Setelah meeting dengan manajer Arko Restoran sepagi ini guna membahas kerjasama restoran yang di ajukan sebuah perusahaan untuk menyuplai makanan setiap hari jumat. Arjuno pun langsung keluar Dari ruangannya. Pagi ini Nampak cerah, mumpung libur ia ingin bersantai ria sebentar di taman yang ada di depan restoran miliknya.
Belum sampai langkah kakinya sampai pada pintu keluar, netranya mendapati gadis yang beberapa hari lalu bermalam di rumahnya. Tanpa ia sadari wajahnya langsung berseri dan senyum terangkat dari sudut bibirnya ketika melihat gadis yang tanpa ia sadari mengusik pikirannya ketika ia tengah terjaga dalam sepi.
"Dek kemala"
Zantisya yang tengah menunduk wajahnya fokus pada makanannya pun langsung mengangkat wajahnya. Menatap sang pemilik suara yang memanggilnya. Suara yang sudah tak asing lagi di pendengarannya dan wangi tubuh yang menguar darinya pun sudah sangat ia kenali meski ia menutup matanya. Mungkin.
Zantisya tersenyum melihat arjuno berdiri di hadapannya. "Mas Arjun"
"Dengan siapa kesini?" tanya Arjuno penasaran.
"Sendirian mas" tentu saja Zantisya memilih berbohong karena ia tak ingin merusak suasana yang tanpa sadar selalu menyamankan dirinya saat bersama duda di depannya ini. "Maafkan aku ya Allah" batinnya.
"Boleh aku duduk disini?" biar bagaimana pun Arjuno harus meminta izin dulu pada gadis di depannya karena takut jika saja ia mengganggu waktunya.
"Tentu saja mas"
Setelah mendapatkan izin, Arjuno langsung menarik kursi dan duduk di hadapan Zantisya. "Kenapa kita selalu ketemu dengan nggak sengaja kaya gini sih ya?"
"Aku juga heran mas"
"Apa ini sebuah pertanda"
Zantisya mengerutkan keningnya heran. "Pertanda apa mas?"
"Pertanda nasib kamu selalu bertemu duda ganteng seperti ku" Arjuno bercanda dengan sedikit berbisik. Emang suka narsis lelaki ini kalau bertemu dengan orang yang sudah dekat dengannya.
Jelas Zantisya tertawa. Meski ia tahu itu kenyataan namun ia cukup heran dengan sikap narsis dadakan Arjuno. "Sumpah mas narsis banget" Zantisya tetap tertawa sampai ia menyadari saat Bima dan Evita menatap ke arahnya. Ia melihat raut wajah yang sulit di artikan dari seorang Bima Sanjaya. Suaminya.
.
.
.
"Nggak ada yang marah kan kamu jalan sama aku dek?" tanya Arjuno. Setelah Zantisya menghabiskan pesanannya, dengan senang hati Zantisya menerima tawaran Arjuno mengajaknya jalan-jalan.
"Memangnya siapa yang harus marah mas?" meski ia tak memberikan jawaban secara jelas atas pertanyaan Arjuno tapi sepertinya lelaki yang tengah mengemudikan mobilnya itu mengerti dengan jawabannya.
Lagi pula mana mungkin Bima marah dengan siapa Zantisya saat ini. Lelaki itu yang berstatus suaminya selalu saja meninggalkannya di sembarang tempat dengan sejumlah uang yang sengaja ia transfer ke rekening milik Zantisya.
Mereka memasuki taman selecta setelah membeli tiket di bagian depan. Pengunjung nampak sudah ramai menikmati keindahan yang ada di sana. Bunga-bunga nampak indah bermekaran, segala jenis bunga ada disana. Begitu juga terdapat wahana permainan yang dapat di nikmati.
"Mau foto disana?" tawar Arjuno saat melihat rumput yang di bentuk dengan tulisan selecta. Zantisya tersenyum lalu mengangguk. "Cepat kesana"
Zantisya langsung memposisikan dirinya, lalu Arjuno sedikit menjauh agar ia dapat memotret dengan menggunakan ponselnya yang terdapat logo buah apel itu. Setelah mendapat beberapa potret mereka berkeliling melihat seluruh keindahan tanaman disana.
Sejenak mereka duduk di kursi kosong yang terdapat disana. Arjuno mengambil air mineral dari dalam plastik. Mereka tadi sebelum memasuki tempat wisata itu sempat membeli dua botol air mineral dan beberapa makanan ringan.
"Mau minum dek?" tawar Arjuno. Saat melihat Zantisya mengangguk, Arjuno pun langsung membuka tutup botol untuk Zantisya lalu ia langsung memberikan pada Zantisya.
"Terimakasih mas" Zantisya mengambil botol air yang sudah di buka tutup kemasannya, untuknya. Zantisya melihat Arjuno yang tengah menenggak air minum juga dari botol miliknya. Zantisya melihat jakun lelaki itu yang bergerak naik turun. Tak lama ia langsung mengalihkan pandangannya ke depan.
"Ini pertama kali buat aku jalan-jalan ke tempat wisata mas. Terimakasih ya" Zantisya tersenyum menatap Arjuno sejenak.
"Sama-sama. Aku jadi seneng kalau kamu seneng. Mau ngemil dulu?"
"Nggak mas. Kita jalan lagi yuk"
Mereka melanjutkan perjalanan berkeliling melihat segala jenis bunga disana. "Mau foto disana mas" ucap Zantisya menunjuk bunga tulip warna merah.
Arjuno melihat bunga yang di tunjuk Zantisya. "Cepat mendekat kesana biar aku foto in" arjuno bingung dengan sikap Zantisya yang diam dan nampak ragu ingin mengucapkan sesuatu. "Kenapa diam saja dek?"
"Ehm… mas boleh nggak kita foto berdua" pinta Zantisya lirih.
Awalnya Arjuno mengajak Zantisya berselfi namun hasilnya kurang memuaskan. Akhirnya ia meminta tolong pegawai yang kebetulan lewat untuk memotret keduanya.
"Dari semua jenis bunga kenapa adek ngajak foto bareng di bunga tulip merah?"
"Aku hanya tertarik saja dengan bunga tadi mas" sambil melangkah menuju keluar tempat wisata setelah menjelajahi seluruh keindahan disana.
"Tahu nggak dek arti dari lambang bunga tulip merah?" tanya Arjuno. Zantisya tentu saja menggelengkan kepalanya karena memang ia hanya tertarik saja dengan keindahan bunga tersebut.
"Bunga tulip merah melambangkan rasa cinta yang dalam dan kasih sayang yang sempurna. Entah benar atau nggak katanya dulu ada seorang pangeran yang jatuh cinta dengan seorang gadis, namun gadis yang sangat di cintai pangeran itu meninggal dunia membuat pangeran itu sedih dan putus asa. Akhirnya pangeran memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri karena ingin menyusul sang gadis. Pangeran menjatuhkan dirinya dari tebing hingga tetesan darah pangeran mengenai bunga tulip merah. Itulah kisah yang menjadikan bunga tulip merah menjadi lambang makna cinta abadi yang tak kenal pamrih" tutur Arjuno.
"Mas Arjun sepertinya sangat tahu makna dari bunga"
"Sedikit dek" Arjuno tersenyum menatap Zantisya sejenak. "Aku harap suatu saat nanti kita bisa bertemu dengan pasangan sejati kita"
"Tapi mas Arjun nggak boleh mengikuti jejak pangeran. Bunuh diri itu dosa mas"
Arjuno terkekeh mendengar ucapan Zantisya. "Dalam setiap cerita ada positif dan negatifnya. Kita harus bisa menyaring demi kebaikan diri kita dek. Ya kali duda ganteng seperti ku bunuh diri, kan kasian deretan perempuan yang menunggu ku" Zantisya terkekeh dengan ekspresinya ucapan Arjuno.
Mobil Arjuno memasuki parkiran warung makan. Mereka segera turun dari mobil guna mengisi perut mereka yang keroncongan. "Kamu mau makan apa dek?"
Zantisya nampak melihat menu yang ada di sana. "Rawon aja mas, sama es jeruk" ucapnya tanpa rasa malu seolah mereka sudah sangat akrab.
"Bu rawonnya dua sama es jeruknya dua" pesan Arjuno.
Tak lama kemudian pesanan mereka sudah berada di depan mereka. Kuah warna hitam dengan daging sapi dan nasi, jangan lupakan irisan kol, toge, daun seledri dan bawang goreng sebagai pelengkap. Tak butuh waktu lama mereka segera menikmati makanan mereka.
Sunyi, tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Mereka hanya fokus pada makanan masing-masing. Dengan cepat makanan mereka pun terlihat habis, ternyata setelah mengelilingi tempat wisata tadi membuat perut mereka benar-benar keroncongan, energi seolah terkuras habis.
Bersambung...
Jangan lupa untuk tinggalkan jejak ya sayang kesayangan ❤️ kasih like dan komennya 🥰
Semangat pagi dan selamat beraktifitas 💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Etta Etta
lanjut
2022-04-08
2
Dini Junghuni
hmmmmm ht2 tisya
ehehehehehe
2022-01-24
1
Mamahnya Nazriel
benih " cinta mulai bersemi 🥰🥰🥰
2022-01-18
1