Akhirnya Bram memutuskan mengangkat telpon Rachel.
"Ya?"
"Bram, kamu masih kerja? aku ganggu nggak? " tanya Rachel.
"Ya,"
"Uhmm... ya udah nanti aku hubungin kamu lagi, btw tadi malam kamu nggak bisa tidur ya?" tanya Rachel.
"Menurut kamu?"
"Aku kan hanya memastikan, maaf ya kalau aku... "
"Udah ya aku sibuk,"
Tut...
Bram mematikan sambungan telpon secara sepihak. Rachel semakin merasa tak enak hati karena merepotkan Bram.
Setelah makan siang mereka bercerita sambil menonton siaran televisi. Hingga kantuk menguasai Noey. Mereka memutuskan untuk tidur. Begitu sampai di kamar Noey langsung tertidur, sementara itu Rachel hanya berguling ke sana kemari tak bisa memejamkan mata.
Rachel memutuskan untuk kembali ke ruang kerjanya berharap ia akan lelah dan bisa tidur sejenak. Rachel menapaki satu demi satu anak tangga dan membuka pintu kamar. Aroma parfum yang dikenalinya menyergap hidungnya yang mungil. Rachel mengendus-endus ke semua sudut ruangan tapi tak ada seseorang yang sembunyi.
Rachel mengabaikannya dan berjalan menuju meja kerjanya dan mulai membuat sketsa. Benar saja tak lama kemudian ia mulai mengantuk. Ia menutup buku sketanya dan meraih sebuah novel dan boneka besar lalu membawanya ke balkon. Ia membaca di sana sampai tertidur. Novel itu jatuh tak jauh darinya.
Rachel bermimpi seseorang datang mendekatinya. Wajahnya terlihat sama-sama, ia tak mengenalinya sedikitpun. Rachel ingin membuka matanya tapi terasa berat seolah ada sebongkah baru besar menahannya. Ia mengangkat tangannya mencoba meraih tapi tangannya terasa kaku.
"Bram?" suara Rachel tercekat. Tapi seseorang itu terlihat mundur menjauh darinya. Rachel menggapai-gapai ingin meraihnya tapi orang tersebut mundur dan menghilang.
Rachel kaget dan langsung duduk dengan na apa terengah seolah habis berlari. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan tak ada siapapun. Tapi lagi-lagi aroma parfum itu tercium samar.
"Kak?"
"Eeeh!" Rachel kaget ternyata Noey ada di sana.
"Kakak kenapa?" tanyanya.
"Nggak apa-apa. Oh ya apa kamu nyium wangi parfum?" tanya Rachel. Noey menggeleng.
"Nggak ada kak,"
"Yakin? Parfumnya wangi banget," kata Rachel lalu ia mengendus udara sekitar dan mencari-cari.
"Aku nggak nyium apa-apa," kata Noey.
"Tapi selalu ada wangi parfum yang sama. Apa seseorang masuk ke rumah ini tapi kita nggak tahu?" tanya Rachel.
"Mungkin, ayo kita cari!" kata Noey. Mereka segera memeriksa semua ruangan bahkan sampai ruangan bawah dan juga halaman. Tapi nihil.
"Kak, jangan-jangan itu parfum kak Bram mungkin," kata Noey saat mereka duduk di dapur setelah lelah mencari.
"Nggak mungkin! Parfumnya beda. Dan wangi parfum itu selalu ada di kamar atas. Nggak pernah kecium di bawah sini," kata Rachel menyadari bahwa aroma parfum itu tak pernah tercium di lantai dasar.
"Ya udah nanti kita minta bantu kak Bram buat nyari," kata Noey.
Hari sudah sore, Rachel memutuskan untuk mandi. Setelah mandi ia duduk bersama Noey di teras sambil menunggu Bram pulang. Noey menelpon Bram untuk datang ke rumah Rachel.
Pukul 17.00 mobil Bram masuk dan parkir di halaman rumah. Ia segera masuk ke rumah dan membanting tubuhnya di sofa terlihat sangat lelah.
"Capek ya?" tanya Rachel.
"Menurut kamu?" tanyanya.
Rachel diam tak menanggapi pertanyaan Bram. Rachel dan Noey saling sikut untuk bertanya.
"Kalian kenapa?" tanya Bram
"Uhm... aku selalu mencium parfum wangi tapi aku nggak tau itu punya siapa," kata Rachel.
"Gimana wanginya?" tanya Bram tertarik.
"Gimana jelasinnya ya, wangi banget pokoknya. Dan selalu tercium di lantai atas," Rachel menjelaskan.
"Kamu nyembunyiin cowok?" tuduhnya pada Noey.
"Enak aja!" bantah gadis itu. Tatapannya beralih ke Rachel.
"Kalo aku nyembunyiin ngapain ngasih tau kamu!" kata Rachel.
"Aku bilangin ke ibu kamu," ancamnya.
"Bodo amat!" tukas Rachel.
"Hmmh gitu? udah buat aku begadang, kerja semaleman bersihin muntahan kamu, gendong kamu pulang, sekarang gitu?" kata Bram sambil memicingkan mata.
"Eeeh ya nggak gitu juga, maaf ya udah ngerepotin kamu," kata Rachel.
"Hmmmh, aku masih capek banget dan nggak tidur semalaman. Kamu siapin air hangat buat aku mandi!" perintahnya.
"Enak aja!" protes Rachel.
"Oke... aku... "
"Eeh iya iya, tapi nanti bantu liat-liat di sekitar ya. Siapa tahu wangi itu muncul lagi. Aku jadi serem," kata Rachel.
"Iya bawel! Air hangat! Cepat!" perintah Bram. Rachel langsung berlari meninggalkan adik kakak itu untuk menyiapkan air hangat.
Sementara Rachel memanaskan air, Noey dan Bram memeriksa sekeliling rumah bahkan sampai ke halaman dan luar pagar. Tapi nihil. Tidak ada tanda-tanda jejak kaki orang atau sesuatu yang berpindah dari tempatnya. Apa Rachel berhalusinasi?
"Nggak ada ngeliat sesuatu yang mencurigakan," lapor Bram.
"Serius? tapi aku sering nyium aroma itu," kata Rachel.
"Kamu pernah nyium wangi parfumnya?" tanya Bram pada Noey. Noey menggeleng.
"Fiks, kamu ngelindur, mimpi atau halu berlebihan," kata Bram.
"Nggak mungkin!" kata Rachel.
"Kamu kan selalu bikin apa tuh? Komik? bisa aja kan kamu sebenarnya lagi bikin gambar terus menghalu punya pacar kayak di tokoh buatanmu,"
"Nggak! Ini beneran Bram!" kata Rachel mengikuti Bram ke belakang meraih handuk mandi.
"Kamu mau aku kasih saran?" tanya Bram serius memegang bahunya. Rachel mengangguk semangat.
"Mau... mau..."
"Kamu... sebaiknya... punya pacar. Jomblo akut nggak ada obatnya!" kata Bram serius lalu meninggalkan Rachel. Ia masuk ke kamar mandi.
"Enak aja! Bram! aku nggak ngehalu. Lagian bukan cuma aku yang jomblo! kamu juga jomblo parah! Hei...!" Rachel menggedor pintu kamar mandi tapi Bram cuek mandi dan bersenandung dengan keras seolah tak mendengar perkataan Rachel.
"Kakak kamu tuh!" kata Rachel pada Noey saat dilihatnya Noey berdiri di pintu menatap Rachel sambil terkikik geli.
"Hahahaha... lucu! kak kenapa sih kalian nggak jadian aja, kan sama-sama jomblo!" kata Noey.
"Ogah!" jawab Rachel.
"Kamu mau dipecat jadi adik?" ancam Bram dari dalam kamar mandi.
Noey tertawa puas menggoda Rachel yang kini tatapannya seperti pembunuh.
"Sekedar saran kak," kata Noey mengacungkan dua jari tanda damai. Ia lalu pergi ke ruang tengah membawa segelas sirup. Rachel melanjutkan mengupas buah mangga yang di bawakan oleh Bram sepulang kerja.
Saat ia mengupas kulit mangga, parfum itu tercium lagi. Rachel berdiri bergeming menunggu takut aroma itu menghilang. Perlahan ia menggedor pintu kamar mandi.
"Bram! keluar! wangi itu tercium lagi! " bisik Rachel di depan pintu kamar mandi. Bram segera membalut pinggangnya dengan handuk lalu kepalanya keluar kamar mandi dengan rambut dipenuhi busa sabun.
"Serius?" tanyanya.
"Iya barusan. Dan baru kali ini aroma itu tercium di sekitar dapur," bisik Rachel.
Bram keluar dengan memakai handuk dan busa yang memenuhi kepalanya. Berjalan mengendap-endap menuju pintu keluar di dapur. Diikuti oleh Rachel.
Mereka keluar dan tak menemukan apapun. Mereka masih mengendap-endap lalu tiba-tiba Bram berdiri diam. Rachel menabraknya.
"Ada apa?" bisik Rachel.
Hai Hai Hai senang rasanya bisa menulis lagi. Yang sudah mampir baca terimakasih sudah mampir di novel kedua ini. Temanya horor romantis. Jangan pernah bosan baca ceritaku yah. Peluk sayang dari author
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments