*****Mentari bersinar cerah semoga tidak akan turun hujan, karena kadang hujan tidak ditandai mendung terlebih dahulu, ayo sahabat onlineku sedia payung sebelum hujan*****. ****Persiapkan mental sebelum hal buruk terjadi**** “.
Seseorang mengupdate status hari ini aku baca sambil tersenyum nama akunnya aneh gambarnya tangan menggengam bunga mawar merah.
Banyak sekali ragamnya penghuni sosial media ada yang memamerkan liburan, makan bersama keluarga, tas branded, perhisana baru, anak suami bahkan hewan peliharaan juga.
Hiburan gratis menghilangkan kejenuhan di pagi hari sambil menunggu pelanggan datang. Dan aku hanya sebagai penyimak saja.
Aku tidak pernah mengumbar masalah pribadi di sosial media, larangan keras dari suamiku apalagi kalau ada fotoku bisa panjang urusan, tapi tidak berlaku Untuk rania.
Apapun tentangnya boleh di upload asal pantas dan sopan dan tidak ada menyinggung perasaan orang lain. Jadilah kebanyakan sosial mediaku isinya foto-foto Rania dari bayi sampai sekarang itupun jarang, selain gambar resep masakan yang ku share ulang dari postingan orang lain.
“beli shampoo mbak...”suara itu membuyarkan lamunan. Aku bergegas ke depan setelah sebelumnya ku letakkan hp di meja.
“shampoo apa bu.. .masuk dipilih sendiri” jawabku mempersilahkan orangnya masuk.
“saya lihat tokonya mbk fira ini makin rame ya,,,g pengen diperlebar gitu mbak mumpung depan jalan itu mau dikontrakkan sudah kosong” ibu itu menunjuk toko kosong didepan.
“bekasnya toko mainan anak itu ya bu” aku penasaran
“Emang kenapa kosong” lanjutku lagi
“cari tempat yang lebih besar mbk, sekarang tambah besar tokonya ada dijalan anggrek” ibu itu menjelaskan.
“nanti saja bu saya belum kepikiran, ini masih mengumpulkan modal dulu,mudah mudahan nanti mampu pindah kesana” harapanku besar ingin memperluas usahaku tapi tak apa sudah dikasih ijin segini dulu sama mas amir aku tidak boleh serakah, pelan-pelan nanti bicara lagi.
Ibu itu pergi setelah membayar.Pelanggan datang silih berganti hingga tak terasa sudah jam 4 sore.
Saatnya pulang awal karena hari ini Mas Amir pulang awal ada yang mau dibicarakan katanya. Mengingat itu hatiku masih cemas, tapi penasaran.
Sejujurnya setelah pembicaraan kami tiga hari yang lalu sikapnya semakin aneh, semakin terlihat lebih pendiam. Pulang tidak pernah terlambat berangkat jam 7 seperti biasa bahkan ketika sarapanpun dia tidak terlalu berselera.
Berat sekali beban suamiku, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Mencecarnya dengan pertanyaanpun hanya akan menambah bebannya, lebih baik diam.
Kalau berangkat kerja tidak lupa memelukku juga Rania, benar-benar diluar kebiasaan. Dia juga sering manatapku dalam , aku memergokinya tidak sengaja saat kulihat dia menunduk dalam.
Terdengar bel rumah berbunyi bergegas aku membukanya, Rania menyusul dibelakangku gadis kecil ini tampak riang mau menyambut ayahnya pulang
Ku buka lebar pintu. “Assalamulaikum ayah “uluran tanganku menggantung, tidak percaya dengan apa yang kulihat saat ini. Kulihat wajah suamiku kemudian turun ketangannya.
Darahku seolah berhenti mengalir. Tangan yang biasa aku cium sebagai tanda hormatku pada suami, kini dia sedang berdiri dihadapanku menggandeng tangan perempuan.
Bibirku kaku mataku lekat menatap laki-laki tinggi tegap dihadapanku. Badanku gemetar, ada rasa sakit yang menyusup hatiku. aku bingung.
Yah,, lelaki kebanggaanku datang dengan perempuan lain, dan genggaman tangan itu sudah sedikit menjawab kebingunganku. Tuhan , ada apa ini aku pasti bermimpi. Yah, benar sekali aku pasti sedang bermimpi sekarang.
Tangan Mas amir memegang kedua bahuku membimbingku masuk, aku seperti patung bernyawa, aku membeku, sekujur tubuhku dingin jantungku berdebar lebih cepat, otakku tiba-tiba seperti buntu tidak bisa berfikir.
Perempuan itu berjalan dibelakang kami. Kakiku rasanya tidak mampu menopang badan. hilang seluruh kekuatan dalam diriku.
Disinilah kami sekarang duduk bertiga di ruang tamu setelah sebelumnya suamiku mengantar Rania kekamarnya.
“ini Andara kamu masih ingatkan?” membuka pembicaraan setelah beberapa menit Mas Amir duduk sambil memegang tanganku . perempuan itu ada di kursi sebelah kiri, kepalanya menunduk jarinya saling bertaut menandakan betapa gugupnya dia, tatapanku tajam kearahnya.
“Dia calon istriku, 3 hari lagi kami akan menikah”. Hahaha.. rupanya aku masih bermimpi, Bapak, ibu, atau siapapun bangunkan aku,,, tadi lupa tidak baca doa sebelum tidur, mimpi ini sangat menyeramkan.
Mukaku pucat, kurasakan jantungku lambat memompa seketika udara di sekitarku menjadi sesak, pandanganku gelap.
Setelahnya aku tidak ingat lagi hanya suara memanggil namaku dan tepukan kurasakan lembut dipipi. Aku bagai terbang, kakiku rasanya tidak menginjak bumi.
Ingatkan aku nanti kalau terbangun aku ingin mencubit pipi suamiku berani sekali dia muncul di mimpiku dengan wanita lain.
Ku kedipkan mata berulang-ulang silau rasanya kepalaku berat badanku lemas sekali, aku melihat sekeliling. Ah, aku masih dikamarku.
Aku haus, tenggorokanku kering. Tapi aku tidak bisa apa-apa. Sekedar menggerakkan tangan dan kaki saja rasanya sulit. Wangi aroma terapi tercium di inderaku, ada rasa hangat diujung hidung serta dikedua pelipisku.
“bersabarlah biar nanti aku coba pelan-pelan.” Samar samar kudengar suara dari samping tempat tidurku, itu suara suamiku. Masih terdengar indah masuk ketelinga.
“mas...” suaraku lemah sekali ada apa denganku...
“bunda sudah bangun?” Itu suara Rania kulirik dia ada diujung kakiku. Ku tersenyum kearahnya.
“kamu sudah bangun sayang, alhamdulillah...?”aneh sekali suamiku ada apa dengan wajahnya kenapa ada raut cemas terpancar disana.
“apa ada yang sakit?”lanjutnya lagi padahal pertanyaan yang tadi belum kujawab sudah ditambah pertanyaan satu lagu.
“Haus...”hanya itu yang mampu terucap dari bibirku. Cepat berbalik suamiku mengambil air di nakas menuangnya kedalam gelas dan dengan segera. Kulihat tangannya sedikit gemetar.
Diangkat nya kepalaku disodorkannya air minum ke mulutku, segar rasanya, sedikit mampu menghilangkan kering tenggorokan.
“Bunda kenapa pingsan, Rania takut bunda kenapa-napa ayah juga khawatir, ayah tadi yang menggendong bunda masuk kamar”penjelasan putri membuat kepaku berdenyut cepat.
Pertanyaan kembali berputar di kepala, pingsan? Aku pingsan? Tapi kenapa?. Ah tunggu jangan bilang yang tadi aku alami bukan mimpi.
Kulihat mas Amir. Dia menunduk dalam. Ya Allah...sakit tiba-tiba menghujam jantungku. Ada irisan luka yang tak terlihat.
Ku pejamkan mata mengingat kejadian itu, slide-slide kejadian itu berputar seperti rol film, warnanya hitam putih. Bagaimana tangan mas Amirku lelaki kebanggaanku menggandeng tangan perempuan itu.
Memutar pandangan mencari keberadaan perempuan laknat itu mana tahu ada disini.
Tatapannya lembut mengarah ke wanita itu , yang seharusnya hanya untukku. Dan apa kata terahir yang aku dengar, "calon istri"
Tuhan...runguku masih normal kan, belum pernah sekalipun aku ke dokter THT. Ada lelehan darah dari sayatan luka yang tak nampak, namun mampu kurasakan.
Tidakkah kau tahu mas , tajamnya lidahmu sudah membuat sayatan yang teramat dalam.
“Rania kekamar dulu ya...bunda sudah g apa-apa sayang.”suamiku menggendong Rania keluar anakku menurut. Rasa sakit itu seperti nyata apa memang benar ini semua...rasa sakit kembali menusuk hati rasa ingin marah,benci bercampur jadi satu.
teganya kamu mas. Aku taruh kepercayaan penuh ternyata disalah gunakan. Boleh kah aku membencimu sekarang.
“Masih sakit?” dia datang berjalan mendekatiku menggengam tanganku,ku tarik tanganku kasar. Apa yang harus aku lakukan sekarang?. Bagaimana aku harus menghadapinya.
“Kita kedokter ya, takut ada yang serius”. Seharusnya suara itu mampu menenangkanku,,, tapi tidak, suara itu telah berubah memuakkan, rasa ingin memaki semakin kuat. Tapi aku tahan. Tatapan tajam ku arahkan , membuat laki-laki dihadapanku terdiam dan menunduk dalam.
Felicia Andara akrab disapa Andara, perempuan cantik nyaris sempurna terlahir dari keluarga kaya, banyak lelaki di kampusku dulu mengincarnya.
Tinggi, putih rambut hitam panjang lurus tergerai, jalannya bak supermodel. Suaranya merdu terdengar. Dia adikk tingkatku satu tahun. Banyak laki-laki yang menginginkan dia jadi pacarnya. Tapi mas Amirlah laki-laki yang beruntung itu.
Yah, diperempuan dari masa lalu suamiku. Aku sadar, seujung kukupun aku tidak akan mampu bersaing dengannya. Tapi mengapa dia datang lagi dikehidupan suamiku, dan diperkenalkan sebagai calon istrinya.
Allah...mengingat itu hati ini rasanya seperti ditusuk ribuan belati. Bangsat kau mas Amir, teganya kau mendatangkan luka sedemikian pedih dalam hidupku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Dwi Sasi
Mulai konfliknya
2022-03-10
0
Alea Wahyudi
pergi yg jauh bawa anakmu ...mending jadi janda dari pada di madu ky gak ada laki2 lain aja
2022-03-03
1
Sukliang
ya mmg skt
2022-03-02
1