Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]

“aku melihat namamu di buku ini” jawab Lia memberikan buku diary Petra.

Melihat cacatan keseharian Petra berada di tangan orang lain membuatnya sangat amat luar biasa terkejut dan seketika tenggelam di sumur yang penuh dengan perasaan malu.

“eh? A-apa kamu membacanya?” tanya Petra dengan begitu terkejutnya.

“bukumu terjatuh dari dalam tas. Dan aku secara tidak sengaja membaca sebagian dari halaman yang terbuka. Sepertinya, hari ini kamu sedang sakit perut karena masakan mamahmu. Mungkin itu alasan mengapa kamu segera pergi ke kamar mandi baru ini. Aku jadi faham apa itu arti dari lumpur lapindo” ucap Lia dengan sedikit menahan tawanya.

“kurasa mentalku sudah rusak. Aku jadi berfikir kenapa aku harus terlahir di dunia ini dengan menanggung beban malu sebesar ini” gumam Petra seraya menutup wajahnya sendiri menggunakan kedua telapak tangannya.

“tenang saja, sebagai gantinya kamu bisa membaca buku harianku” jawab Lia.

“aku tidak akan pernah sekalipun melakukan hal yang sangat amat luar biasa berdosa besar seperti itu” jawab Petra seraya memasukkan buku hariannya kedalam tasnya semula.

“kalau kamu masih terganggu, maafkan aku karena sudah mengacaukan semuanya. Sebagai gantinya, aku akan memberikan obat sakit perut kepadamu. Kebetulan aku tidak sengaja membawa obat sakit perutku di dalam tas.

Minumlah ini agar perutmu sedikit baikan” ucap Lia seraya memberikan obatnya kepada Petra.

“apa aku boleh meminumnya?” tanya Petra seraya menerima obat dari Lia.

“boleh asalkan perutmu sudah terisi makanan” jawabnya.

“aku hanya minum susu, dan itupun asat pagi tadi” ucap Petra.

“itu tidak boleh. Susu adalah minuman yang mudah sekali dicerna di dalam lambung, dan jika kamu meminumnya pagi tadi, pasti sekarang sudah tercerna dan obatku ini tidak bekerja dengan optimal” jelasnya.

“eh? Memangnya iya?” tanya Petra balik.

“bercanda, jangan fikirkan ucapanku tadi, aku hanya mengarang. Aku hanya sok pintar tapi sepertinya aku tidak terlihat seperti itu” jawab Lia dengan wajah datarnya.

“kurang ajar” ucap Petra memasang raut wajah begitu kesal.

“tapi, bagaimana jika ucapanku itu benar?”.

“yaahh, tapi bagaimana juga kalau ucapanmu itu salah?”.

“kita berdua hanya berdebat mengenai spekulasi hal yang tidak penting. Kita hanya berdepat mengenai hal yang tidak pasti. Lebih baik, makanlah bekalku ini dan minumlah obatku” ucapnya seraya mengeluarkan bekal dari dalam tasnya

“ehh, it-itu tidak perlu, aku akan meminum obatku nanti siang” sahut Petra seraya menghalangi tangan Lia yang hendak mengeluarkan bekalnya dari dalam tas.

“jangan kebanyakan ngeyel dan cepat makan bekalku ini. anggap saja kalau ini adalah caraku meminta maaf kepadamu” ucap Lia dengan paksa mengeluarkan bekalnya.

“tapi itu tidak perl-“ ucap Petra terhenti karena suara keroncongan dari perutnya.

“sial, benar benar memalukan. Dasar perut bodoh, kenapa kau malah berbunyi disaat saat seperti ini” fikir Petra mengumpat perutnya sendiri.

“tuhkan, kamu bisa berbohong tapi tubuhmu tidak. Sekarang, makanlah cepat dan segera minum obat” tegas Lia membuka bekalnya itu dan memasukkannya kedalam loker laci meja Petra.

“ma-makasih banyak” ucap Petra sedikit menganggukkan kepalanya.

Di dalam kotak bekal milik Lia terdapat sebuah roti isi layaknya sandwich. Didalamnya terdapat 4 buah roti isi, dan Petra hanya memakan dua dari empat isi roti itu. Petra memakannya perlahan dan tanpa menghasilkan suara sedikitpun agar tidak ketahuan sedang makan saat pelajaran berlangsung.

“habiskan semuanya”.

“tidak, aku sudah kenyang, terimakasih”.

“kalau begitu, minumlah obatku menggunakan air putih. Apa kamu membawanya?”.

“minumku tertinggal di rumah. Aku akan minum di kran air siap minum”.

“apa kamu akan keluar kelas hanya untuk minum air putih? Apa kau sudah gila?. Minumlah airku” tegas Lia memberikan botol air mineralnya.

“tapi-“ ucap Petra tersahut henti.

“anggap saja ini adalah caraku meminta maaf” sahut Lia.

“kurasa kamu sudah memberikan terlalu berlebihan, aku jadi tidak enak karena merepotkan anak baru” ucap Petra dengan perasaan yang begitu gugupnya.

“apa yang kau katakan? Itu sangat bodoh. Harusnya aku yang tidak enak jika kamu menolak pemberianku. Cepat minum obatmu agar lumpur lapindo mu bisa sedikit jinak dan tidak lagi bergejolak didalam perutmu” ucap Lia.

“kenapa harus lumpur lapindo?” ucapnya seraya menerima botol air mineral tersebut.

Bukan sembarang botol, namun botol itu adalah botol dari sedotan yang terpasang rapat. Saat Petra membuka tutup botol tersebut, nyatanya botol itu adalah botol sedotan yang hanya bisa diminum menggunakan sedotan yang sudah tertanam.

Saat Petra mencoba membuka tutupnya, nyatnya itu sudah terkunci rapat dan hanya bisa dibuka dari bawah. Jika Petra membuka tutup bawah tempat pengisian air tersebut, airnya akan tumpah. Mau tidak mau, Petra hanya bisa minum lewat sedotan tersebut.

“ini adalah botol yang benar benar gila” ucapnya seraya menatap botol tersebut.

“aku tidak ada botol lain. jujur saja, aku juga tidak menyukai botol yang menggunakan sedotan besar karena aku tidak bisa minum terlalu banyak dan juga merepotkan” jawab Lia.

“kurasa, aku tidak bisa” ucap Petra memberikan botol miliknya.

“ehh? Kenapa?” tanya Lia.

“apa kau tidak sadar? Jika aku minum di tempat yang sama seperti tempatmu minum, itu sama saja seperti kita berdua melakukan ciu-“ ucap Petra tersahut henti.

“lihatlah botol air minum itu. Apa airnya terlihat berkurang? Tidak berkurang bukan?. Aku masih belum minum di tempat itu sama sekali, jadi kamu bisa meminumnya. Selagi aku masih belum haus, kamu bisa meminumnya” sahut Lia.

“apa itu benar?” tanya Petra merasa sedikit skeptis dari perkataanya.

“aku tidak ingin kursi di dekatku dipenuhi lumpur lapindo, jadi cepatlah min-“ ucap Lia tersahut henti.

“berhenti mengatakan hal itu dan jangan membahasnya lagi, itu sangat jorok” sahut Petra seraya membuka bungkusan obat tersebut.

Pada akhirnya, Petra mulai meminum obat menggunakan air mineral dari botol yang begitu aneh dan tidak beradab itu. Siang hari seperti biasa, semuanya mengikuti pelajaran dengan baik bersama dengan Lia disamping Petra.

Hari hari biasa Petra lakukan disekolah, namun hari ini agak sedikit berbeda dibandingkan dengan hari biasanya. Hari ini, Petra dikejutkan oleh seseorang yang sangat mirip dengannya dan bisa melihat apa yang akan terjadi kepadanya, dan kemudian dirinya mulai berteman dengan seorang perempuan yang luarbiasa cantik dan baik.

Hingga pada saat jam 3 sore, sudah waktunya untuk pulang, Petra melihat kalau Lia di jemput oleh seorang pria tinggi besar mengenakan jas dan kemeja yang rapih. Sesaat sebelum itu, Petra berjalan bersama dengan Lia hingga kita berdua berdiri di gerbang.

Disaat itu juga, dirinya mendapati kalau Lia dijemput oleh lelaki keren dan rapih tersebut. sebelum Lia memasuki mobilnya, dia sempat melambaikan tangannya kepada Petra, dan detik itu juga, Petra berharap kalau dirinya tidak terkena serangan jantung.

Layaknya jantung yang berdetak normal, dalam sepersekian detik, jantungnya terasa berdetak dengan luarbiasa cepat. Seperti halnya di pukul menggunakan pukulan yang berat nan padat, jantungnya seperti berdegup “bop,.. jebop,..jebop,.. cebew” menyerupai editor berkelas.

“bye,.. Petra” ucapnya seraya melambaikan tangannya.

“hati hati dijalan” jawab Petra melambaikan tangannya balik.

Setelah itu, Petra pun memasuki mobil dan kemudian meninggalkan sekolah. Dirinya mulai berjalan ke arah panti rumah dalam mood yang begitu bahagia dan ceria.

Sesampainya di rumah, Petra disambut oleh masakan sang mamah yang baunya tercium hingga ruang tamu rumah. Bau dari masakan sang mamah memang tidak pernah menghianati. Aromanya membuat perutnya seketika keroncongan.

“aku pulangg!” teriak Petra dari ruang tamu depan.

“silahkan masuk” teriak sang mamah dari ruang tengah.

Disaat Petra memasuki rumah, nyatanya terdapat sang nenek yang tengah meminum teh hijau sembari menonton TV di ruang tengah menemani mamah yang sedang mempersiapkan makanan di meja makan.

Petra menghampiri nenek dan mamahnya yang saat itu sedang berada di ruang tengah. Ia pun menggantung jaketnya di gantungan yang berada di dekat rak lemari tengah agar terpisah dengan milik mamah dan neneknya.

“cepat mandi dan makanlah. Mamahmu ini sudah memasak resep dari nenekmu ini” ucap sang nenek kepada Petra.

“baik, aku sudah tidak sabar” jawabnya seraya berlari ke kamarnya yang berada di lantai atas. Petra melepas semua pakaiannya dan kemudian menggantinya dengan kaus biasa. Dirinya berjalan ke kamar mandi dan segera membasuh tubuhnya yang penuh dengan keringat. Padahal saat itu sedang musim gugur dan diselimuti oleh angin dingin, namun entah kenapa tubuhnya begitu berkeringat.

Segarnya air di musim gugur membuat tubuhnya menggigil seketika. Ia kemudian mengambil sweater tebalnya di lemari dan memakai celana panjang training untuk menghangatkan tubuhnya. “padahal sekarang musim gugur, kenapa aku malah mandi air dingin. Bodohnya aku…”

Selepas itu, Petra berjalan kelantai bawah untuk menemui nenek dan mamah yang telah menyiapkan makanan yang begitu spesial.

Hari Senin seperti biasa, tidak ada yang spesial dan yang mampu membuatnya melupakan rasa sakit yang ada di dalam perutnya. Hanya seperti hari hari biasa yang ia lakukan, mandi pada pagi hari, menyendiri saat berada di sekolah, pulang sekolah disambut oleh makanan buatan mamah dan neneknya, dan juga tertidur lelap pada jam 9 malam.

Namun ada perasaan mengganjal yang masih tidak habis fikir. Fikiran negatif terus bermunculan saat Petra memikirkan tentang lelaki yang memberinya surat yang akan terjadi kepadanya. Entah kenapa dan bagaimana bisa lelaki kembarannya itu mampu menebak masa depan Petra dan memberikan Petra surat yang bahkan tulisan tangannya sama persis dengan tulisan tangannya.

Selepas makan bersama di meja makan lantai bawah, ia bergegas untuk pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas. Petra mengeluarkan buku pelajaran dan kemudian mengerjakan Pekerjaan Rumah yang diberikan oleh pak walikelasnya. Sungguh merepotkan dan menyebalkan dimana Petra sama sekali tidak memiliki bakat dalam bahasa Inggris. Namun ia harus selalu belajar dan berupaya agar mampu menguasai pelajaran tersebut. Yaahh,.. That’s Name Also Effort (Namanya Juga Usaha).

Setelah Petra mengerjakan semua PR miliknya di meja belajar, fikirannya sudah mulai lelah. Dirinya berbaring di kasur kamar sembari menatap isi surat kertas yang diberikan oleh kembarannya itu pagi tadi. Sembari berfikir “kira kira, dia siapa dan kenapa dia bisa tau?, atau jangan jangan, DIA ALIEN‼!. Emm, kurasa bukan, aku terlalu berkhayal, dasar bodoh. Tapi, entah kenapa saat dia memberikan surat ini, mukanya begitu sedih dan penuh dengan penyesalan. Aku tidak tau apa yang sedang dia fikirkan, tapi kurasa dia memerlukan pertolongan. Bahkan dia hanya memberi surat dan tidak berkata sepatah katapun? Sebenarnya dia itu siapa”

Secara tidak sengaja, ia terlalu berkhayal dan berfikir terlalu keras hingga tidak sengaja terlelap tidur dalam keadaan memeluk kertas yang diberikan oleh kembarannya itu. Jam 8 malam, Petra akhirnya tertidur nyenyak di kasur hangatnya.

-

-BERSAMBUNG-

Episodes
1 Chapter 1 [Kembaranku]
2 Chapter 2 [Kertas Kosong]
3 Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4 Chapter 4 [Teman Sekelas]
5 Chapter 5 [Guru Petra]
6 Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7 Chapter 7 [Kurang enak badan]
8 Chapter 8 [Ruang UKS]
9 Chapter 9 [Penembakan]
10 Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11 Chapter 11 [Preman Pasar]
12 Chapter 12 [Mamah]
13 Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14 Chapter 14 [Melemah]
15 Chapter 15 [Hanya Demam]
16 Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17 Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18 Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19 Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20 Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21 Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22 Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23 Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24 Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25 Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26 Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27 Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28 Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29 Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30 Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31 Chapter 31 [Makam Nenek]
32 Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33 Chapter 33 [Rencana Petra]
34 Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35 Chapter 35 [Surat Terakhir]
36 Chapter 36 [Elmo]
37 Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38 Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39 Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40 Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41 Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42 Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43 Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44 Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45 Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Chapter 1 [Kembaranku]
2
Chapter 2 [Kertas Kosong]
3
Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4
Chapter 4 [Teman Sekelas]
5
Chapter 5 [Guru Petra]
6
Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7
Chapter 7 [Kurang enak badan]
8
Chapter 8 [Ruang UKS]
9
Chapter 9 [Penembakan]
10
Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11
Chapter 11 [Preman Pasar]
12
Chapter 12 [Mamah]
13
Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14
Chapter 14 [Melemah]
15
Chapter 15 [Hanya Demam]
16
Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17
Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18
Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19
Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20
Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21
Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22
Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23
Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24
Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25
Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26
Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27
Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28
Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29
Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30
Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31
Chapter 31 [Makam Nenek]
32
Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33
Chapter 33 [Rencana Petra]
34
Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35
Chapter 35 [Surat Terakhir]
36
Chapter 36 [Elmo]
37
Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38
Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39
Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40
Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41
Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42
Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43
Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44
Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45
Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!