2. Siapa Cahaya?

Untuk bab ini, sedikit mengandung bahasa kasar!

"CAHAYA, KAU ITU PELACUR MURAHAN!"

Caci mami kepada wanita pirang yang bernama Cahaya itu.

Wanita yang dipanggil Cahaya itu merasa sakit hati mendengar cacian itu.

Walau memang itu adalah kenyataan nya.

Namun dia hanya bisa terdiam, tak kuasa untuk membalas.

Mami berdiri di depan persis Cahaya, Menatap lebih tajam ke arah cahaya.

"Eh ******, Kau itu anak buah ku! Seharusnya gaji permalam mu itu bisa sama seperti yang lain. Namun apa? Bahkan gaji permalam mu saja belum setengah nya."

"Apa kau itu begitu jijik? Hingga tidak ada yang nafsu dengan tubuhmu."

Ucap Mami dengan tatapan yang merendahkan.

Cahaya tetap diam.

Badan nya seketika menegang

Suhu badan nya naik, Keringat sudah membasahi kening nya.

Padahal ruangan itu terdapat AC dan saat ini pula ia sedang memakai dress mini.

"Jangan Diam saja!" Bentak mami.

Cahaya mengumpulkan keberanian untuk menjawab.

"Mam, Akan ku usaha kan." Jawab nya gugup.

"Jangan ngomong doang! ingat kau juga punya masih ada utang dengan ku!" Ucap mami dengan nada menghardik.

"Fokus mencari pelanggan bukan fokus mengurus Kedua Anak haram mu itu!"

Wanita tua itu terus saja mencaci Cahaya.

Cahaya Rela di caci di hina tapi jangan Kedua anak nya.

Mereka tidak tahu apa-apa.

Ingin rasa nya ia menampar wajah wanita itu, tapi ia berusaha untuk menahan emosi nya.

Cahaya mengangguk ragu.

"Baik mam." Balas cahaya.

"Aku sudah tidak tahan lagi, bisa bisa bisnis prostitusi ku bangkrut." Ucap mami.

Cahaya tetap diam.

"KAU, AKU PECAT!"

Denyut jantung Cahaya seketika berhenti mendengar ucapan mami itu.

Dirinya di pecat?

Cahaya belum bisa percaya.

"Tapi kenapa mam?" Tanya Cahaya pelan.

"Pikir lah pake otak!" Hardik mami.

Setelah membentak Cahaya, Mami Berjalan keluar pergi meninggalkan Cahaya yang masih terdiam mematung dengan ribuan pikiran.

Dia bingung akan kerja apa lagi?

Bagaimana dengan kedua anak nya?

Dia tahu, Ini perkerjaan yang tidak baik.

Tapi hanya lah dirinya yang tau alasan sebenarnya.

...

Langit mulai menggelap, Menjelang malam akan tiba.

Germilang merasa jenuh dirumah sendirian. Karena orang tua nya belum pulang juga.

Ia duduk terdiam di tepi ranjang sambil menatap layar ponsel nya, menampilkan foto kekasihnya yang sedang tersenyum manis.

"Bintang, Biasanya suasana malem Minggu seperti ini. Kita jalan jalan di taman."

"Masih ingat kah saat kita kehujanan lalu kita meminum wedang ronde langganan mu."

Tanpa disadari, Germilang tersenyum saat mengingat kenangan itu

"Namun suasana seperti itu tidak akan mungkin ada lagi, kau sudah pergi Bintang."

Entah mengapa, Germilang belum saja bisa ikhlas.

Walau ia sudah berusaha dengan keras untuk melupakan wanita yang sangat dia sayang itu.

Tit...tit...tit

Suara dering telepon yang membuyarkan Lamunan Germilang.

"Ardian?" Ucap nya setelah membaca nama kontak di layar ponsel nya.

Ibu jari Germilang menggeser tombol hijau di layar ponsel nya, ia mengangkat nya.

Lalu ia menempelkan ponsel di telinganya.

"Iya ada apa?" Tanya Germilang.

"Gimana kabar nya bro?" Tanya balik Ardian, Sahabat dekat Germilang.

"Yah seperti ini aja." Jawab Germilang.

"Gua paham, malam ini ada waktu?" Ucap Ardian mengalihkan pembicaraan yang tidak ingin mengungkit tentang kematian Bintang.

"Ada, mau kemana?" Tanya lagi Germilang, dia tahu bahwa Ardian ingin mengajak nya untuk keluar.

"Temen-temen ngadain kumpul-kumpul di club."

Germilang terdiam saat mendengar tempat yang paling ia hindari dari dulu itu disebut.

"Kalo gamau juga gapapa kok bro, gua cuman nawarin lu aja."

Ucap Ardian, ia sudah menebak Sahabat nya itu pasti akan menolak karena ia tau dari dulu Germilang anak nya anti maksiat banget.

Germilang berpikir lagi, saat ini ia juga sedang merasa kesepian. Tidak salah nya juga untuk ikut.

Hanya ikut berkumpul, tidak ikut tentang yang lain nya.

"Oke, ikut." Jawab Germilang.

Dugaan Ardian salah.

"Seriusan?" Tanya Ardian memastikan, ia tak bisa segampang itu percaya.

Mungkin sangking alim nya ya hahaha.

"Ya, Nanti tinggal chat aja alamat club nya" Balas Germilang yang langsung mematikan sambungan telepon dengan Ardian.

Ia bangkit dari duduk nya, meletakkan ponsel nya di atas nakas kamar.

Lalu ia berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuh nya.

...

Germilang sudah siap untuk berangkat.

Ia memakai kaos santai dengan celana panjang berwarna hitam tetapi tetap menampilkan kesan rapi dan cool.

Saat ini ia sedang menyetir menuju club, sesuai dengan alamat yang dikirim kan oleh Ardian.

Dalam mobil itu, ia menyetel lagu dengan judul Broken angel-Arash ft Helena. Lagu kesukaan Bintang.

Germilang dengan serius mendengarkan setiap lirik lagu yang di nyanyikan.

Mata nya fokus menyetir ke depan.

Saat hampir sampai mendekati Club.

Tiba-tiba dalam pandangan nya ia melihat 2 anak perempuan.

Setelah Germilang lihat dengan teliti, mereka kembar.

Satu dari anak kembar itu terisak menangis.

Germilang memberhentikan mobil nya di depan kedua anak kembar itu.

Lalu ia keluar dari mobil dan menghampiri mereka.

"Hai" sapa Germilang kepada mereka sambil tersenyum manis.

Anak yang menangis itu langsung terdiam.

Kedua anak kembar itu menatap Germilang dengan tatapan polos nya.

"Kenalin Nama Om, Germilang. Nama kalian siapa?" Ucap Germilang dengan lembut.

Lalu Germilang berjongkok di depan mereka agar menyambangi tinggi kedua anak itu.

"Nama Aku aku, Aluna." Jawab Anak yang tidak menangis itu.

Germilang Tersenyum.

"Terus yang nangis ini, Nama nya siapa?"

Tanya Germilang lagi.

Anak yang ditanya itu hanya diam saja.

"Namanya Aluna om, dia adek aku." Jawab Anak yang bernama Alula.

"Aluna kok nangis? Kenapa?" Tanya lagi Germilang.

"Aku pengen sama mama." Jawab anak yang bernama Aluna.

"Loh, mama kalian kemana?"

Belum sempat dijawab.

Tiba-tiba....

"ALULA! ALUNA!" Teriak seseorang wanita.

Germilang berdiri.

Ia, Alula dan Aluna menengok ke arah sumber suara itu.

Terlihat wanita itu keluar dari Club dan berlari sambil berteriak Nama anak kembar itu.

Alula dan Aluna.

"KAMU SIAPA?! MAU NYULIK ANAK SAYA?!"

Germilang melihat wanita itu dari ujung Rambut hingga ujung kaki.

"Anak nya Wanita ini?" Batin Germilang Bertanya.

Yang membuat Germilang tak percaya Karena wanita itu keluar dari Club dan juga karena Penampilan nya.

Rambut nya pendek berpirang dan memakai dress yang begitu pendek.

Tunggu...

Apakah itu Cahaya?

Ya, benar wanita itu adalah Cahaya.

"Mama mama" Panggil Alula.

Cahaya berjongkok di depan kedua anaknya.

"Iya sayang? Kamu sama Luna gapapa kan?" Tanya Cahaya sambil mengelus rambut kedua anak nya.

"Om ini baik ma." Ucap Alula sambil tersenyum menatap Cahaya.

Alula memegang Pipi mama nya.

Mengelus nya secara perlahan.

Hati Cahaya tersentuh mendapat perbuatan dari anak pertama nya itu.

Sedikit menghilangkan rasa stres nya.

"Maaf, Saya bukan orang jahat." Ucap Germilang tiba-tiba.

Cahaya berdiri dan menatap Germilang.

"Muka mu seperti pedofil." Ujar cahaya yang begitu jujur.

Germilang terbelalak kaget.

Bagaimana mungkin diri nya disebut seperti pedofil?

"Wanita aneh." Umpat kesel Germilang dalam hati.

Baru kali ini ia merasa kesal terhadap wanita.

"Biar saya jelaskan, tadi saya melihat anak Tante menangis, saya sebagai manusia yang masih punya rasa simpati. ingin menanyakan kenapa anak Tante menangis, takut nya ada hal yang tidak di inginkan." Jelas Germilang memberitahu.

"Tunggu, Kau memanggil ku apa? Tante? Umur ku masih 26 tahun."

-Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!