Hampir satu jam lebih arjuno mengendarai mobil mengikuti aplikasi penunjuk jalan. Ia dengan senang hati menuruti Zantisya yang ingin makan disana.
"Yakin dek mau makan disini?" tanya Arjuno setelah memarkirkan mobil di pasar malam.
Zantisya mengangguk. "Mas nggak keberatan kan?" tanyanya tak enak hati.
"Ya nggak apa-apalah" Arjuno terkekeh dan terus mengikuti langkah kaki Zantisya.
"Dulu Tisya awal ke sini sama bapak cuma iseng aja keliling pasar tanpa membeli apapun" Zantisya menatap Arjuno sejenak. "Terus beberapa bulannya lagi bapak ngajak Tisya makan pecel lele disini" ucapan Zantisya berhenti karena mereka sudah berdiri tepat di depan pedagang pecel lele.
"Pak pecel lelenya satu, pake sambel bawang ya pak yang pedes" pesan Zantisya. "Mas mau apa?" tanyanya saat melihat Arjuno sedang melihat menu yang tertempel di kaca gerobak pecel lele.
"Ayam aja pake sambel mentah. Jangan terlalu pedes" pesan Arjuno.
"Pak sama pecel ayamnya satu, sambel mentah pedesnya sedang ya pak. Mas mau minum apa?" tanya Zantisya yang melihat Arjuno sedang melihat layar ponselnya.
"Jeruk hangat" jawab Arjuno tanpa menoleh kearah Zantisya.
"Minumnya jeruk hangat dua ya pak"
"Siap mbak, di tunggu ya"
Zantisya mengangguk. "Mas aku duduk duluan disana" ucap Zantisya memberitahu Arjuno.
Arjuno langsung mematikan layar ponselnya lalu memasukkan ke dalam saku celananya. "Ayo"
Sekitar sepuluh menit menunggu, pesanan mereka pun terhidang di hadapan mereka. Dua gelas jeruk hangat dan seporsi pecel lele dan pecel ayam jangan lupa irisan timun, kemangi, daun selada sebagai pelengkapnya. Dan dua mangkuk berisi air untuk cuci tangan. Mereka pun langsung menikmati hidangan masing masing.
"Enak kan mas?"
Arjuno mengangguk. "Enak"
"Mau coba punya ku?" tawar Zantisya dengan menyodorkan tangannya yang sudah terjumput nasi, ikan dan sambel.
Arjuno terkejut mendapatkan tawaran dari gadis di depannya itu. Membuat mereka saling bertatapan untuk beberapa detik. Zantisya sendiri pun tanpa sadar melakukan hal itu.
"Maaf" ucap Zantisya sambil menjauhkan tangannya yang sudah ada di hadapan Arjuno yang sudah siap untuk di lahap.
Tangan kiri Arjuno dengan cepat menggenggam pergelangan tangan kanan Zantisya lalu Arjuno mendekatkan lagi makanan yang sudah terjumput di tangan Zantisya. Mereka saling bertatapan satu sama lainnya, mengusik perasaan masing-masing. Arjuno langsung melahap makanan yang ada di pulukan Zantisya membuat detak jantung keduanya berpacu dengan sangat cepat.
Dengan perlahan Arjuno melepas genggaman tangannya dan Zantisya pun langsung menarik tangannya menjauh. Ini adalah pertama kali baginya menyuapi makanan dengan seorang lelaki selain bapaknya. Mereka pun mencoba menetralkan kembali suasana yang ah entahlah. Membuat keduanya memilih saling diam dan melanjutkan makanan.
"Ehm… kamu nggak pengen cicipi punya aku dek" tawar Arjuno mencoba mengakrabkan lagi suasana yang sudah mulai berjarak karena kejadian tadi.
Zantisya menatap Arjuno lalu menggeleng dan jangan lupa senyum yang selalu ia berikan pada Arjuno. "Aku nggak suka sambel mentah mas" Arjuno mengangguk. "Mas suka sambel mentah?"Arjuno hanya mengangguk dan tersenyum saja karena mulutnya masih bekerja untuk terus mengunyah. "Bapak Tisya juga suka sambel mentah" lirihnya lalu menunduk dan menikmati kembali pecel lele.
.
.
.
Kecanggungan sejak tadi membuat mereka terus saja saling diam. Arjuno terus fokus melihat ke depan karena kini mereka tengah dalam perjalanan pulang. Sedangkan Zantisya memilih melihat keluar jendela.
Sekitar pukul 11.00 malam mobil Arjuno baru berhenti di depan gang dimana dia dulu pernah mengantar Zantisya pulang.
"Dek… dek… dek kemala" Arjuno terus menepuk lengan Zantisya yang entah sejak kapan ia tertidur. Karena Zantisya tidak juga bangun akhirnya Arjuno keluar dari mobil lalu mengitari ke depan mobil dan membuka pintu mobil untuk Zantisya. "Dek… kemala. Nyenyak banget dia tidur" Arjuno membungkuk memasukkan sebagian tubuhnya untuk membuka safety belt Zantisya membuat wajah mereka saling berdekatan dan di saat itulah Zantisya terbangun karena merasa wajahnya tertiup hembusan nafas.
Zantisya membuka matanya dan langsung melebar kedua netranya karena wajah Arjuno yang berjarak satu jengkal dari wajahnya. Untuk beberapa detik mereka beradu tatapan lagi, dan dengan bersamaan Zantisya membuang wajah kearah lain dan Arjuno langsung berdiri tegak.
"Udah sampai dek"
"Oh udah dari tadi ya mas?" tanya Zantisya sambil keluar dari mobil dan saat itu juga Arjuno mundur.
"Barusan, adek dari tadi aku bangunin nggak bangun-bangun" Arjuno terkekeh. "Ngantuk banget ya?"
"Lumayan. Ehm… mas Arjun, terimakasih udah traktir aku dan antar aku pulang"
"Sama-sama" Arjuno tersenyum. "Sudah malem banget, aku pulang sekarang" pamit Arjuno.
"Hati-hati mas"
"Iya"
.
.
.
Setelah membersihkan diri, Zantisya langsung merebahkan dirinya di atas ranjang. "Akhirnya aku bisa tidur di atas kasur." gumamnya sambil mengingat selama dirumah mertuanya ia tidur di atas sofa. Ia pun tak menyangka malam ini bisa tidur dirumah yang sangat ia rindukan. Bertemu dengan Arjuno sungguh di luar dugaan membuat kenangan malam yang mungkin saja tidak akan keduanya lupakan.
Zantisya menghela nafas berat mengingat lagi ketika kecanggungan menguasai dirinya dan juga Arjuno. Ia bingung dengan perasaannya yang tidak dapat ia mengerti kini. Hanya mengingatnya saja membuat jantungnya seolah ingin lari lebih kencang.
"Ya Allah tolong maafkan aku" lirihnya. Sepenuhnya kini ia menyadari jika ia melakukan hal yang tidak boleh ia lakukan. Pergi hingga larut malam bersama dengan lelaki. Apalagi kini statusnya bukan lagi seorang gadis, ia sudah menjadi istri orang.
.
.
.
Esok harinya Zantisya dan Bima sudah pulang ke rumah. Tadi ia di telpon Bima untuk menghampirinya di hotel dimana ia menginap. Zantisya kira Bima menginap seorang diri namun ternyata ia salah. Bima keluar hotel menghampirinya masih bersama dengan perempuan yang bernama Evita.
Bima dan Zantisya melangkah memasuki rumah dengan bergandengan tangan. Sepertinya mereka cocok sekali menjadi aktor dan aktris Indonesia dalam bersandiwara.
"Akhirnya kalian pulang juga" ucap Laras yang merasa kesepian sejak semalaman.
"Ma kami punya kabar bahagia" ucap Bima.
Laras menatap kedua anaknya. "Kabar apa sayang?"
"Tisya hamil" ucap Bima. Tangannya dengan spontan mengusap perut Zantisya yang masih rata dengan tanpa sadar membuat tubuh Zantisya menegang. Namun sebisa mungkin ia tidak terlihat terkejut dengan sentuhan yang Bima lakukan.
Laras menatap curiga namun itu hanya sebentar karena rasa aneh yang sekelebet menggelayuti hatinya sirna karena rasa bahagia akan memiliki cucu.
"Alhamdulillah" ucap syukurnya lalu mencium pipi kedua anaknya itu.
"Ini taspacknya ma" ucap Bima. Testpack baru karena testpack yang di bawa Zantisya garis duanya sudah memudar.
Dengan binar bahagia Laras menatap testpack itu. Membuat zantisya sedikit merasa bersalah. Namun ia juga mencoba menenangkan diri dan bersiap diri untuk melakukan drama selanjutnya.
"Kalau begitu kita periksakan kehamilan mu hari ini Tisya"
"Biarkan Tisya periksa dengan aku saja ma"
"Mama ikut ya"
"Lain kali saja ya ma" tolak Bima secara halus. Dengan rasa kecewa Laras mengiyakan permintaan anaknya itu.
Bersambung...
Pasangan suami istri model apa ini... Suaminya main sama pacar dan istrinya jalan bareng duda😂
Mohon untuk meninggalkan jejak ya 😊 kasih like dan komennya 💋 jangan lupa klik favorit ❤️
Semangat pagi dan selamat beraktifitas 💪
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Tiwik Firdaus
semoga kebohongan dan bima malahan terbongkar dan zentisya bercerai saja,dan menikah saja dengan uno
2022-04-08
2
Alkahf Muhammad
wah siap2 beli perut palsu
2022-02-16
1
arum123
huh dasar laki2
2022-02-02
1