BAB.5 SAKIT YANG TERAMAT DALAM

Keluar....!!!!!!!” hardikku pada laki-laki didepanku. Entah kekuatan darimana aku bisa berteriak sekencang ini, mungkin sakit hati ini yang mendapatkannya. Dia mengangkat wajahnya terkejut.

“keluar kau dari sini aku tidak sudi melihat wajahmu” hardikku sekali lagi sesak didada sampai ketenggorokan tak ku hiraukan demi lampiasan sakit ini agar terbayar lunas. Aliran darah sudah naik ke ubun-ubun panas menjalar sampai seluruh raga.

“istighfar sayang...”hanya itu kata yang keluar dari mulutnya, semakin menambah benci di hati.

“kenapa kamu seperti ini Fira” matanya masih melotot kearahku

“kenapa,,, kamu tanya kenapa” bodoh sekali lelakiku ini, setelah luka yang dia torehkan api amarahku sudah tersulut dia masih bertanya kenapa. Sungguh hebat aktingnya beri dia penghargaan sebagai aktor terbaik tahun ini.

“seharusnya pertanyaan itu untukmu dan wanita penggoda itu” suaraku sudah menggema mengisi seluruh kamar, bahkan mungkin sudah terdengar sampai ke kamar Rania aku tidak perduli

“Dia bukan penggoda, aku yang memintanya”

Ya Rab...apalagi ini. Bahkan dia masih membela wanita murahan itu dihadapanku dihadapan istrinya sendiri, wanita yang telah memberinya satu orang anak, wanita yang menemaninya dari nol, wanita yang katanya akan dia cintai sampai maut memisahkan.

Apa yang terjadi dengan suamiku, mengapa dia begitu ingin melindungi perempuan itu. Tahukah kamu suamiku rasa benciku semakin menggunung karna tajam lidahmu.

Aku bangkit ku tarik tangan laki-laki ini sekuat tenaga yang tersisa, aku menariknya kepintu dan mendorongnya dengan keras, aku tahu laki-laki itu tak sepenuhnya melawanku.

“Bunda tenangkan dirimu jangan seperti ini, kita bisa bicara baik-baik aku mohon aku bisa adil untuk kalian berdua” setiap kata yang keluar dari mulutnya bagai ratusan duri tajam menancap jantung. tak kuhiraukan dia, kutahan bibir untuk meghardiknya lagi. Kubanting pintu keras. Kuputar kunci. Aku menangis bersandar dibelakan pintu, kakiku lemas sampai terduduk.

Tak ku hiraukan suara memanggil-manggil dari luar, gedoran berulang tak mampu menggoyahkan pendirianku. Aku terduduk dengan kedua tangan memeluk lutut, kubenamkan wajahku disana.

Airmata ini cukup menjadi bukti betapa kecewanya aku pada laki-laki yang beberapa jam yang lalu masih ku banggakan.

“Buka pintunya sayang kamu masih sakit jangan seperti ini, jangan menyiksa dirimu sendiri. Aku minta maaf, aku memang laki-laki tidak berguna maafkan aku”. Dan sederet kalimat lain yang diucapkan sambil mengetuk pintu dari luar. Ku tutup telingaku rapat kedua tangan kutekan kuat agar tak ada celah suara dari pria brengsek itu masuk, yang hanya akan menambah muakku saja.

Kalau aku boleh bertanya mengapa,,,mengapa aku yang harus mengalami ini, apa salahku, kulakukan semua yang dia minta, menjadi istri dan ibu yang baik sudah kulakukan, mengapa begitu kejam suamiku membuatku jatuh dan terpuruk dalam sekejap mata.

Dadaku sesak tenggorokan panas nafasku tersengal amarahku tidak dapat pelampiasan. tertahan, menggumpal bergelung bersama darahku yang mendidih.

Kepalan tanganku arahkan kekepala, memukul dengan keras menyesali kebodohanku saat ini. Menyeret kaki ke arah tempat tidur kutelungkupkan badan, seprai maroon bergambar bunga mawar merah ini ku remas sekuat tenaga, aku ingin berteriak menumpahkan segala amarah dan kecewa yang berkecamuk didada.

Seharusnya aku tidak mengabaikan tanda mas Amir berhianat dibelakangku, membohongi dan melukai kepercayaanku. Pulang larut berangkat pagi seharusnya itu menjadi sinyal awal tapi bodohnya aku tidak pernah mencuriginya sama sekali, aku pikir suamiku takkan menghianati kepercayaanku, permintaan maafnya yang tiba-tiba aku pikir karena dia tidak punya waktu. Ku kira kesibukannya mengemban jabatan baru dikantornya yang telah menyita waktu. Meremas semakin kuat dan kupukul kasur sekuat tenaga. Menumpahkan segala benci dan sakit ini.

Setidaknya kalau aku peka sedikit saja mungkin semuanya tidak akan terlambat, rasa sakit ini tak akan menimpaku, penghiatan dan perselingkuhan mas amir bisa ku cegah. Tapi apa, bahkan cerita mbak tini sebulan yang lalu aku abaikan, bahwa suaminya bertemu dengan suamiku bersama wanita cantik saat meninjau renovasi rumah yang kebetulan suami mbak tini ikut bekerja disana.

“rekan bisnisnya paling mbak, dia kan rekan bisnis sama teman kantornya banyak ” jawabku kala itu

“tapi, suamiku lihat bapak jongkok membersihkan sepatu teman wanitanya bu terus, waktu pergi bapak gandengan” mbak tini memanggil suamiku bapak.

“Apa salahnya mbk membantu teman, suamiku memang gitu orangnya, kalau masalah gandengan mungkin suami mbk tini salah lihat ” jawabku santai.

Ingatan itu berulang di kepala bagai cuplikan film berlarian. Menyentak ingatan satu persatu tentang suamiku, tentang kekejamannya membohongiku. Biadab....

Jangan-jangan jam tangan yang dipakai dari wanita murahan itu, oh,,,bodoh,,,bodoh,,,bodoh,,, ku ketuk kepalaku berulang. Kembali airmataku mengalir hati ini tersayat. Allah...apakah ini cobaan atau balasan atas lakuku selama ini. Lelah berpikir lelah hati ini, tak pernah merasakan sakit yang sedemikian mengerikan, datang begitu tiba-tiba tanpa persiapan terlebih dahulu.

Ah, iya parfum, mas Amir mengganti parfum yang biasa dia pakai dari sebulan yang lalu. Aroma parfum waktu masih dibangku kuliah menjadi pilihannya, aku masih ingat betul aroma itu. Waktu aku tanya dia hanya menjawab hanya ingin ganti saja bosen katanya, apa salahnya ganti bukan. Dan itu pun masih bisa kumaklumi tanpa menimbulkan kecurigaanku.

Kerjapkan mata berulang ,silau...kepalaku sakit sekali, aku tertidur tidak ingat dari jam berapa, lelah menyerang. Kulirik jam didinding, jam dua masih dengan posisi telungkup rasanya badanku kaku semua aku berbalik perlahan. Berapa lama aku tertidur. Aku belum shalat isya’. Kuseret kakiku menuju kamar mandi yang ada dikamar. Lemah sekali aku, ternyata amarah bukan hanya mengikis pikiran bahkan tenagakupun lemah, tetap memaksakan diri demi kewajibanku pada pemilik hidup. Akan ku adukan semua perbuatan Mas amir padanya bagaimana dia dengan kejam telah menghianatiku.

Kegelar sajadah dilantai kamarku , kain putih polos ini menutup badanku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Khusyuk kulakukan sampai terahir ditutup salam tak kuasa membendung airmata ini, keluar tanpa perintah, sakit hati melebihi sakit dibadan ini. Sujud dan airmata menjadi pelampiasanku akan amarah ini. Benar-benar ku adukan semua pada pemilik jiwa dan ragaku jerit dan tangisan hanya mampu sampai leher, biarlah hanya aku dan Rabku yang tahu. Betapa hancur dan tersiksanya aku atas apa yang Amir lakukan. Entah mengapa menyebut namanya saja sekarang membuatku muak.

Meringkuk diatas tempat sujud dengan mukenah yang masih menempel dibadan. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang Ya Allah,,,aku bingung otakku lelah berpikir. Menerima permintaan mas amir tidak mungkin, atau berpisah dengannya pun aku tak sanggup, hati ini terlalu mencintainya. Kepalaku berdenyut keras, sakit kutekan sekuat tenaga. Sakit,,,, sakit ini teramat dalam menyiksaku.

“Bunda,,,”suara dipintu yang awalnya pelan semakin keras bahkan laki-laki itu menggedor semakin keras, panggilan suaranya berulang tak kalah kerasnya. Muak aku entah, mendengar suaranya saja membuat aku ingin menampar dan mencakar wajahnya.

“sayang,,,kamu tidak apa-apa, Fira...Fira... jangan membuatku takut, dari semalam kamu belum makan,,,buka pintunya sayang”semua panggilannya padaku dikeluarkan hanya agar aku membuka pintu. Aku tidak peduli tak kuhiraukan suara yang semakin membuatku muak saja. Lama terdengar semakin keras, aku meringkuk semakin dalam air mata masih mengalir dengan deras,,,ku usap kasar. Bahkan cairan hidungku ikut berlomba.

Perutku perih, seperti ditusuk-tusuk. Suara

dipintu menghilang aku tidak peduli, Masih betah bertahan dengan posisi ini, adzan subuh berkumandang dari masjid kompelks bersahutan dengan masjid yang berdekatan dengan kompleks ini. Memanggil jiwa yang terlelap, menghempaskan lelah setelah pagi berkutat dengan urusan dunia.

Bangkit melaksanakan dua rakaat sebelum subuh, faedahnya seperti menggengam dunia dengan isinya, kebiasaan ini rutin kulakukan. Biasanya aku tidak se khusyuk sekarang, rasa ingin mengadu membuat aku betah berlama-lama bertemu dengan Rabku.

Melanjutkan shalat subuh, untaian doa kulantunkan setelah mengangkat tangan lebih dalam. Air mata semakin deras tak kuasa kubendung, kuadukan semua, sakit, sedih kecewa, putus asa bahkan mungkin saat ini kurasa bingung tidak tahu harus berbuat apa.

Terpopuler

Comments

nur miati

nur miati

ikut nyesek

2022-08-16

0

Kensi Arka

Kensi Arka

lelak kbnykni mmg sprt itu kalo sukses

2022-05-05

0

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Teganyaaa

2022-03-10

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. MEMULAI HARI
2 BAB 2. BAHAGIA DENGAN BERSYUKUR
3 BAB 3. PERMINTAAN MAAF AMIR
4 BAB 4. PEREMPUAN DARI MASA LALU
5 BAB.5 SAKIT YANG TERAMAT DALAM
6 BAB. 6. MEMPERTAHANKAN APA YANG MENJADI MILIKKU
7 BAB. 7. MENYENTUH NALURI SESAMA WANITA
8 BAB 8. PASRAH
9 BAB 9. MASA LALU ITU...
10 Bab 10. Hari pernikahan
11 Bab 11. TINGGAL SATU ATAP
12 Bab 12. SAKIT
13 BAB 13. PULANG KAMPUNG
14 BAB 14 MENERIMA TAKDIR
15 BAB 15. UNDANGAN PERNIKAHAN
16 BAB 16. HADIAH ULANG TAHUN
17 Bab 17. HIDUP HARUS TERUS BERJALAN
18 BAB 18. MULAI MENUNJUKKAN ASLINYA
19 BAB 19. BANGKIT
20 BAB 20. BERHENTI MERATAPI NASIB
21 BAB 21. MENERIMA TAWARAN
22 BAB 22. KUNJUNGAN MERTUA
23 BAB 23. POV AMIR
24 BAB 24. JALAN TERBAIK
25 BAB 25. HARI YANG ANEH
26 SIAPA SRI?
27 KECURIGAAN AMIR.
28 APA KABAR ANDARA?
29 PEMBUKTIAN
30 JANJI YANG TERLANJUR TERUCAP
31 TRAUMA
32 MENYINGKAP TABIR PART 1
33 MENYINGKAP TABIR PART II
34 MENYINGKAP TABIR PART III
35 MENYINGKAP TABIR PART IV
36 CEO GLOBAL GROUP
37 KESALAHAN YANG TERULANG
38 PERGI MENJAUH
39 MENIKMATI KEBEBASAN
40 SURAT ELEKTRONIK PART 1
41 SURAT ELEKTRONIK PART 2
42 BUAYA DARAT
43 PENCAPAIAN
44 KEMARAHAN BANG FATIH
45 WISUDA
46 PENGUMUMAN
47 KETINGGALAN PESAWAT
48 PERSEKONGKOLAN
49 LUKA YANG TERULANG.
50 KENYATAAN
51 HATI YANG HAMBAR
52 ANAK YANG TAK DIINGINKAN
53 KLINIK AZ-ZAHRA
54 KABAR DUKA
55 PELAJARAN HIDUP
56 TIGA TAHUN LALU
57 JATUH CINTA LAGI (END)
58 EKSTRA PART ( POV AMIR )
59 EKSTRA PART (POV FATIH)
60 EKSTRA PART (AHIR YANG INDAH)
61 PENGUMUMAN
62 PENGUMUMAN
63 PENGUMUMAN
Episodes

Updated 63 Episodes

1
BAB 1. MEMULAI HARI
2
BAB 2. BAHAGIA DENGAN BERSYUKUR
3
BAB 3. PERMINTAAN MAAF AMIR
4
BAB 4. PEREMPUAN DARI MASA LALU
5
BAB.5 SAKIT YANG TERAMAT DALAM
6
BAB. 6. MEMPERTAHANKAN APA YANG MENJADI MILIKKU
7
BAB. 7. MENYENTUH NALURI SESAMA WANITA
8
BAB 8. PASRAH
9
BAB 9. MASA LALU ITU...
10
Bab 10. Hari pernikahan
11
Bab 11. TINGGAL SATU ATAP
12
Bab 12. SAKIT
13
BAB 13. PULANG KAMPUNG
14
BAB 14 MENERIMA TAKDIR
15
BAB 15. UNDANGAN PERNIKAHAN
16
BAB 16. HADIAH ULANG TAHUN
17
Bab 17. HIDUP HARUS TERUS BERJALAN
18
BAB 18. MULAI MENUNJUKKAN ASLINYA
19
BAB 19. BANGKIT
20
BAB 20. BERHENTI MERATAPI NASIB
21
BAB 21. MENERIMA TAWARAN
22
BAB 22. KUNJUNGAN MERTUA
23
BAB 23. POV AMIR
24
BAB 24. JALAN TERBAIK
25
BAB 25. HARI YANG ANEH
26
SIAPA SRI?
27
KECURIGAAN AMIR.
28
APA KABAR ANDARA?
29
PEMBUKTIAN
30
JANJI YANG TERLANJUR TERUCAP
31
TRAUMA
32
MENYINGKAP TABIR PART 1
33
MENYINGKAP TABIR PART II
34
MENYINGKAP TABIR PART III
35
MENYINGKAP TABIR PART IV
36
CEO GLOBAL GROUP
37
KESALAHAN YANG TERULANG
38
PERGI MENJAUH
39
MENIKMATI KEBEBASAN
40
SURAT ELEKTRONIK PART 1
41
SURAT ELEKTRONIK PART 2
42
BUAYA DARAT
43
PENCAPAIAN
44
KEMARAHAN BANG FATIH
45
WISUDA
46
PENGUMUMAN
47
KETINGGALAN PESAWAT
48
PERSEKONGKOLAN
49
LUKA YANG TERULANG.
50
KENYATAAN
51
HATI YANG HAMBAR
52
ANAK YANG TAK DIINGINKAN
53
KLINIK AZ-ZAHRA
54
KABAR DUKA
55
PELAJARAN HIDUP
56
TIGA TAHUN LALU
57
JATUH CINTA LAGI (END)
58
EKSTRA PART ( POV AMIR )
59
EKSTRA PART (POV FATIH)
60
EKSTRA PART (AHIR YANG INDAH)
61
PENGUMUMAN
62
PENGUMUMAN
63
PENGUMUMAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!