orang sudah duduk bersama denan sohib mereka masing masing. Benar saja, saat Petra duduk di kursi, ia menunggu kehadiran Lia. Petra berfikir kalau Lia hanya terlambat beberapa menit, jadi Petra masih tetap menunggu kehadirannya dengan fikiran positif.

Tidak lama setelah itu, Petra dipanggil oleh anak kelas sebelah. Anak kelas sebelah itu memanggil ketua kelas di kelas tersebut. Sebagai ketua kelas yang tampan dan berani, Petra pun berjalan dan menemuinya. Setidaknya itu yang dirinya fikirkan tentang dirinya sendiri.

Anak kelas sebelah tersebut ternyata membeirkan surat yang isinya adalah surat ijin tidak masuk milik Lia. Saat Petra membukanya dan membacanya, benar saja kalau Lia tidak masuk sekolah sebab ada acara keluarga yang begitu mendesak.

“kalau boleh tau, siapa yang memberikan surat ini?” tanya Petra kepada anak kelas sebelah tersebut.

“ada orang tinggi besar memakai jas rapih menitipkan surat ini kepadaku. Saat aku melihat kelasnya, akupun bergegas untuk memberikannya kepadamu” jelasnya.

“emm, jadi begitu” ucap Petra menganggukkan kepalanya dan mengelus dagunya.

“aku akan kembali ke kelasku sendiri. Terimakasih” ucapnya.

“iya, aku juga berterimakasih banyak” jawab Petra sedikit menganggukkan kepalanya.

Petra berjalan memasuki ruang kelas dan kemudian berjalan ke meja guru. Dirinya mengambil buku jurnal dan buku absen kemudian mengisi surat kehadiran atas nama Lia.

“hey, Petra” panggil Lucas, teman sekelasnya.

“apa” jawab Petra seraya sibuk menulis.

“apa yang kau lakukan” tanya Lucas.

“aku sedang mengisi buku jurnal absen milik Lia. Dia tidak masuk hari ini” jawabnya.

“HAAHHH!? TIDAK MASUK!? YANG BENAR!” teriak Issak dari kejauhan.

“jangan teriak teriak napa” jawab Petra dengan nada begitu kesal.

“kenapa dia tidak masuk?” tanya Lucas.

“dia ijin tidak masuk sekolah karena ada urusan keluarga yang mendesak” jawabnya.

“apa dia sedang sakit?” tanya Alex, teman sekelasnya.

“kurang tau juga e” jawabnya.

“kenapa kau bisa tau? Jangan jangan, kau sudah-“ ucap Issak tersahut henti.

“aku tidak ada hubungan apa apa dengannya” sahut Petra kepada Issak.

“jangan jangan, dia tidak masuk sekolah karenamu” ucap Anna, teman sekelasnya.

“memangnya aku adalah anjing galak yang menggigit orang disampingku? Jangan mengada ada” jawab Petra diikuti oleh tawa seisi kelas.

Tidak lama setelah itu, walikelas pun datang dan memergoki Petra sedang menulis di buku jurnal dan buku absen kelas. Spontan Petra harus bergegas kembali ke mejanya sendiri dan duduk disana. Semua murid menyambut kedatangan sang walikelas begitupula dengan Petra.

-BERSAMBUNG-

Episodes
1 Chapter 1 [Kembaranku]
2 Chapter 2 [Kertas Kosong]
3 Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4 Chapter 4 [Teman Sekelas]
5 Chapter 5 [Guru Petra]
6 Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7 Chapter 7 [Kurang enak badan]
8 Chapter 8 [Ruang UKS]
9 Chapter 9 [Penembakan]
10 Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11 Chapter 11 [Preman Pasar]
12 Chapter 12 [Mamah]
13 Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14 Chapter 14 [Melemah]
15 Chapter 15 [Hanya Demam]
16 Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17 Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18 Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19 Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20 Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21 Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22 Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23 Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24 Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25 Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26 Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27 Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28 Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29 Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30 Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31 Chapter 31 [Makam Nenek]
32 Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33 Chapter 33 [Rencana Petra]
34 Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35 Chapter 35 [Surat Terakhir]
36 Chapter 36 [Elmo]
37 Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38 Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39 Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40 Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41 Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42 Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43 Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44 Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45 Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Chapter 1 [Kembaranku]
2
Chapter 2 [Kertas Kosong]
3
Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4
Chapter 4 [Teman Sekelas]
5
Chapter 5 [Guru Petra]
6
Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7
Chapter 7 [Kurang enak badan]
8
Chapter 8 [Ruang UKS]
9
Chapter 9 [Penembakan]
10
Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11
Chapter 11 [Preman Pasar]
12
Chapter 12 [Mamah]
13
Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14
Chapter 14 [Melemah]
15
Chapter 15 [Hanya Demam]
16
Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17
Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18
Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19
Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20
Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21
Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22
Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23
Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24
Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25
Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26
Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27
Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28
Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29
Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30
Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31
Chapter 31 [Makam Nenek]
32
Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33
Chapter 33 [Rencana Petra]
34
Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35
Chapter 35 [Surat Terakhir]
36
Chapter 36 [Elmo]
37
Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38
Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39
Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40
Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41
Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42
Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43
Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44
Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45
Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!