Germilang Cahaya
Suasana pagi ini tidak seperti biasa.
Kedua orang yang sedang duduk di ruang makan itu.
Terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Pa, Germilang belum saja mau keluar dari kamar."
Adu seseorang wanita, Tamaya Mama dari Germilang.
Lelaki tua yang mendengar perkataan Tamaya pun sedikit mememjam kan mata nya.
"Germilang sangat terpukul atas kematian Bintang."
Balas lelaki tua itu, dia adalah Wijaya. Papa Germilang.
Tamaya mengangguk.
"Apakah perlu kita Carikan pengganti Bintang? Mama tidak tega melihat Germilang seperti itu terus."
Ucap Tamaya yang mengkhawatirkan keadaan anak nya.
"Untuk saat ini, papa tidak yakin Ada seseorang yang bisa menggantikan posisi Bintang." Balas Wijaya yang sudah menebak ke depan nya.
"Tapi tidak salah nya mencoba, siapa tau ada wanita yang menarik Dimata Germilang selain Bintang." Lanjut nya lagi, setelah ia pikir dua kali bahwa ide istri nya bisa saja berhasil.
...
Disini lain.
Dirumah Keluarga Besar Aksara atau Keluarga Bintang, yang masih diselimuti duka karena kehilangan anak perempuan satu-satu nya.
"Apakah ada seseorang sejahat itu pa? Dia menabrak anak kesayangan kita hingga tewas, Lalu dia kabur begitu saja. Mama tidak akan pernah ikhlas pa!"
Ucap histeris Mayang, mama bintang yang belum bisa menerima kepergian anak gadis kesayangan nya itu.
"Mama, mungkin ini sudah takdir tuhan. Papa juga masih belum bisa ikhlas. Tapi kita harus berusaha ikhlas ma. Biarin bintang tenang disana"
Ucap lelaki yang berstatus papa dari Bintang dan suami dari Mayang, Herman.
Herman menenangkan istri nya.
Ia memeluk Mayang ke dalam dekapan nya.
"Bagaimana dengan Germilang pa? Apakah dia masih terpukul?" Tanya Mayang yang masih dalam dekapan suami nya.
"Dia sama seperti mu, dia belum iklhas. Bahkan kata keluarga nya Germilang tidak mau keluar kamar sama sekali."
Jawab Herman memberitahukan tentang kabar Germilang.
Baru saja mereka akan melihat putri kesayangan nya akan menikah 2 bulan lagi dengan lelaki pilihan nya, Germilang.
Namun Tuhan berkata lain.
"Bintang, lihat karena kepergian mu. Banyak orang yang menderita, Kembali lah nak."
"Mama mohon"
Mayang kembali menangis, Pikiran otak nya terus memutar memori masa-masa saat Bintang masih hidup.
Ia teringat.
1 Minggu sebelum meninggal nya bintang, ia dan bintang sempat ada waktu bersama membuat kue.
~Flashback on
2 Perempuan, anak dan ibu itu sibuk berkutat di dapur.
"Ma, kalo rasa kue nya ga enak gimana?"
Tanya polos bintang pada mama nya.
Mayang Terkekeh, Saat mendengar Bintang bertanya seperti itu.
"Bintang sayang, kalo yang buat gadis manis kaya kamu. Semua nya akan terasa lebih manis" Canda Mayang sambil Tertawa kecil.
Bintang tersenyum lebar mendengar Candaan mama nya.
"Ih mama, aku serius tau. Takut nya nanti milang ga suka sama kue nya." Ucap Bintang sambil memanyunkan bibir nya.
Mayang sungguh gemas melihat anak gadis nya ini, sungguh gadis kecil di mata dirinya.
"Percaya sama mama, Germilang bakal suka sama kue nya. Apalagi yang buat calon istri dan calon mertuanya nya" Balas Mayang yang sukses membuat Bintang tersenyum malu.
Mayang memang gemar menggoda anak gadis nya ini.
~Flashback off
Tanpa sadar kedua pipinya sudah basah, karena tangisan nya itu.
"Pa, Siapa pun yang udah buat bintang tewas harus dapet hukuman seberat-beratnya!"
Ucap Mayang sambil menatap suaminya.
Herman tersenyum tipis.
"Papa janji, papa bakal nyari sampai ketemu yang udah nabrak bintang." Ucap Herman sambil menghapus sisa sisa air mata Mayang di pipinya.
"Mama jangan sedih lagi ya"
...
Matahari sudah berada di atas, menandakan suasana sudah berganti siang.
Germilang akhirnya memutuskan untuk keluar dari kamar.
Karena ia tahu keadaan rumah sudah sepi. Papanya pergi ke kantor tadi pagi dan mama nya yang 30 menit lalu pergi ke butik milik keluarga nya.
Jujur, Lelaki Berumur 23 tahun itu merasakan lapar.
Karena dari kemarin pemakaman Bintang ia belum makan sama sekali.
Langkah kaki nya terhenti.
Saat melihat Bi Inah, Pembantu dirumah nya itu sedang berberes di dapur.
"Den Germilang, sudah bangun?" Tanya Bi Inah sambil tersenyum.
Germilang tersenyum, membalas senyum bi Inah.
"Sudah bi" Jawab nya dengan sopan.
"Mau makan atau minum?" Tanya lagi Bi Inah yang menawari Germilang.
Germilang Terdiam dan berpikir sejenak.
Saat ini ia masih mengingat mendiang Bintang. Berhubung Bintang sangat menyukai Nasi goreng telur mata sapi.
Ia memutuskan untuk memakan Nasi goreng telur mata sapi, makanan favorit Tunangan nya itu.
"Bi Inah, Aku mau makan nasi goreng telur mata sapi."
Bi Inah mengangguk.
"Iya den, Bibi Buatin. Sebentar ya." Balas Bi Inah.
"Nanti, Minta Tolong anter ke ruang tengah ya bi kalo udah jadi." Pinta Germilang kepada Bi Inah.
"Siap den." Jawab Bi Inah sambil menganggukkan kepalanya.
Langkah kaki Germilang berjalan lagi menuju Ruang tengah.
Setelah sampai di ruang tengah,
ia memilih untuk duduk di soffa panjang.
Tiba-tiba mata nya terfokus ke arah bingkai foto yang memang dipajang di dinding Ruang tengah.
Ia melihat lama foto itu, mata Germilang sedikit berkaca-kaca saat menatap lekat foto dalam bingkai itu.
"Bintang, apakah kau masih ingat dengan foto itu?"
Apakah yang ada di dalam foto itu?
Foto Bintang?
Foto itu berisi, Kenangan saat Germilang dan Bintang Bertunangan di pulau Bali.
Foto itu di ambil 6 bulan lalu.
Bagi Germilang kenangan tersebut tak akan bisa dilupakan.
Sulit bagi Germilang untuk menerima takdir.
Ia sudah berpacaran dari SMA dengan Bintang.
Ia sudah Melamar Bintang.
Ia sudah Tunangan dengan Bintang.
Dan Ia sudah menyiapkan Rencana menikahi Bintang 2 Bulan lagi.
2 bulan lagi, bukan waktu yang lama.
5 Tahun Mereka Menjalin hubungan.
Seberapa kah sebentar lama nya waktu.
Takdir tetap takdir.
Wanita yang ia cinta itu meninggal begitu mengenaskan, Badan nya Tergeletak Lemas di tengah jalan dengan berlumuran darah.
Tuhan telah mengambil nya, tapi tidak dengan kenangan nya.
...
Disebuah tempat.
Wanita berambut pendek pirang itu, duduk dengan gemetar, wajahnya pucat pasi dan gerak gerik tubuhnya seperti tidak tenang.
Bisa ditebak ia sedang ketakutan.
Ia menggigit bibir bawahnya, Tangan kanan nya meremas kuat ujung dress nya bertujuan mengurangi rasa takut nya.
BRAKKK...
Suara Pintu dibuka dengan keras.
Wanita itu yang tadi nya menundukkan kepalanya mulai mendongakkan kepala nya untuk melihat siapa yang datang.
"Mami?"
Dan benar orang yang membuat ia katakutan dari tadi itu datang.
Wanita yang di sebut mami itu menatap tajam ke arah wanita pirang itu.
"Maaf mam, Aku tidak bisa membayar nya sekarang" Ucap wanita pirang itu dengan nada yang pelan.
Tubuh nya seketika menegang.
"Cahaya, Kau itu Pelacur murahan!"
Cahaya? Pelacur?
Siapa sebenarnya dia?
...
Bonus Puisi
Cahaya Gelap
Karya: Miftahul Kasanah
Cahaya itu yang menyinari Kegelapan
Cahaya itu yang membuat Bayangan
Cahaya itu yang meninggalkan Kenangan
Cahaya itu yang menciptakan Kesepian
Cahaya itu terdiam saja
Cahaya itu terasa hampa
Bisakah Cahaya itu gelap?
Sepertinya Cahaya itu sudah terlelap
Cahaya itu ingin di cintai
Agar tidak begitu sunyi
Cahaya itu sudah tak tahu arah
Bimbing lah cahaya itu agar tau mau kemana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Rita Riau
mampir Thor,,🙏🏼🙏🏼
2023-11-29
0