08

Rachel kembali ke mejanya dengan perasaan lega. Ia mengira bu Andini akan memarahinya karena bergosip tentang dirinya, meski gosipnya bukan keluar dari mulutnya.

"Gimana? kamu dimarahin sama bu Andini?" Cecil penasaran saat Rachel duduk di bangkunya.

"Nggak tuh, cuma bahas..."

"Cecillia! Ke ruangan saya! Sekarang!" tiba-tiba suara galak bu Andini memenuhi ruangan

Beberapa orang melongokan kepalanya ke arah mereka. Cecil menatap Rachel mengiba, Rachel hanya memberinya semangat.

Rachel mengerjakan tugasnya sebaik mungkin. Cecil sangat lama di ruangannya, begitu juga tunangan Andre. Rachel meregangkan tubuhnya dan mengistirahatkan matanya sejenak dan menikmati beberapa cemilan di mejanya.

Ponsel Rachel berdenting.

Ke ruangan saya. Sekarang.

Andre mengiriminya pesan singkat. Sebenarnya Rachel enggan ke sana terlebih ada tunangannya. Tapi karena jabatannya di kantor lebih tinggi mau tak mau Rachel beranjak dan mengetuk pintu ruangannya.

"Masuk!" katanya. Rachel masuk dan menunggu Andre berbicara.

"Nanti kamu gantikan Angga ketemu narasumber, dan kebetulan dia teman saya. Ini nomornya, atur ulang janjinya yah," Andre tersenyum menyerahkan secarik kertas padanya.

Rachel menerimanya dengan ragu lipatan kertas itu. Lalu pamit keluar buru-buru saat dilihatnya tunangan Andre meliriknya tajam.

Rachel duduk di kursinya dan mengumpat dalam hati. Jika ingin sesuatu kenapa tidak via pesan melalui ponsel atau telepon. Ini malah menyuruh Rachel masuk ke ruangan Andre dengan tatapan tunangannya yang sungguh tidak bersahabat.

Rachel segera membuka lipatan kertas di tangannya dan menemukan deretan angka ponsel yang terlihat familiar. Ia memasukkan nomor tersebut ke ponselnya dan sudah tersimpan nomor Andre. Buat apa Andre memberikan nomornya sendiri pada Rachel padahal dia baru saja mengiriminya pesan.

"Aku janji, lain kali oke?" kata Andre membuka pintu ruangannya dan mengantar calon tunangannya keluar. Masih sempat ia mengedipkan matanya pada Rachel yang terdiam dengan kertas yang terbuka di tangannya.

"Wuuiiih... pak Andre ngedip ke siapa tuh?" celetuk Boy yang mejanya tepat di belakang Rachel. Rachel hanya diam dan menyimpan kertas itu. Entah apa yang dipikirkan Andre hingga ia memberikan kertas itu pada Rachel.

"Rachel, ke ruangan saya!" perintah Andre saat ia kembali ke kantornya. Rachel mengikutinya dari belakang dan duduk di hadapan Andre.

"Ada apa pak? Kok bapak ngasih nomor bapak sendiri ke saya?" protes Rachel.

"Sengaja. Kalau nggak gitu perempuan tadi nggak mau pulang. Aku nggak nyaman sama dia. Terimakasih sudah membantu sandiwara meski dadakan," Andre tersenyum ke arahnya. Rachel mengangguk.

"Kalau udah selesai saya permisi,"

"Tunggu!" kata Andre menahan Rachel.

"Ada apa lagi?" Rachel memutar bola matanya.

"Sebagai ucapan terimakasih, nanti makan siang bareng aku yah," Andre tersenyum dan melepaskan gaya formalnya di kantor.

"Nggak bisa pak," tolak Rachel.

"Atau saya umumkan saja kalau kita ada hubungan?" ancam Andre.

"Apaan sih? Kok ngancem?" kata Rachel melepaskan gaya bicaranya yang formal.

"Nemenin temen kok nggak mau? ucapan makasih loh ini," kata Andre.

"Tapi maksa," gumam Rachel.

"Kalau nggak dipaksa kamu nolak terus, udah sana selesaikan tugasmu. Nanti jam makan siang langsung ke parkiran. Aku tunggu di sana," kata Andre. Rachel berbalik dan keluar ruangan Andre dengan hati dongkol.

Bersamaan dengan itu Cecil juga keluar dari ruangan bu Andini dengan wajah memerah. Rachel tak berani menanyainya. Cecil duduk di kursinya dan menatap Rachel.

"Ada apa?" tanya Rachel pelan, gadis itu menggeleng. Pasti ia dimarahi bu Andini. Matanya berkaca-kaca. Rachel berinisiatif memberikannya sebotol air mineral yang selalu ada di laci meja kerjanya. Cecil meminumnya dengan rakus. Hampir setengah botol diminumnya.

"Gila! Bu Andini strong banget! Khotbahnya panjang banget," bisik Cecil takut-takut melirik pintu ruangan bu Andini yang tertutup.

"Ssst... ntar dia denger lagi. Ntar aja ceritanya. Tenangin diri dulu. Nih buat kamu," Rachel memberikan sebungkus biskuit coklat untuk Cecil. Gadis itu menerimanya dan membuka bungkusnya. Lalu mulai ngemil sambil bekerja.

"Thanks ya," bisiknya. Rachel mengangguk dan melanjutkan kembali pekerjaannya.

Tiga puluh menit sebelum jam makan siang Rachel telah menyelesaikan tugasnya. Ia berdiri dan melangkah menuju toilet.

Aku sudah di parkiran

Sebuah pesan diterima Rachel. Ia membalasnya akan ke sana dalam waktu sepuluh menit. Rachel bergegas menuju meja kerjanya dan pamit pada Cecil yang menatapnya iri.

"Ngapain sih bapak ngajakin saya makan siang?" protes Rachel saat duduk di samping Andre.

"Nggak usah formal kali, kita kan di luar kantor. Aku mau ngucapin terimakasih karena nyelamatin aku dari cewek tadi," kata Andre yang sebenarnya adalah teman sekolahnya dulu dan Andre baru dipindahkan di kantor yang sama dengan Rachel. Dan dulu bahkan sampai sekarang Rachel menaruh hati pada Andre.

"Emang siapa dia?" tanya Rachel.

"Dia mau dijodohkan denganku, tapi aku menolak,"

"Kenapa? Dia cantik," kata Rachel meski hatinya sedikit berdenyut.

"Uhm... aku belum mau menikah. Aku baru saja merintis karir, menikah itu ada waktunya," kata Andre sambil tersenyum.

"Gitu," jawab Rachel singkat.

"By the way, temen kamu kenapa tadi? Mukanya udah kayak abis liat sundel bolong," kata Andre.

"Biasa, bu Andini tadi manggil. Cuma nggak tau ada masalah apa," kata Rachel. Nggak mungkin dia menceritakan bahwa Rachel dan Cecil menggosipkan bu Andini dan Andre.

"Dia itu bisa tegas, bisa manja. Heran aku dengan kepribadiannya. Dan jujur aku sedikit risih kalau dia di mode manis manja," kata Andre.

"Kenapa? bukannya pria suka wanita yang manja, unyu-unyu, gemesin gitu?" kata Rachel.

"Sewajarnya aja sih suka, tapi kalau berlebihan ngeri juga. Serasa mau diperkosa," kata Andre

"Emang pernah?" Rachel terkikik.

"Nggak lucu, udah ah keluar. Anak buah kok nggak ada sopannya sama pimpinan," protes Andre.

"Yeee biasa aja kali. Eeeh seru juga manggil kamu bapak. Berasa lebih matang," kata Rachel.

"Apa maksudmu dengan matang?" Andre berjalan ke sisi lain mobil mendekati Rachel.

"Kebapakan dan.... beneran tua! huahahahahaha," Rachel tertawa terpingkal. Andre berbalik badan dan meninggalkan Rachel tertawa sendiri di parkiran.

"Yaaaah, bapaaaak. Kok saya di tinggal?" protes Rachel.

Andre hanya mengangkat sebelah tangannya dengan cool. Aaah dia memang cool dan kebapakan. Calon idaman banget dah.

Rachel berlari mengejar Andre. Dan tak menyadari bahwa Andre berhenti dan ia menabrak punggung Andre.

"Awww!" Rachel memegang hidungnya.

"Kamu bisa liat jalan nggak sih?" tanya Andre.

"Lah? Situ yang berhenti tiba-tiba!" kata Rachel.

"Kamu bantu aku yah, pokoknya jawab iya aja," kata Andre.

"Iya apanya?" tanya Rachel. Lengan langsung ditarik oleh Andre dan menggandengnya.

"Eeeh?" sesaat wajah Rachel memerah digandeng oleh Andre.

Mereka memasuki restoran yang ramai oleh pengunjung karena memang waktunya makan siang.

"Andre?" tanya seseorang di belakang mereka. Andre dan Rachel berputar untuk melihat siapa dia.

Akhirnya bisa up lagi di sini. Maafkan otor yang kadang suka lambat update. Semoga suka dengan genre yang sedikit berbeda😊

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!