Beberapa bulan kemudian Uno yang sedang berada di luar kota karena tengah meresmikan cabang restoran terbarunya harus mendadak menuju rumah sakit dimana istrinya berada. Ibu mertuanya memberikan kabar kalau Vina mengalami kecelakaan. Dengan perasaan yang sudah campur aduk, Uno memilih menyewa jasa sopir untuk mengendarai mobilnya.
Nggak lucu kalau dia kecelakaan juga yang berniat menuju ke istrinya yang telah mengalami kecelakaan lebih dulu. Tubuhnya bergetar, jantungnya semakin cepat berdetak karena perasaan yang tidak-tidak menghinggapi kepalanya.
Setelah beberapa jam perjalanan akhirnya mobil Uno sampai diparkiran rumah sakit. Setelah mentransfer sejumlah uang pada jasa sopir ia langsung segera lari memasuki rumah sakit. setelah mendapat ruang rawat Vina, Uno langsung berlari menyusuri koridor rumah sakit. hingga akhirnya ia sampai di depan pintu. Uno mengatur nafasnya yang tersengal dan menguatkan kakinya untuk melangkah masuk karena bergetar dan sekarang semakin terasa lemas.
Ceklek…
Uno membuka pintu, ia pun langsung melihat ibu mertuanya yang tengah duduk di dekat brangkar rumah sakit yang kini juga berbalik menatapnya.
"Uno" panggilnya lirih. Ia berdiri dan Uno pun melangkah mendekat lalu mencium punggung tangan ibu mertuanya. "Akhirnya kamu datang juga nak. Sejak tadi Vina terus merintih manggil kamu” tambahnya.
Ibu mertuanya memilih keluar dari ruangan itu memberikan kenyamanan untuk anak dan mantunya.
“Vin…” lirih Uno yang langsung duduk di kursi dan menggenggam tangan sang istri. Air matanya sudah tidak mampu ia bendung lagi melihat banyaknya luka yang ada di wajah, tangan dan kaki istrinya. Ini baru luka yang bisa ia lihat entah ada lagi luka lain atau tidak. "Vin…” lirihnya lagi.
Vina yang sayup sayup mendengar suara Uno pun perlahan mulai membuka matanya. Ia menoleh perlahan ke samping dimana suaminya berada. “Kak. Akhirnya kamu datang juga” lirihnya.
"Maaf, kalau aku bisa mempercepat perjalan pasti aku lakukan”
"Aku yang harusnya minta maaf kak. Maafin aku kak” lirihnya yang mulai nampak menangis.
"Kamu nggak salah apa-apa jadi kenapa harus minta maaf Vin. Udah yang penting sekarang kamu istirahat biar kamu cepet sembuh”
"Aku harus ngomong ini kak. Waktu ku sudah nggak banyak lagi”
"Udah Vin, aku…”
"Kak tolong dengar aku” pinta Vina lirih penuh permohonan. "Terimakasih kakak sudah menerima aku apa adanya. Kakak adalah lelaki terbaik yang pernah aku kenal. Aku sadar aku salah melukai kakak sejauh ini” lirihnya. Ia nampak menarik nafas mengatur suaranya yang bergetar. Uno sendiri memilih diam karena melihat Vina yang ingin menjelaskan sesuatu.
"Selama ini aku terlalu mencintai Adit. Orang yang segalanya, menjadi yang pertama bagi ku saat kami sekolah di SMA. Aku tahu aku jahat karena aku menerima pernikahan kita setelah aku tahu Adit telah bahagia dengan keluarganya sendiri. tapi meski begitu aku tetap mencintainya”.
"Udah Vin. Aku nggak perlu tahu kisah masa lalu mu yang penting sekarang adalah kita” sejujurnya Uno tidak sanggup mendengar penjelasan sang istri.
"Kakak harus dengar aku. Jangan potong ucapan ku” pinta Vina dan langsung di anggukkan Uno. "Maaf beberapa bulan terakhir ini aku nggak memberi hak ke kakak. Karena aku telah menjalin hubungan kembali dengan Adit”
Deg
Jantung Uno berdetak kencang. Ia sudah tidak sanggup mendengar semuanya. "Udah Vin, aku nggak mau deng…”
"Aku hamil anak Adit kak” lirih Vina. Sedetik itu juga Uno melepaskan genggaman tangannya pada tangan Vina. "Sungguh maaf kan aku kak, namun aku pun nggak bisa menyesali perbuatan buruk ku karena jujur rasa itu benar-benar masih ada”
Uno berdiri rasanya ia sudah tidak mampu lagi mendengar ucapan apa lagi yang akan di sampaikan Vina. Ia membalik tubuhnya ingin menenangkan hatinya. Rasa khawatir dan takut kehilangan kini bertambah dengan rasa kecewa. Mungkin Uno akan memaafkan perselingkuhan istrinya dengan cinta pertamanya, tapi kini istrinya tengah hamil. Jelas saja Uno kecewa dan marah.
Vina menggenggam erat jari kelingking Uno menghentikan langkah suaminya namun Uno tidak mau menatap istrinya lagi. "Kak ikhlaskan aku dan tolong maafkan aku kak” lirih Vina. Ucapannya sudah terbata dan nafasnya sudah semakin berat.
Uno menarik kasar tangannya dan melangkah keluar dari ruang rawat Vina. Diluar ia bertemu dengan ibu mertuanya.
"Nak… tolong maafkan anak ibu” pinta mertuanya.
"Ibu sudah tahu semuanya?” tanya Uno penasaran.
"Sejak awal ibu tahu namun ibu baru tahu kalau Vina sampai ham…” ucapannya terhenti.
"Sudah bu… kepala ku rasanya mau pecah” tutur Uno lirih ia langsung duduk disebuah kursi. Ia sendiri nggak habis pikir kenapa ibu mertuanya pun ikut andil dalam hubungan Vina dan Adit yang sudah jelas salah.
Uno tidak mempermasalahkan jika dulu Vina menyerahkan diri secara suka rela pada Adit atas dasar cinta. Ia sepenuhnya menerima Vina apa adanya. Bagi Uno yang terpenting komitmen keduanya masalah cinta itu biarkan mengalir dengan sendirinya. Namun kini ternyata istrinya itu bermain dibelakangnya hingga malaikat kecil itu hadir di rahim istrinya dimana ia yang sejak dulu mengharapkan itu. Ini salah, tidak ada pembenaran perselingkuhan atas dasar cinta. Masa lalu memang sangat mengerikan apalagi itu ada hubungan cinta yang belum usai.
"Maaf apa anda yang bernama Uno, suami Vina?” tanya seorang perempuan.
Uno mengangkat wajahnya menatap perempuan yang bertanya. Perempuan yang terlihat perutnya membuncit. Sudah dapat dipastikan jika ia tengah hamil. "Iya saya sendiri”
"Saya Rani istri mas Adit” lirihnya memperkenalkan diri.
Deg
Jantung uno detaknya sudah tidak karuan kala mendengar nama Adit. "Ada apa?” tanya Uno dingin.
"Mas Adit ingin bertemu dengan anda”ucap Rani.
"Untuk apa? Saya nggak ada urusan apapun dengan suami anda. Untuk apa say repot-repot menemuinya” kesal Uno. Jika memang ingin bertemu kenapa bukan adit sendiri yang datang menemuinya. Dasar tidak tahu malu.
"Mas Adit juga sedang di rawat disini” lirihnya.
.
.
.
Kini Uno memahami apa yang terjadi setelah memasuki ruang rawat Adit. Dimana lelaki itu terbaring lemah tak kalah mengenaskan dari istrinya Vina. Ternyata pasangan gelap itu kecelakaan saat sedang selingkuh. Mengenaskan.
"Mas Adit, suami Vina sudah ada disini” bisik Rani memberi tahu suaminya.
Perlahan Adit Nampak mengerjapkan matanya dan dengan perlahan menoleh kearah Uno yang tengah berdiri tak jauh dari brangkarnya.
"Uno maafkan aku karena telah merusak rumah tangga mu” lirih Adit memohon. Uno sendiri hanya menatap Adit dengan pandangan dingin, hatinya terasa beku saat ini.
"Aku tahu salah namun aku pun tidak mampu mengubah keadaan karena semua sudah terlanjur terjadi” lirihnya dengan nafas yang cukup berat. "Aku titip anak anak dan istri ku. Kami sudah yatim piatu tolong jaga anak-anak dan istri ku” pinta Adit. "Dan tolong juga kelola perusahaan yang sudah ku bangun hanya itu yang aku miliki untuk anak dan istri ku. Tolong bantu aku” mohonnya.
Kalau saja kata-kata kasar bisa Uno ucapkan akan ia teriakkan di depan wajah Adit. Namun ternyata itu ucapan terakhirnya yang bisa lelaki itu sampaikan sebelum akhirnya Tuhan mengambil nyawanya.
Sungguh tragis. Hanya kata itu yang terlintas di pikiran Uno.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Noh KARMA itu nyata..saling selingkuh dr pasangan masing2 akhirnya?!!!terima hukuman masing2,itu belum seberapa dgn kalian terima..🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-02-26
1
Qaisaa Nazarudin
Waahh berarti kamu kecelakaan ini nisa disebut KARMA karna kamu selingkuh dr suami🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-02-26
0
Mama Dillan
nasib uno bikin aku ketawa ngakak😜
2022-11-23
0