Chapter 2 [Kertas Kosong]

“kenapa? Kenapa kertasnya kosong?” fikirnya dengan begitu kesalnya.

“ehh, kertasnya terbalik. Bodohnya aku… pfftt” ucapnya seraya menahan tawa dari kebodohannya sendiri.

Dirinya membalik kertas tersebut dan kemudian membaca tulisan disana. Ia begitu terkejut karena tulisan ini benar benar sama dan sangat mirip dengan tulisan tangannya sendiri.

“bahkan tulisan tangannya sangat mirip dan sama sepertiku. Tulisan yang sangat estetik dan mirip ceker ayam” fikirnya sembari membaca tulisan tersebut.

Isi surat tersebut adalah “hari ini akan ada anak baru di sekolahmu dan akan duduk disamping bangku mu yang kosong. Dan juga hari ini kau akan di angkat menjadi ketua kelas. Jagalah ucapanmu dan jangan menyakiti hati seseorang disamping tempat dudukmu”

Melihat tulisan yang sangat aneh dan membingungkan itu membuat Petra semakin pusing. Isi surat itu sama sekali tidak masuk akal buatnya. Dan juga ia berfikir kalau kembaran yang memberikan surat itu adalah orang yang benar benar sudah gila.

“apa apaan? Isi surat yang tidak masuk akal. Dasar orang gila” ucapnya seraya meremukkan kertas tersebut hingga menjadi bola kertas.

Saat ia hendak membuang kertas tersebut di luar jendela kelas, nyatanya seisi kelas dikejutkan akan kehadiran kepala sekolah bersama dengan anak perempuan dibelakangnya. Jujur saja, Petra masih tidak terbiasa jika pak kepala sekolah memasuki ruang kelasnya, karena terakhir kali pak kepala sekolah memasuki kelas tersebut, beliau hanya datang untuk memarahi habis habisan seisi kelas.

“permisi anak anak, maaf karena mengganggu waktu jam istirahat kalian” ucap pak kepsek.

“kali ini, kalian akan kedatangan seorang anak baru di kelas ini. Kalian akan memiliki teman baru di kelas ini. Dan pastinya, kalian jangan menjahilinya di hari pertamanya bersekolah disini” ucap pak kepsek.

“baik pak” jawab seisi kelas.

“kalau begitu, silahkan perkenalkan dirimu” ucap pak kepsek kepada murid baru tersebut.

“baik” jawab murid baru itu.

Seorang murid baru, perempuan cantik dengan rambut yang berwarna cokelat sedikit pirang dan panjang serta tinggi itu berhasil menyita perhatian seisi kelas. Saat Petra menatap matanya, dirinya mulai berfikir kalau mungkin perempuan ini adalah perempuan dari kota besar. Bisa dilihat dari style dan raut wajahnya, perempuan itu pasti pindahan ke desa ini.

Namun bukan itu yang membuat Petra terkejut. Yang membuatnya sangat amat luar biasa begitu terkejut setengah mati adalah isi surat yang ternyata benar benar terjadi di dunia nyata. Saat Petra kembali membuka kertas yang sudah menggumpal itu, ia kembali membaca kembali isi dari kertas tersebut untuk memastikan kalau dirinya tidak salah lihat.

Dan benar saja, ternyata anak baru yang pindah ke kelas ini sudah datang.

“didalam kertas ini juga disebutkan kalau aku akan menjadi ketua kelas. Kalau memang benar adanya, mungkin lelaki kembaranku yang memberikan surat ini adalah manusia super yang mengetahui masa depan. Dan juga, apa anak baru itu akan duduk disampingku?. Benar juga, tidak ada bangku kosong selain disampingku” fikir Petra seraya membaca kertas di gegamannya.

Tidak lama setelah itu, anak baru tersebut berjalan ke depan kelas dan mulai membuka suaranya. Suaranya yang ringan, sedikit serak basah, bersamaan dengan ekspresi dan raut wajah yang sedang mengimplementasikan gerakan dari apa yang telah ia ucapkan membuat Petra yakin kalau dirinya sudah berlatih untuk memperkenalkan diri di depan publik.

“perkenalkan, namaku Leuven Christie Natalia, semua orang memanggilku Lia. Aku pindahan dari kota dan pergi ke desa ini sebab papahku dipindahtugaskan ke desa ini. Rumahku ada di perum Oud Rekem, sebuah perumahan di ujung barat daya sekolah. Sekian perkenalanku, mohon kerjasamanya” ucapnya seraya menundukkan kepalanya.

“heeyy, apa aku bisa memanggilmu Lia?” teriak salah satu murid di kelas tersebut.

“kalian bisa memanggilku Lia, tapi kau bisa memanggilku dengan nama panggilan yang lain” jawab Lia.

“kalau begitu, apa aku bisa memanggilmu sayang?” tanya lelaki tersebut diikui tawa seisi kelas.

“aku tidak tahan dengan semua orang di kelas ini. teman temanku benar benar caper. Kenapa tuhan menciptakan manusia dengan kadar cringe melebihi batas kewajaran. Cringe banget bikin merinding.…” fikir Petra seraya menatap teman lelaki yang berteriak tersebut.

“sudah sudah, jangan membuat keributan. Kalian baik baik dengan Lia dan jangan berisik. Ada rapat di ruang guru” tegas pak kepsek.

“baik pak” jawab seisi kelas.

“kalau begitu, kamu duduklah di bangku yang kosong. Seperti nya di belakang masih ada bangku kosong, apa kamu tidak keberatan?” tanya pak kepsek.

“tidak apa apa, saya tidak ada masalah dalam penglihatan” jawab Lia.

“kalau kamu tidak bisa melihatnya, duduk saja di sampingku. Kita akan selalu duduk bersama hingga di pelaminan kelak” teriak lelaki yang sama.

“hehehe, bisa aja” jawab Lia menahan tawanya.

“di pojokan sana ada bangku kosong, kamu bisa duduk disana” ucap sang kepala sekolah menunjuk ke arah samping bangku Petra.

“baik” jawab Lia mulai berjalan mendekati bangku Petra.

“kalau begitu, bapak pergi dulu. Untuk Issak jangan terlalu menggoda Lia. Dia pasti akan merasa terganggu jika digoda oleh seekor musang” ucap pak kepsek diikuti tawa seisi kelas.

“ehh, jahat banget” ucap lelaki caper yang bernama Issak itu.

Tidak lama setelah itu, pak kepsek pun berjalan keluar kelas dan meninggalkan kelas tersebut. Lia duduk disamping Petra dengan begitu sopan dan rapih. Dikarenakan dia adalah pindahan dari sekolah yang berasal dari kota, maka seragam yang ia kenakan jauh lebih trendi dan stylish dibandingkan dengan seragam sekolah ini.

“maaf, apa ini tasmu?” tanya Lia seraya mengambil sebuah tas dari loker laci mejanya.

“ohh, iya. Maaf” jawab Petra seraya menerima tasnya dan kemudian meletakannya di laci kolong mejanya sendiri.

“apa kamu sudah sendirian di sini sebelum aku datang? Atau ada anak lain yang duduk disini dan anak itu sedang tidak masuk sekolah?” tanya Lia kepada Petra.

“tenang saja, tidak ada yang mau duduk di sampingku. Meja ini sedang kosong, jadi kau bebas duduk disini. Kalau kamu tidak ingin duduk disampingku, itu tidak masalah” jawab Petra dengan nada begitu lesu.

“sial, perutku mules dan aku malah di ajak ngobrol sama perempuan secantik ini. Parfumnya wangi, rambutnya rapih dan lurus, kulitnya lembut dan halus, dan tatapan matanya yang begitu hangat. Semua itu membuatku kebelet eeq” fikir Petra seraya menyembunyikan ekspresi ngeden kebelet eeq nya.

“ehh, memangnya kenapa? Kurasa kamu bukan anak yang jahat” jawab Lia.

“apa kamu fikir aku ini adalah preman pasar yang menyamar menjadi anak sekolahan?. Kurasa aku tidak ingin memiliki teman dan tidak ingin ada yang mengajak ngobrol denganku” ucap Petra dengan nada begitu jutek.

“ma-maaf, aku sudah mengajakmu berbicara. Tapi, apa kamu memang tidak ingin memiliki teman?” tanya Lia kepada Petra.

“maaf, aku sudah tidak tahan lagi duduk disini. jika aku tetap disini, akan ada lumpur lapindo yang membanjiri lantai kelas. Aku harus pergi” ucap Petra seraya berdiri dari tempat duduknya.

“kamu mau kemana?” tanya Lia kepada Petra.

“aku harus menyelamatkan dunia dan kelas ini dari banjirnya lumpur lapindo” jawabnya berlari keluar kelas dan hendak pergi menuju ke kamar mandi.

Dirinya pun berlari ke arah kamar mandi yang jaraknya tidak begitu jauh dari kelasnya. Saat dirinya telah sampai di dalam kamar mandi, spontan ia duduk di toilet dan memulai ritualnya.

“entah kenapa, masakan jamur dari mamahku benar benar seperti racun yang membunuhku perlahan. Benar benar jamur yang berbahaya. Jangan jangan, mamah memasak jamur Lepiota Brunneoincarnata. Atau jangan jangan, mamah menambahkan pestisida kedalam masakannya karena kemarin hari aku tidak sengaja memasukkan pestisida tumbuhan di botol kaca air mineral?. Tidak, itu tidak mungkin” fikirnya dalam keadaan memasang raut wajah ngeden.

Setelah ritual Petra selesai, ia merasa kalau kebahagiaan dan keceriaan dunia sedang menyelimutinya. Setelah dirinya mengeluarkan lumpur lapindo itu, dunia seakan akan tersenyum kepada petra. Perasaan lega membuat Petra sangat amat luar biasa bahagiyah….

“jujur saja, aku tidak pernah merasakan lega se lega ini. Benar benar eeq yang sangad nigmad dan membahagiakan” fikir Petra seraya berjalan keluar dari kamar mandi.

Saat dirinya hendak kembali memasuki ruang kelas, nyatanya Petra dikejutkan dengan namanya yang telah ditulis di papan tulis depan kelas. Nyatanya, saat itu sedang ada pemilihan ketua kelas dan nama Petra memiliki voting tertinggi dari dua siswa yang mencalonkan diri sebagai ketua kelas.

“eh, haahh!?” teriak Petra saat melihat namanya tertulis di papan tulis depan.

“dia sudah balik”, “dia pasti akan senang”, “untung saja bukan aku yang terpilih menjadi ketua kelas” gumam seisi kelas seraya menatapi Petra yang tengah berdiri mematung di depan pintu ruang kelas.

“apa apaan ini?” ucap Petra sedikit berteriak.

“kamu akan jadi ketua kelas” jawab wali kelas yang sedang duduk di kursi guru depan.

“tapi kan-, tapi kan-, aku tidak mencalonkan diri” ucap Petra dengan nada begitu ngegas.

“tenang saja, Petra. Wakil kelas ini adalah Lia sendiri. Dan Lia sendiri yang mencalonkanmu sebagai ketua kelas. Harusnya kau bersyukur karena Lia masih mengajakmu mengurus kelas ini berdua” teriak Issak dari kejauhan.

“tapi aku tidak peduli dengan sistem ketua kelas dan wakil ketua kelas. Apa aku tidak bisa digantikan oleh anak lain?” tanya Petra memasang raut muka memelas.

“sayangnya tidak bisa karena namamu sudah dikirimkan ke meja kepala sekolah dan akan di catat serta dimasukkan kedalam kategori status buku rapor. Harusnya kau merasa senang karena telah terpilih menjadi ketua kelas” ucap wali kelas mengacungkan jempolnya.

Dengan tatapan yang begitu tajam serta menggumam di batin yang terdalam, Petra menyuarakan segala keresahan dan kekesalannya itu di dalam lubuk hatinya yang paling dalam. “benar benar menyebalkan, benar benar membosankan, benar benar memalukan, benar benar merepotkan, benar benar mengantukkan, benar benar menakutkan, benar benar menyedihkan, benar benar mengerikan, benar benar membahayakan”.

“kalau kau masih mengeluh saja, bapak akan kurangi nilai matematikamu selama sebulan ini” ancam pak walkel.

“waahhh, aku sangat senang sekali bisa terpilih menjadi ketua kelas ini. Sangat menyenangkan, sangat membahagiakan, sangat menggembirakan, sangat mengharukan, sangat membanggakan, sangat luar biasa memuat hatiku ini memiliki pelangi yang menghias kelas ini dengan kehangatan pelangiku. Sangat senang sekali rasanya bisa memiliki wali kelas sebaik pak Jimmy” ucap Petra dengan nada satir ke arah pak walikelas.

“sangat menyebalkan dasar pak tua belalang kupu-kupu” fikirnya menatap tajam kedua mata pak walkel.

“bapak bersyukur karena kau bisa menjadi ketua kelas yang baik. Kalau begitu, kembali duduk di kursimu” ucap pak walkel.

“baiklah” ucapnya berjalan memasang raut wajah lemas lesu.

“terimakasih karena kamu bisa menerima ajakanku” ucap Lia.

“aku akan membunuhmu karena kamu sudah melibatkanku dengan kegiatan yang jauh dari kata menyenangkan” ucap Petra menatap tajam mata Lia.

“yaahh, maaf” jawabnya.

“katakan padaku, kenapa kamu mencalonkanku menjadi ketua kelas?” tanya Petra dengan nada penuh emosi.

“itu karena, aku sudah terpilih menjadi wakil kelas. Dan sebagai wakil kelas, aku harus bisa memilih ketua ku yang akan mengurus kelas ini bersama. Dikarenakan aku hanya mengetahui namamu di kelas ini, maka aku mencalonkanmu” jawab Lia.

“darimana kamu mengetahui namaku?” tanya Petra sedikit curiga.

-BERSAMBUNG-

Episodes
1 Chapter 1 [Kembaranku]
2 Chapter 2 [Kertas Kosong]
3 Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4 Chapter 4 [Teman Sekelas]
5 Chapter 5 [Guru Petra]
6 Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7 Chapter 7 [Kurang enak badan]
8 Chapter 8 [Ruang UKS]
9 Chapter 9 [Penembakan]
10 Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11 Chapter 11 [Preman Pasar]
12 Chapter 12 [Mamah]
13 Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14 Chapter 14 [Melemah]
15 Chapter 15 [Hanya Demam]
16 Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17 Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18 Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19 Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20 Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21 Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22 Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23 Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24 Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25 Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26 Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27 Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28 Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29 Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30 Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31 Chapter 31 [Makam Nenek]
32 Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33 Chapter 33 [Rencana Petra]
34 Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35 Chapter 35 [Surat Terakhir]
36 Chapter 36 [Elmo]
37 Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38 Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39 Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40 Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41 Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42 Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43 Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44 Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45 Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]
Episodes

Updated 45 Episodes

1
Chapter 1 [Kembaranku]
2
Chapter 2 [Kertas Kosong]
3
Chapter 3 [Membaiknya Hubungan]
4
Chapter 4 [Teman Sekelas]
5
Chapter 5 [Guru Petra]
6
Chapter 6 [Jangan biarkan Lia melakukan hal berat]
7
Chapter 7 [Kurang enak badan]
8
Chapter 8 [Ruang UKS]
9
Chapter 9 [Penembakan]
10
Chapter 10 [Surat Pemberitahuan Terakhir]
11
Chapter 11 [Preman Pasar]
12
Chapter 12 [Mamah]
13
Chapter 13 [Surat Dadakan Sore Hari]
14
Chapter 14 [Melemah]
15
Chapter 15 [Hanya Demam]
16
Chapter 16 [Kebenaran Lia]
17
Chapter 17 [Kepulangan Lia]
18
Chapter 18 [Pertarungan Jalanan]
19
Chapter 19 [Hasil yang Memuaskan]
20
Chapter 20 [Pesan Tersirat]
21
Chapter 21 [Pembentukan Kelompok]
22
Chapter 22 [Pertemanan Dimulai]
23
Chapter 23 [Ruangan Misterius]
24
Chapter 24 [Mimpi Buruk]
25
Chapter 25 [Dokter Pribadi Lia]
26
Chapter 26 [Lelaki Misterius]
27
Chapter 27 [Kebakaran Hebat]
28
Chapter 28 [Mimpi Buruk]
29
Chapter 29 [Surat Dokter Pribadi Lia]
30
Chapter 30 [Syal Rajutan dan Surat Masa Depan]
31
Chapter 31 [Makam Nenek]
32
Chapter 32 [Warna Pekat di Kertas Putih]
33
Chapter 33 [Rencana Petra]
34
Chapter 34 [Permulaan Rencana]
35
Chapter 35 [Surat Terakhir]
36
Chapter 36 [Elmo]
37
Chapter 37 [Kebenaran Perjodohan]
38
Chapter 38 [Pembagian Formulir]
39
Chapter 39 [Rencana Esok Hari]
40
Chapter 40 [Penjelasan Pembenaran Jantung Lia]
41
Chapter 41 [Tragedi di Atas Bukit]
42
Chapter 42 [Titik Terakhir Perjuangan Petra]
43
Chapter 43 [Pengeksekusian Petra]
44
Chapter 44 [Semenjak Transplantasi Jantung]
45
Chapter 45 [Juan, Ryu, Hyuna dan Qeira]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!