Ratih tak bertanya apapun tentang kejadian tadi. Aku yang sudah mulai tenang berharap bisa kembali memejamkan mata dan melanjutkan tidur mengingat hari masih larut malam.
"Dik, ayo kita tidur." ucapku pada Ratih yang baru saja kembali dari dapur.
"Iya, Mas. Mas Hadi tidur dulu saja. Ratih belum ngantuk lagi." jawabnya lembut.
Dia tak berbicara apapun lagi. Yang ku lihat, dia hanya sibuk menata rambutnya yang terurai panjang. Tak lama kemudian, Ratih keluar kamar dan tak tahu mau kemana.
"Ah, mungkin dia mau ke kamar mandi." batinku.
Aku menarik selimut dan menutupkannya hingga sedada. Mencoba untuk memejamkan mata dan kembali tidur.
"Nina bobo...ooohhh...nina bobo... kalau tidak bobo di gigit nyamuk."
Seketika mataku terbuka dan kembali segar saat samar terdengar suara perempuan menyanyikan lagu nina bobo. Pikiranku melayang, seingat ku tak ada tetangga yang memiliki bayi di sekitar rumah. Bahkan jarak rumah tetangga kami tidak terlalu dekat. Belakang rumah masih terhalang pekarangan dimana aku tadi melihat sosok bayi menyeramkan itu. Sedangkan sebelah kanan dan kiri pun sama. Masih ada beberapa pekarangan milik tetangga, meskipun tak lebar, namun mustahil jika suara tetangga yang menimang anak akan terdengar sampai di rumah kami.
"Boboklah sayang... boboklah sayang..." lagi, nyanyian itu sungguh membuat bulu kudukku berdiri. Suara wanita yang lembut dan mendayu-dayu itu sungguh mampu menghipnotis siapa saja yang mendengarnya. Jangankan bayi, aku sendiripun juga akan terlelap jika di nyanyikan lagu dengan suara merdu seperti itu. Namun masalahnya, siapa tengah malam begini menyanyikan lagu nina bobo di sekitar rumah. Rasa penasaran itu memaksaku untuk beranjak dan mencari sumber suara itu. Aku berniat bertanya pada Ratih istriku, siapa tahu dia juga mendengarnya.
Dan benar saja, sedari tadi aku bahkan tak menyadari kalau Ratih belum juga kembali.
"Dik." panggilku lirih. Aku mencari ke seluruh ruangan karena ternyata Ratih dan ada di kamar mandi.
"Dik." lagi, ku panggil nama itu. Namun tak juga ada jawaban. Sepi, begitulah suasana malam ini.
"Hahaha ..."
Aku terhenti di depan pintu dapur. Mengapa aku tak menyadari untuk mencari Ratih di belakang rumah. Tentu saja hanya itu satu-satunya tempat yang belum ku datangi. Mengingat kejadian tadi, aku berpikir Ratih tak akan keluar malam-malam begini.
"Dik." aku memastikan sosok perempuan yang berdiri membelakangiku itu, Ratih. Sosok itu berdiri dan bergoyang-goyang seolah-olah sedang menimang dan menidurkan anak kecil.
Aku hanya memperhatikan sosok itu dari pintu. Dari postur yang ku lihat memang benar itu Ratih. Hanya saja, sedang apa dia malam-malam begini disini.
"Dik." perlahan aku mendekatinya.
"Mas." Ratih menoleh ke arahku. Senyum itu, mengingatkanku akan sosok menyeramkan yang ku temukan beberapa kali terakhir ini.
"Mas, sini." ucap Ratih sambil berjalan mendekat ke arahku. Tangannya terlihat sedang menggendong sesuatu.
"Lihatlah, lucu kan?" ucap Ratih sambil tersenyum melihat ke arah sosok bayi yang berada di gendongannya.
"Bayi siapa ini, Dik?"
"Bayi kita, Mas." ucap Ratih dengan berbinar. Ku perhatikan dengan seksama bayi itu. Tampak normal seperti bayi pada umumnya. Bahkan wajahnya tidak menyeramkan seperti apa yang aku lihat.
"Kamu ketemu anak ini dimana?" aku semakin penasaran. Lagi pula, mana ada bayi sendirian di luar rumah tanpa siapapun bersamanya.
"Aku tidak tahu, Mas. Tiba-tiba saja anak ini mendekatiku. Bagaimana kalau kita rawat saja anak ini, Mas?" pinta Ratih dengan tatapan memohon. Ingin sekali aku menolak permintaannya, lagi pula anak ini tidak jelas asal usulnya. Bagaimana kalau ini jebakan, atau anak yang terpisah dari orang tuanya. Bisa-bisa kami akan di tuduh menculik anak ini dan menyembunyikannya. Apalagi kalau ternyata anak ini, setan.
"Aaarrkkhhh..." otakku tak bisa berpikir jernih. Aku hanya mengusap kasar rambutku yang memang sedang kusut.
"Mas, kasihan dia." pinta Ratih memelas. Tak tega aku melihatnya merajuk seperti itu. Bahkan Ratih terlihat sangat bahagia saat mendekap bayi itu yang tampak nyaman dan tertidur di pelukan Ratih istriku.
"Baiklah, Dik. Tapi besok kita harus lapor ke perangkat Desa kalau kita menemukan bayi."
Ratih tersenyum kegirangan. Bahkan dengan riangnya dia membawa bayi itu masuk tanpa mempedulikan aku lagi yang jujur saja masih ragu dengan keputusanku saat ini untuk membawa bayi itu masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
Sulasih Ni Putu
Semoga pasangan ini ndak terjerumus, kasian. Kadang ada saja orang yg awalnya baik tapi idupnya susah bakal terjerumus ke hal2 aneh karena himpitan ekonomi. Klo bisa jadi kaya gratis cuman hongkang2 kaki ya enak, tapi kan ndak ada yg gratis 🤭 Nyari jalan pintas toh tetep capek ini itu ya percuma. Mending nikmati yg ada saja, disyukuri
2022-11-16
15