BERTAHAN KARENA STATUS
Hai pembaca yang baik hati, ini adalah karya pertamaku, masih banyak kesalahan pengetikan,tanda baca atau yang lain. Mohon dukungan dengan memberikan kritik dan saran. Komentar kalian akan sangat membantu kami. Terima kasih
“Ayah bangun” ku goyang badannya pelan, masih pagi memang, diluar masih gelap, ini pesannya semalam karna ada urusan pagi katanya ah, entahlah.
“sayang bangun” ku goyang badannya sekali lagi, berjalan ke sisi tempat tidur menyingkap tirai dan membuka jendela hawa dingin menerpa wajahku seketika segar kuhirup pelan, sesaat meresapi keagungan Tuhan bagaimana embun bisa memberikan kesejukan yang begitu murni di pagi hari.
Mematikan pendingin ruangan setelahnya. Ini salah satu cara membangunkan mas Amir suamiku. Laki-laki paling sabar yang pernah ku kenal. Terdengar gumaman kecil dari tempat tidur aku bergegas menggoyang badannya lagi memastikan dia bangun.
“jam berapa sekarang” tanyanya sambil mengucek matanya dan mengedipkannya sesaat, bangun setengah duduk menyingkap selimut dan melihat kearahku, tatapannya masih sama seperti biasa teduh dan menyenangkan.
“Jam lima pagi bangunlah” jawabku pelan kuambil selimut dan melipatnya
“sudah berapa kali aku tidak ke mesjid, sepertinya kamu ingin sekali suamimu ini dipanggil sholehah” dia melihatku dengan tatapan protesnya, ah imut sekali suamiku ini. Aku balas menatapnya sambil menahan tawa.
“istrimu ini tidak tega membangunkan suami yang baru tertidur jam2 pagi” kulihat dia masih menatapku kesal, biarlah nanti aku akan menjelaskan bagaimana pulasnya dia tadi waktu subuh, wajah lelahnya membuatku mengurungkan niat untuk membangunkannya. Kudengar gemericik air dari kamar mandi.
Merapikan tempat tidur dan kusiapkan baju kerjanya di kasur untuk memudahkannya mengambil.
Aku berkutat didapur menyiapkan sarapan untuk mengganjal perutnya, sudah seminggu ini dia pulang dini hari berangkat pagi sekali, ada pekerjaan penting katanya. Sebenarnya kantor suamiku masuk jam tujuh pagi, jarak dari rumah yang kami tinggali sangat dekat hanya ditempuh 15 menit perjalanan dengan mobil.
Sudah seminggu lelakiku itu tidak pernah sarapan, makanya aku siapkan susu hangat dan buah sebagai pengganjal perutnya, aku tidak pernah mengijinkan mas amir minum kopi, asam lambungnya bisa kumat.
Jangan minum kopi makanlah buah segar saat perut kosong baik untuk kesehatan terutama yang punya keluhan seperti mas Amir, itu kata dokter yang menanganinya 2 bulan lalu, waktu asam lambungnya kambuh.
Mas Amir bukan perokok tidak suka bau rokok katanya, itu yang aku suka darinya setidaknya paru-parunya terjaga.
Amir Syarifudin suamiku laki-laki yang aku nikahi 7 tahun lalu, dia baik, bertanggung jawab dan sayang keluarga, dia lembut memperlakukanku dan putri kami, jarang sekali bertengkar, kalau aku marah dia akan diam mendengarkan, menjawab atau tidak akan tetap salah katanya ketika aku tanya kenapa diam. Dirumah ini berlaku perempuan selalu benar itu katanya lagi.
“Pagi sayang” ku putar kepala mencari sumber suara, ah suamiku sudah tampan rambutnya tersisir rapi, dia berjalan sambil mengancingkan lengan bajunya, hari ini memakai kemeja abu tua dengan jas melingkar ditangan kirinya.
Tas kerjanya sudahku siapkan di meja makan biar tidak kerepotan membawanya dari kamar. Mencium keningku kebiasaannya setiap pagi.
“Aku tidak sarapan takut terlambat” katanya pelan
“Aku tahu, minumlah ini ” ku ambil susu hangat ketangannya dia meminumnya perlahan.
“Tidak baik minum sambil berdiri duduklah” aku kesal sekali, sepenting apa meetingnya sampi minum susu sambil berdiri kelihatan sekali kalau dia buru-buru.
“Rania belum bangun?” tanyanya sambil menoleh keatas kekamar putri kami.
Rania putri kami usianya baru mau kelima tahun, baru masuk sekolah.
Ahir-ahir ini dia protes, karna ayahnya tidak pernah menciumnya lagi.
“Masuklah sebentar sayang, dia ingin ciuman selamat pagi dari ayahnya sudah seminggu ini dia protes”. Kulirik suamiku dia berjalan menaiki tangga. Kamar Rania bersebelahan dengan kamarku, putri kecilku ini sudah pintar tidur sendiri walau pada awalnya penuh drama.
Sejak Usianya 4 tahun aku mengajarinya. Kulihat suamiku menuruni tangga sambil membawa putrinya yang masih mengantuk, dia melingkarkan tangan dileher ayahnya kepalanya bersandar di bahu laki-laki kebanggaanku itu.
“Sini pangku bunda kasihan ayah nanti bajunya kusut”. Ku ulurkan tangan mau mengambil Rania dari gendongan ayahnya suamiku menolak.
“Dia tadi belum bangun, pas aku cium pipinya eh dia gerak sekalian aku gendong bawa turun, ayah kangen bau asemnya Rania”. Senyum tipis tercetak diwajah suamiku, mencium rambut turun kepipi kemudian leher, kuliahat putriku menggeliat geli, ini memang kebiasaan yang belum berubah
“ehmmmm..Rania acem” diciumnya sekali lagi leher belakang turun ke punggung. Kulihat suamiku tertawa lepas melihat rania cemberut.
Pemandangan ini yang setiap pagi aku lihat, keluarga hangat suami penyayang, anak sehat dan lucu mampu menghilangkan amarah dan lelah secara bersamaan dengan celoteh dan tingkah lucunya.
Mas amir seorang karyawan Sebuah BUMN baru 6 bulan yang lalu dia di promosikan jadi manager marketing. Tidak heran karena mas amir orang yang tekun, jujur dan pantang menyerah.
Selain itu dia juga mempunyai usaha di bidang property, usaha yang dia tekuni dari mulai kami menikah, keahliannya melobi calon pembeli membuat usahanya makin berkembang. Dua tahun setelahnya dia di terima di perusahaan BUMN tempatnya mencari nafkah sekarang.
Pada awalnya dia hanya membantu orang yang mau menjual tanahnya, tugasnya mempertemukan penjual dengan pembeli tidak lupa melobi calon pembelinya agar proyeknya goal.
Selebihya suamiku hanya menerima fee sesuai kesepakatan. Ternyata dari Goal pertamanya banyak yang berminat minta bantuan mas amir, hingga pada ahirnya mampu membeli rumah dan tanah sendiri. Alasan mereka memakai jasa suamiku karena dia jujur katanya entahlah.
“Ayah koq sudah rapi”. Matanya membuka lebar dia mengangkat kepalanya mengarahkan pandangannya padaku, beralih ke ayahnya, dia mencari jawaban.
“Ayah ada meeting pagi sayang,baik-baik dirumah sama bunda nanti ayah pulang Rania mau dibawain apa?” tangannya mengusap putri kecil kami. Terlihat kesal putriku itu.
“Rania bangun ayah pergi, Rania mau tidur juga g lihat ayah” oh, dia protes bibir mungilnya maju menandakan seberapa kesalnya dia, aku tahan tawa agar tidak lepas bisa tambah marah nanti, lucu sekali anak ini.
Kutatap mas Amir dia balik menatapku matanya penuh tanda tanya ada tawa yang tertahan disudut bibirnya.
“ayah kerja buat Rania, sayang.. biar bisa liburan, katanya mau lihat salju” pintar sekali suamiku merayu anaknya. Usahanya berhasil, kulihat Rania ku tersenyum senang.
Dia mencium ayahnya dengan pelukan erat sebagai bonusnya.
Kukunyah potongan buah segar, kusodorkan sepotong lelakiku mengunyah pelan.
“ayah berangkat nanti terlambat” ujarnya sambil melihat jam di tangannya, kado dari teman kantornya waktu dia ulang tahun dua bulan lalu, dia pakai karena menghargai pemberian orang katanya.
Aku ambil Rania dari gendongan ayahnya, berjalan menuju pintu.
“jangan nakal, jangan menyusahkan bunda”. Mencolek hidung putrinya lalu mencium keningnya. Kuambil tangannya ku cium takzim seperti biasa bentuk hormatku pada suamiku. dia mencium keningku lalu turun ke pipi melakukan hal yang sama pada putrinya.
“hati-hati mas” kalimat setiap pagi yang kuucapkan sebelum berangkat kerja. Dia masuk ke mobil menghidupkan mesinnya, mobil bergerak mundur keluar garasi. Sebelum berangkat dia melambaikan tangannya pada kami. Sampai hilang dari pandangan kami baru masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Silfa Dewi
bagus banget cerita nya kakak
2023-10-17
0
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-07-28
0
Miracle
Assalamualaikum thor,,mf aku lom baca pi dh komen duluan🤭🙏.
Dr yg komen aku greget mo baca pi,,hati takut tersakiti😁😉.
Klo komen kaya yg di atas berarti otornya
hbt bikin cerita bs pemirsah baper😂😂.
Itu aja sih thor😊.
Met lanjutkan karya mu thor☺.
2022-12-04
1