Perubahan

Dilain tempat, tepatnya di ruangan Vera berada, dua lelaki bertubuh tinggi, berkulit putih, dan memiliki tingkat ketampanan yang melebihi batas memasuki ruangan tersebut untuk menjenguk sang adik. Namun yang ia temui bukanlah sang adik, namun suster yang seperti nya tengah kebingungan.

"Sus, pasien atas nama Rivera dimana? kita gak salah kamar kan?" suara berat nan merdu Bastian akhirnya keluar menanyakan keberadaan sang adik.

"Tuan muda?!" suster tersebut terkejut bukan main, keringat dingin langsung keluar membasahi tubuh "Ti... tidak Tuan anda benar, ini ruangan Nona Rivera. Ta... tapi, dia... dia menghilang" ucap sang suster gemetaran

"APAH?!!" kejut Saga dan Bastian

"Gimana bisa?" tanya Saga datar

"Waktu itu Nona kekeh ingin mengunjungi Nyonya Eileen, saya sudah melarang karena kondisi nya yang masih belum stabil dan baru siuman. Tapi karena Nona tetap ingin mengunjungi Nyonya Eileen, maka saya berencana mengambilkan kursi roda un--" jelas suster terpotong

"Sialan, bagaimana bisa kau meninggalkan adik ku sendiri, sekarang dia menghilang akibat ulah mu!" ~Bastian

"Bas udah, gak ada gunanya marah-marah. Mending sekarang kita bagi tugas. Lo cek CCTV, gue cari Vera, pasti dia belum jauh dari rumah sakit ini" usul Saga

"Huft... kali ini Lo selamat" ~Bastian

Kedua pria tampan itu melangkah pergi menjalani tugas mereka masing-masing, meninggalkan suster yang terduduk lemas di lantai.

Dari ruang CCTV Bastian meneliti dengan cermat layar komputer di depan nya. Sedangkan Saga, berkeliling mencari sang adik ditengah hujan deras yang mengguyur.

"Vera, kenapa dia nangis?" buru-buru Bastian menelfon sang Kaka untuk memberitahu kemana arah Vera pergi.

"Hallo bang, gue dah nemu, dan Vera keluar lewat pintu belakang kemungkinan dia ke arah barat" ucap Bastian lewat telefon

"Oke" jawab Saga

"Please deh punya Abang gini amat dah, untung punya Adek yang ga nyeselin kek Abang pertama nya!" ~Bastian

°•°•°•°

Mata tajam Saga terus menelusuri jalan, berharap bisa menemukan keberadaan sang adik. Dari kejauhan walaupun sedikit buram karena embun di kaca, ia bisa melihat seorang perempuan berambut panjang tengah duduk di pinggir jalan sambil memeluk lututnya.

"Vera" panggil Saga

Gadis itu mendongak keatas dan langsung berhamburan ke dalam pelukan Saga "Bang, Vera takut hiks..."

"Gak usah takut, disini ada Abang. Kamu kenapa bisa ada di sini sih?" tanya Saga lembut

Vera diam menunduk, ia tidak ingin mengatakan apa alasannya bisa berada di sini. Tak kunjung mendapat jawaban, Saga pun menggiring Vera agar masuk ke dalam mobil. Membawa gadis itu kembali menuju rumah sakit, bibir Vera sudah membiru, wajahnya juga pucat.

Semenjak kejadian tersebut, Vera berubah menjadi pendiam membuat keluarga nya merasa aneh dengan perubahan sikap Vera yang awalnya periang kini menjadi pendiam.

Sudah berpuluh-puluh kali mereka menanyakan apa yang terjadi namun pertanyaan itu belum kunjung mendapat jawaban. Hingga pada suatu saat sepulang sekolah di mension keluarga Dixon yang kebetulan sedang sepi karena semua penghuni nya sibuk dengan urusan masing-masing.

"Vera, ikut Papah ke ruang kerja Papah sebentar yah" ucap Askary, dari raut wajah nya seakan ada sesuatu yang sangat serius untuk di bicarakan.

"Iya Pah" jawab Vera. Tanpa mengganti baju seragam nya terlebih dahulu, Vera mengikuti langkah sang Papah menuju ruang kerja nya.

Pintu ditutup rapat-rapat oleh Askary, membuat jantung Vera berdetak tidak terkontrol. Aura di ruangan tersebut terasa begitu mencengkam, raut wajah Askary berubah menjadi serius.

"Ada apa ya Pah?" tanya Vera

"Papah tau akibat perubahan sikap kamu akhir-akhir ini, kau sudah tau kan bahwa kau bukanlah anak kandung ku" jawab Askary

Vera melotot terkejut, bagaimana Papahnya bisa tau padahal ia sudah berusaha tutup rapat-rapat soal ini. "Jadi benar Pah, kalo aku bukan anak kandung kalian?" ~Vera

"Iya, kau bukan anak kandung ku. Dan semenjak kehadiran mu di keluarga ini, kami terus mendapatkan masalah dan teror yang membuat kami tidak bisa hidup dengan tenang" ~Askary

Kembali Vera terkejut dengan ucapan sang Papah "Masalah? teror? maksud Papah apa, Vera sama sekali gak ngerti?" ~Vera

"Heh... istri ku memang terlalu baik memungut mu entah dari mana dan membawa mu pulang. Asal kau tau kami terus mendapatkan masalah berturut-turut setelah kedatangan mu, mulai dari perusahaan ku yang bangkrut, Saga dan Bastian yang hampir mati, baru-baru ini istri ku sampai harus dirawat di rumah sakit demi melindungi mu, dan masih banyak lagi. Sedangkan untuk teror, lihat lah ini. Selama ini istri ku terus menyembunyikan hal ini terhadap mu" jelas Askary mengeluarkan semua unek-unek nya.

Air mata meleleh mendengar semua ucapan Papah nya, itu sangat menyayat hati Vera. Ditambah lagi ia melihat kedalam sebuah kotak hitam yang berisi boneka yang berlumuran darah dan ada pisau yang menancap di perut boneka tersebut. Parahnya lagi ada nama 'Rivera' di boneka itu, yang berarti boneka itu diibaratkan adalah dirinya.

"Kau puas sudah membuat keluarga ini terus menderita hah?!" tegas Askary sedikit membentak

Vera hanya diam menunduk sambil terus menangis, mulutnya terasa kaku untuk berbicara. Ia tak percaya Papah nya akan melakukan hal seperti ini. Dan ia lebih tidak menyangka bahwa kehadiran nya ternyata membuat orang lain menderita.

"Lalu aku harus bagaimana Pah?" tanya Vera menatap sendu Askary

"Pergi, tinggalkan keluarga ini" jawab Askary tanpa basa-basi

"Apah?" ~Vera

"Iya pergi, pergilah ke nagara A, aku akan mengurus semua kebutuhan mu disana. Tapi ingat jangan pernah kau adukan apa yang terjadi hari ini pada istri dan anak ku, jika kau tidak ingin melihat mereka sedih" ~Askary

"Tapi Pah, apakah tidak ada jalan keluar lainnya hiks..." ~Vera

"Tidak, keputusan Papah sudah bulat. Besok saat istri dan anak ku pergi kau juga akan pergi ke bandara, pergilah ke negara A" ~Askary

"Pah..." ~Vera

Tiba-tiba Askary berlutut di hadapan Vera, membuat Vera tidak sampai hati membiarkan Papah nya berlutut seperti itu. "Aku sebagai kepala keluarga disini dan sebagai ayah angkat mu memohon, tolong turuti apa kata Papah. Papah ingin hidup bahagia bersama keluarga Papah" ~Askary

"Hiks... Pah berdiri lah, papah tidak perlu berlutut seperti ini. Baiklah aku akan menuruti kemauan Papah, maaf atas semua yang telah aku lakukan sampai membuat keluarga Papah tidak tenang Hiks... dan terimakasih atas semuanya" sangat berat dan sakit bagi Vera mengatakan persetujuan itu, tapi hati nya tidak tega melihat Askary sampai berlutut memohon kepada nya.

"Terimakasih sayang, maafkan Papah, Papah hanya ingin melindungi keluarga Papah" ~Askary memeluk Vera.

Vera menangis di pelukan Askary sampai kemeja yang Askary pakai basah akibat ulah air matanya.

"Sudahlah jangan menangis, masih ada waktu untuk mu, manfaat kan waktu yang ada untuk bersama mereka dengan baik. Papah ke kamar dulu" ~Askary

Pergi meninggalkan orang yang sangat kita sayangi memanglah berat, namun jika kepergian kita akan membuat orang itu bahagia maka itu bukan keputusan yang buruk, walaupun nantinya akan menyayat hati. Itulah yang Vera rasakan saat ini, sebenarnya ia tak rela harus jauh meninggalkan keluarga ini, ia sudah terlanjur teramat menyayangi mereka, walau pada kenyataannya mereka bukanlah keluarga kandungan nya.

Terpopuler

Comments

👑Queen👑

👑Queen👑

iyalah gmn gk sayang coba di rawat dari kecil loh ini

2022-02-14

2

👑Queen👑

👑Queen👑

To the poin sekali yah anda ini tuan Askary 🙃

2022-02-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!