02

Bram memutuskan untuk menonton siaran televisi sambil menunggu Rachel selesai menelpon hingga tanpa sadar ia mulai tertidur di sofa. Rachel keluar kamar dan mendapati Bram tertidur. Ia duduk di samping Bram dan mengalihkan siaran televisi.

"Hel...!"

"Hmmm..."

"Serius kamu mau pindah?" tanya Bram dengan mata masih terpejam.

"Serius lah. Kamu nggak liat barang-barang sudah ku kemas,"

"Kamu di sana sendiri. Hidup sendiri. Siapa yang nolongin kalau ada apa-apa?" tanya Bram membuka matanya.

"Semoga nggak ada apa-apa. Tapi aku selama ini hidup sendiri. Bukan hitungan bulan tapi bertahun. Remember?" Rachel meyakinkannya.

"Iya sih tapi tetap aja..."

"Nggak usah terlalu khawatir. Kalau ada apa-apa aku nelpon kamu," kata Rachel.

"Oke! Dan soal reuni, kenapa kamu mau hadir?"

"Hanya iseng. Aku pengen tahu acaranya," kata Rachel.

"Nggak mungkin cuma itu alasanmu,"

"Ya udah kalo nggak percaya. Jadi mau nemenin nggak? kalau nggak ya aku sendiri aja,"

"Iya, bawel" kata Bram kesal.

"Ini udah dikemas semua? Ada lagi yang belum?" tanya Bram.

"Udah semua kok. Besok tinggal diangkut,"

"Okeh, aku pulang dulu. Kalau ada apa-apa telpon aku," kata Bram.

"Oke!" balas Rachel. Bram pamit pulang dan Rachel segera mengunci pintu lalu tidur di kasurnya yang nyaman.

***

Pagi-pagi truk angkutan sudah bergerak menuju rumah Rachel yang baru. Rachel menumpang di mobil Bram. Bram memaksa ikut mengantar Rachel ke rumahnya.

"Nanti malam jangan lupa jemput aku," kata Rachel

"Iya, kamu udah ngomong hal itu udah seratus kali sejak aku datang," kata Bram.

"Biar nggak lupa,"

Mobil mereka berbelok ke sebuah rumah mungil bertingkat dengan halaman luas yang ditanami aneka bunga. Beberapa pekerja langsung bekerja menurunkan barang-barang Rachel.

"Nice!" komentar Bram saat melihat dari jendela ruangan di lantai atas. Jendelanya menghadap jalan. Di seberang jalan ada sebuah taman bermain yang dilengkapi aneka permainan anak-anak seperti ayunan dan lainnya.

"Ruang atas ini mau kujadikan tempat kerja. Bagus kan?" kata Rachel.

"Bagus, tapi rumah ini untuk sendiri terlalu besar buatmu," kata Bram.

"Kamu mau tinggal sama aku?" tanya Rachel.

"Nggak! makin jauh aku pergi kerja," kata Bram. Mereka kembali turun dan melihat barang-barang yang sudah diturunkan. Truk pengangkut barang juga sudah pergi. Rachel segera membereskan barang-barang untuk di ruang kerjanya.

Setelah itu ia turun dan melihat Bram sudah merapikan ruangan di bawah tinggal membuka kardus berisi barang-barang lainnya dan diletakkan pada tempatnya.

"Aku panggil Noey ya, bantu-bantu," kata Bram. Rachel mengangguk. Noey adalah adik perempuan Bram yang baru menamatkan Sekolah Menengah Atas. Belum bekerja dan sering main bersama Rachel. Anaknya cantik, modis, berkulit putih, berambut panjang. Bahkan ia mewarnai rambutnya sama persis dengan Rachel. Bila berjalan bersama mereka seperti seumuran.

Tak lama Noey datang dan membantu berkemas. Bram membersihkan halaman belakang yang tidak terlalu luas. Ia juga menyapu halaman depan. Ia juga memesan makanan untuk makan siang mereka.

"Lumayan lah ini, sisanya ntar aja. Istirahat dulu yuk!" ajak Rachel yang puas sebagian rumahnya sudah terisi barang dan lemari pakaiannya sudah penuh. Tinggal membereskan bagian dapur dan ruang keluarga.

"Kak, aku nginep sini," kata Noey.

"Boleh, daripada di rumah. Pusing liatnya," kata Bram.

"Boleh, yuk makan dulu!" ajak Rachel. Siang itu mereka makan dalam diam. Mungkin karena lelah beberes hingga mereka tak ada tenaga lagi untuk berdebat.

Setelah makan mereka duduk di teras rumah. Angin siang itu lumayan kencang membuat mereka terkantuk karena kenyang dan lelah.

"Noey, kamu tinggal di sini aja gimana?" tanya Rachel.

"Mau sih kak tapi..."

"Bram boleh ya? sekalian nemenin aku, ntar aku liat deh kerjaan buat dia. Takut dia suntuk juga kalau aku lagi kerja,"

"Boleh aja sih tapi jangan kebanyakan jalan. Kalian kalau udah bareng suka lupa waktu," kata Bram.

Mereka berdua bertepuk tangan bahagia mendapat izin dari Bram. Rumah baru bagi Rachel memang nyaman tapi ia juga butuh teman. Apalagi di hari pertama tentu ia belum terbiasa. Kalau ada teman tentu lebih baik.

"Malam ini aku temenin kalian deh," kata Bram.

"Yeay, makan malam kita terselamatkan!" kata Rachel.

"Enak aja! Kalian masak dong. Percuma ada dapur tapi ngarepin aku," kata Bram. Rachel dan Noey tertawa bersama.

Siang itu mereka tiduran di ruang keluarga sambil menonton sesekali ditimpali obrolan seru. Menjelang sore mereka memutuskan berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari. Rachel lebih suka ia menyetok banyak bahan makanan untuknya. Mulai makanan utama hingga makanan instan. Karena ia memang suka lapar kala malam saat ia menyelesaikan pekerjaannya di rumah jadi bila ada stok makanan itu memudahkannya.

Setelah belanja Rachel dan Noey memasak untuk makan malam yang terdiri dari ayam krispi, capcay sambal bawang juga minuman segar manis yang terbuat dari serutan mentimun.

Malam itu setelah makan malam, Rachel dan Noey asyik menonton drama korea yang sedang tayang. Sedangkan Bram membawa laptop dan melanjutkan pekerjaannya.

Hingga tak terasa malam semakin larut, mereka memutuskan untuk tidur. Bram menolak tidur di kamar lain saat di tawari Rachel. Ia memilih tidur diatas karpet bulu tebal di depan televisi sedang Rachel dan Noey tidur di kamar depan.

Dalam sekejap Noey sudah tertidur. Rachel tak bisa tidur, ia hanya berguling kesana kemari. Sulit sekali memejamkan mata. Akhirnya ia memutuskan pergi ke lantai atas melihat bintang dan menyapa malam.

Ia melihat Bram tertidur dengan laptop masih menyala. Ia menyimpan draft pekerjaan Bram lalu mematikan laptopnya. Ia juga menyelimuti Bram. Lalu segera ke lantai atas. Ia membuka pintu kamar kerjanya dan menghidupkan lampunya. Seketika ruangan itu terang. Ia menuju balkon dan melihat di suasana sekitarnya yang terasa sepi.

Ia mendongak menatap langit. Tidak ada bulan tapi bintang banyak muncul. Ia mematikan lampu teras dan kembali ke balkon. Cahaya bintang terlihat lebih banyak dibanding tadi. Rachel menikmati hembusan angin malam yang memainkan rambutnya yang tergerai.

Ia menatap ke bawah. Siluet permainan anak-anak diam tak bergerak. Diantara kegelapan Rachel melibat seseorang. Ia tak salah lihat, matanya sudah terbiasa di malam gelap. Ia melihat seseorang memainkan ponselnya. Cahaya putih kebiruan muncul dari tangannya. Sayang ia tak melihat wajah pemiliknya karena ia membelakangi dimana Rachel berdiri. Jika dilihat dari rambut dan postur tubuhnya sepertinya ia seorang laki-laki.

Ternyata ada orang lain yang seperti dirinya. Tak bisa tidur malam ini. Meski tak ada beban pikiran, Rachel sering mengalami hal ini. Ia sanggup bergadang sampai pagi karena memang tak bisa tidur.

Mungkin laki-laki itu juga tak bisa tidur. Mungkin ada yang dipikirkannya atau ia hanya mampir sebentar mencari udara segar. Sayang lampu taman sudah mati sejak sejam yang lalu. Hingga ia tak bisa melihat lebih jelas siapa pemuda itu. Rachel masuk ke ruang kerjanya dan mengemas beberapa barang yang masih terlihat berantakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!