03

Pagi sekali Bram sudah bangun ia harus berangkat kerja. Ia melihat kertas-kertas kerjanya sudah tersusun rapi. Aroma masakan memenuhi indera penciumannya membuat perutnya berbunyi nyaring.

"Pagi!" sapa Rachel pada Bram yang berjalan ke kamar mandi.

"Hmmm," Bram menggumam lalu masuk ke kamar mandi. Setelah mencuci muka ia keluar dan duduk di meja makan.

"Kamu nggak kerja?" tanya Bram.

"Hari ini aku minta libur, beberapa kerjaan nanti dikirim via email aja. Badanku sakit semua," kata Rachel.

"Hmm...aku pulang ya, titip adikku," kata Bram.

"Nggak sarapan dulu?" tanya Rachel.

"Nggak, aku buru-buru ada yang harus dipersiapkan," kata Bram. Ia bergegas merapikan semua pekerjaannya. Tak lama mobilnya sudah meluncur meninggalkan pekarangan rumah Rachel.

"Kak...?" panggil Noey di depan pintu ruang kerja Rachel di lantai atas. Rachel memutar kursinya dan melihat Noey yang baru bangun dengan rambut acak-acakan.

"Ada apa?" tanya Rachel.

"Kak Bram udah pulang?" tanyanya.

"Udah tadi pagi,"

"Pagi? sekarang? astagaaaaa!" ia berteriak setelah melirik jam di dinding yang menunjukkan pukul 10.00 pagi. Rachel tertawa melihatnya panik.

"Panik banget, kenapa kamu? ada janji?" tanya Rachel.

"Ada sih, untung aja jamnya diundur jadi sore," kata Noey sambil melihat ponselnya.

"Acara apa? kakak juga mau pergi reuni dengan Bram nanti malam,"

"Temen-temen sekolah kak, ngajakin ngumpul sebelum pada pergi kuliah keluar," kata Noey.

"Ooh gitu, jadi kamu pulang jam berapa?" tanya Rachel.

"Nggak tau kak, kayaknya aku pulang ke rumah aja gak apa kan?" tanya Noey.

"Nggak apa kok," kata Rachel. Noey mengangguk dan segera mandi. Rachel mengirim pesan untuk Bram mengingatkan acara mereka nanti malam. Bram hanya membalas dengan emoticon jempol.

***

Sore itu Rachel sudah bersiap untuk acara reuni, beberapa temannya memastikan dirinya untuk hadir. Rachel membalas pesan mereka dengan jawaban yang sama.

Tepat pukul 19.00 Bram datang menjemputnya. Pria itu memakai kemeja dan tuksedo. Wangi parfum menyebar saat ia duduk di sofa menunggu Rachel. Rambutnya tersisir rapi ke samping. Sedangkan Rachel memakai dress selutut berwarna hijau tosca dan hairpin bunga.

"Yuk!" ajak Rachel.

"Oke..." Bram terlihat agak salah tingkah.

"Kenapa? Apa aku terlihat aneh?" tanya Rachel.

"Cantik!" gumam Bram.

"Apa?" tanya Rachel.

"Ayo cepat! Nanti kita telat," kata Bram dan ia memberikan lengannya untuk digandeng Rachel.

"Iya," Rachel tersenyum manis melihat Bram. Membuat wajah Bram kembali kaku.

Mereka masuk ke mobil dengan supir keluarga Bram. Selama perjalanan Bram tak pernah melepas gandengan tangan mereka. Rachel merasa agak risih juga tapi ia biarkan saja.

"Apa semua orang membawa pasangan?" tanya Bram. Rachel tersenyum gugup.

"Ya.. sebagian eh hampir semua kayaknya," kata Rachel.

"Pantesan," kata Bram.

Mereka sampai di sebuah gedung dengan hiasan lampu dan papan ucapan selamat datang. Rachel dan Bram berjalan masuk dan tersenyum.

"Ow lihat siapa yang datang!" teriak seorang gadis cantik tinggi semampai dengan dress ketat berwarna putih. Rambutnya panjang ikal. Dia adalah Irene, gadis yang populernya sama dengan Bram. Namun Bram satu sekolah saat mereka di Sekolah Menengah Atas sedang reuni mereka dengan teman-teman Sekolah Menengah Pertama.

"Itu Rachel, bukan?" tanya yang lain. Mereka bertiga menghampiri Rachel, menyalaminya dan memeluknya. Rachel mendecih pelan.

"Wuah siapa gandengannya ini?" tanya Irene.

"Hai aku Bram," Bram mengenalkan dirinya sendiri. Rachel memandang Bram dengan kesal.

"Hai Bram, aku Irene. Ini teman-temanku Sera dan Vio. Mereka berdua melambai ke arah Bram. Bram memberikan senyum manisnya membuat ketiga orang itu tersenyum senang.

Mereka masuk ke dalam gedung yang sudah ramai. Suara musik juga memenuhi telinga. Aneka makanan dan minuman tak henti keluar. Sungguh hal yang membuat Rachel bosan dan tak nyaman. Bram menggenggam tangannya dan mengajaknya duduk yang agak jauh dari panggung.

Acara sudah dimulai beberapa orang memberikan kata sambutan termasuk Irene. Membuat Rachel memutar bola matanya saat ia melihat Irene mengedipkan matanya pada Bram dan dibalas lambaian tangan Bram.

"Lebay!" desis Rachel.

"Kamu cemburu?" tanya Bram di sampingnya.

"Nggak! Aku emang nggak suka dia,"

"Kenapa? Dia baik kok terlihat ramah," kata Bram.

"Yaaaa... terserah," kata Rachel angkat bahu dan pura-pura menikmati acaranya dan mengabaikan Bram.

Tak lama Irene bergabung bersama mereka dan mengajak Bram menari tanpa izin ke Rachel. Memang Rachel bukanlah pacarnya Bram tapi di sini mereka berpura-pura menjadi pasangan. Dan Bram dengan mudahnya mengangguk dan ikut Irene menari bergabung dengan banyak orang dibawah hentakan musik. Rachel berpikir ini bukanlah acara reuni tapi memindahkan diskotik ke gedung.

"Apa acaranya membosankan?" tanya seseorang di sampingnya. Rachel mengernyitkan keningnya dan berusaha memgingat siapa pemuda itu.

"Aku Ray, yang dulu nggak sengaja main basket kena kamu sampai kamu pingsan," katanya.

"Ooh... iya, aku ingat," kata Rachel. Ia bukan cuma pingsan karena bola tapi juga digendong oleh pemain basket ganteng andalan sekolahnya. Bahkan ia sampai mimisan berada di dekat Ray. Yang salah diartikan Ray. Ia mengira mimisan itu ulahnya padahal itu karena Rachel kelewat senang. Tapi ia melanjutkan sandiwaranya.

"Kamu cantik sekali," kata Ray.

"Terimakasih,"

"Kamu ke sini dengan siapa?" tanyanya. Rachel menunjuk Bram yang masih asyik berjoget dengan Irene menempelkan badannya ke Bram. Membuat Rachel serasa ingin muntah.

"Pacarmu?" tanya Ray. Entah mengapa Rachel tergoda untuk menggeleng, padahal dengan teman yang lainnya ia mengaku berpacaran.

"Ayo menari!" ajaknya.

"Tidak! Aku tidak bisa!" kata Rachel.

"Aku akan mengajarimu, ayolah. Kau cantik sekali, jangan hanya duduk," pinta Ray menarik tangan Rachel.

Mereka berjalan menuju bawah panggung yang dipenuhi banyak orang. Mereka mulai menari. Rachel tertawa senang melihat Ray yang terkadang bertingkah sok cool di hadapannya.

"Akhirnya kamu menikmati pestanya," teriak Ray di telinga Rachel. Rachel mengangguk sambil tertawa.

"Aku lelah," kata Rachel.

"Sebentar lagi sayang," kata Ray. Rachel merasa melayang dan memberikan waktu sebentar lagi menemani Ray yang semakin asyik menari.

Saat musik berakhir mereka kembali duduk. Sedangkan Irene dan Bram melanjutkan dansa. Musik berubah menjadi santai dan romantis. Irene mengalungkan tangannya ke leher Bram dan tangan Bram melilit pinggang Irene.

"Mereka menikmati sekali," kata Ray.

"Biarkan aja!" kata Rachel.

Ray menyerahkan segelas minuman untuk Rachel. Berwarna merah dan rasanya sedikit pahit dan perih saat melewati tenggorokannya. Tapi semakin lama rasanya semakin enak. Bahkan berkali-kali Rachel meminta tambah minumannya pada Ray yang dengan senang hati.

"Pelan-pelan aja!" kata Ray saat Rachel meneguk segelas minuman dan langsung dihabiskan. Membuat air itu mengalir keluar dari mulutnya dan terus melewati lehernya.

Ray dengan cepat mengambil tisu dan mengelap minuman merah itu dari lehernya menuju mulut Rachel. Rachel tersenyum senang dan menopangkan kepalanya ke bahu Ray.

Rachel mabuk karena ulah Ray. Ray dengan senang melihat Bram dan Irene sedang asyik bercerita. Ray segera memapah Rachel menjauhi hiruk pikuk suasana reuni.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!