Terpaksa Menikah Muda
Alina Fauziah itulah namanya. Dia tinggal di sebuah desa kecil bersama ayahnya.
Ibunya meninggal karena sakit keras, dan sekarang Alina juga harus mengurus ayahnya yang sedang sakit.
Alina bekerja sebagai tukang cuci piring di sebuah warung makan, yang tidak jauh dari rumahnya.
"Pak Alina pulang."ucap Alina sambil menghampiri ayahnya yang sedang terbaring lemas di kamarnya.
"Alina maafin bapak, karena bapak tidak bisa membahagiakan kamu. Bapak hanya menjadi beban buat kamu."lirih Bayu bapak Alina.
"Bapak jangan bicara seperti itu, Alina sayang sama bapak. Cuma bapak yang Alina punya sekarang, Alina akan kerja keras mencari uang supaya bisa mengobati bapak sampai bapak sembuh."
"Bapak hanya ingin kamu selalu bahagia nak!"
"Pasti pak, Alina pasti akan selalu bahagia, kalau begitu Alina ambil dulu nasi buat bapak makan ya,!"izin Alina seraya keluar dari kamar bapaknya dan mulai menangis di dapur.
"Bapak harus makan yang banyak, supaya bapak cepat sembuh."imbuh Alina yang kini tengah menyuapi ayahnya.
"Terima kasih nak, kamu memang anak yang baik."
"Uhukk .. uhukk..!"
"Bapa minum dulu!"seru Alina yang membantu ayahnya untuk minum.
"Alina sepertinya waktu bapak sudah tidak lama lagi."lirih Bayu yang kini menatap langit-langit rumahnya.
"Bapak jangan bicara seperti itu, Alina yakin bapak akan sembuh."balas Alina sambil menggigit bibir bawahnya menahan dada yang kini terasa sesak.
"Alina jika bapak sudah tiada, kamu harus pergi ke Jakarta. Temui teman bapak disana ya nak!"pesan Bayu dengan suara yang berat.
"Tidak bapak jangan bicara seperti itu, Alina gak mau kehilangan bapak. Alina sayang sama bapak."ucap Alina yang mulai menangis.
"Ini alamat teman bapak disana."Bayu mengambil secarik kertas dengan sebuah amplop putih dari dalam lemari kecil yang berada di samping tempat tidurnya.
"Ambil ini nak!"pinta Bayu seraya tangannya menyodorkan secarik kertas beserta amplop putih itu pada Alina. Tangan Alina tampak ragu untuk mengambilnya, tapi keinginan ayahnya tidak bisa Alina tolak.
Tangan Alina mengambil secarik kertas dan amplop itu dari tangan sang ayah yang mulai melemah.
"Bapak yakin teman bapak akan mau mengurus kamu. Uhuk..uhuk.."suara Bayu berat.
"Enggak.. Alina gak mau pak .. hiks ..hiks ..Alina mohon pak, bapak jangan bicara seperti itu." tangis Alina pecah.
"Berjanjilah kamu akan pergi ke Jakarta nak!"pinta Bayu yang semakin melemah.
"Bapak.. Alina mohon jangan bicara seperti ini pak. Alina nggak suka."suara Alina yang serak dengan tangan menggenggam tangan sang ayah.
"Bapak mohon Alina, ber - jan - ji - lah." kata - kata terakhir dari ayah Alina, dengan menghembuskan nafas terakhirnya.
"Bapak...!"teriak Alina sambil menangis tersedu - sedu.
"Jangan tinggalin Alina pak, hiks... hiks..Alina gak punya siapa - siapa lagi. Alina mohon bapak bangun pak!" ucap Alina sambil mengguncang - guncang tubuh ayahnya.
"Bapaaakkkk ...!"teriakan dan tangisan Alina menggema di rumah yang tidak terlalu besar itu.
Setelah pemakaman ayahnya selesai. Alina hanya bisa menangis dan menangis. Meratapi nasibnya yang begitu malang.
Satu - satunya orang yang selama ini Alina perjuangkan untuk kesembuhannya, sekarang juga telah pergi dari kehidupannya.
Kenapa Tuhan, kau mengambil orang-orang yang aku sayangi dan cintai. Kau sungguh tidak adil padaku. Sekarang aku harus kemana?Apa aku harus ke Jakarta sesuai dengan keinginan terakhir ayahku? batin Alina dengan air mata yang berderai.
Pada akhirnya Alina memutuskan untuk pergi ke Jakarta, demi untuk memenuhi keinginan sang ayah yang terakhir.
Tibalah Alina di Jakarta, dia mencari alamat yang tertera pada secarik kertas yang di berikan mendiang ayahnya.
Sampai akhirnya Alina menemukan alamat yang di carinya. Dia tiba di sebuah rumah besar bernuansa putih.
"Apa benar ini alamat rumahnya?"gumam Alina sambil mencocokan alamat rumah itu dengan kertas yang kini berada di tangannya.
"Permisii pak, apa benar ini rumahnya pak Seno?" tanya Alina pada satpam yang sedang menjaga rumah besar itu.
"Iya benar, adek siapa?"tanya satpam yang berada di halaman rumah besar itu.
"Saya anak dari temannya pak Seno."jawab Alina dari luar gerbang rumah mewah itu.
Apa mungkin tuan Seno punya teman yang anaknya model kaya begini? batin satpam itu seraya matanya mengamati Alina dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Bisa saya masuk pak?"tanya Alina.
"Maaf dek tapi tuan Seno sedang tidak ada di rumah, beliau sedang pergi ke kantor."tutur pak satpam.
"Kira-kira pulangnya masih lama nggak ya pak?"kembali Alina bertanya.
"Biasanya pulangnya jam tujuh malam dek."jawab pak satpam.
"Umm..Kalau begitu boleh saya menunggu disini pak?"izin Alina.
"Iya silahkan."jawab satpam dengan menganggukan kepalanya.
Alina menunggu di luar gerbang rumah pak Seno, karena mungkin perjalanan yang Alina tempuh begitu jauh sehingga membuat Alina kelelahan dan sampai tertidur di depan gerbang rumah pak Seno dengan posisi duduk sambil memeluk tasnya.
Tidd... tidd.. mobil pak Seno memasuki pekarangan rumah, Alina yang merasa kaget langsung terbangun dari tidurnya dan langsung berdiri.
Alina mencoba masuk ke gerbang yang telah terbuka, dia berjalan dan terlihat satpam sedang berbicara dengan seorang laki - laki paruh baya yang seumuran dengan ayahnya.
Satpam menunjuk ke arah Alina di barengi dengan mata laki-laki itu yang menatap Alina dari kejauhan.
Kemudian satpam berlari menuju Alina."Adek bisa masuk, di tungguin sama tuan."imbuh pak satpam yang berlari tergopoh-gopoh.
Alina mengangguk."Terima kasih pak!"ucap Alina sambil berjalan masuk memasuki rumah mewah itu.
Alina melihat isi rumah yang ia pijak saat ini. Betapa terpukau nya Alina melihat seisi rumah yang begitu mewah dan begitu indah.
Mungkin bagi Alina rumah itu seperti istana di negeri dongeng. Sosok laki-laki yang Alina lihat tadi di luar mulai menghampiri Alina.
"Apa ada yang bisa saya bantu?"suara bariton laki-laki yang kini berada di hadapannya.
"Ma-maaf tuan saya ingin bertemu dengan Pak Seno."ucap Alina gugup.
"Saya adalah pak Seno."jawab pria paruh baya itu yang menatap intens wajah Alina.
"Ma-maaf tuan, saya kesini hanya memenuhi keinginan dari Almarhum ayah saya untuk menemui bapak."ungkap Alina sambil menunduk.
"Ayah kamu?"tanya Seno dengan menautkan kedua alisnya.
"I-iya tuan. Ini ada surat dari ayah saya untuk tuan."ucap Alina seraya tangannya mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
Alina memberikan sepucuk surat yang di berikan ayahnya pada Alina bersamaan dengan alamat rumah pak Seno,sebelum ayahnya meninggal dunia.
Isi dari surat tersebut adalah. ( Seno sahabatku. bagaimana kabarmu?ku harap kau baik-baik saja. Seno aku memiliki seorang putri dia sangat cantik dia mirip persis sama ibunya.
Kau ingat dulu kau pernah ingin menjodohkan anak kita, jika kau punya anak laki-laki dan aku punya anak perempuan.
Dan tuhan telah mengabulkan keinginan mu, aku memiliki seorang putri. Ku harap kau juga memiliki seorang putra.
Seno istriku telah meninggalkan aku, untuk selamanya. Dan sekarang aku juga mengidap penyakit paru-paru yang sudah kronis yang sulit untuk di sembuhkan. Mungkin umurku sudah tidak lama lagi dan mungkin ketika kau membaca surat ini aku sudah tidak ada di dunia ini lagi.
Seno aku mengirim putriku ke rumahmu, tolong jaga putriku karena dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi.
Kalau bukan kepadamu, kepada siapa lagi aku harus meminta tolong. Kau sahabat satu-satunya yang aku miliki, dan aku percaya hanya kau yang bisa menjaga putriku.Dari sahabat masa kecilmu Bayu.)
Seketika mata Seno mulai berkaca-kaca.
"Kau tau ayah mu adalah sahabat masa kecilku, kami tumbuh besar bersama-sama.Sampai pada akhirnya kedua orang tua ku pindah ke Jakarta, dan saat itulah kami tidak bertemu lagi sampai saat ini."lirih Seno.
"Dan sekarang ada kabar dari sahabatku tapi malah kabar yang menyedihkan seperti ini."Seno menyentuh bahu Alina.
"Kau akan tinggal disini, anggaplah rumah ini adalah rumahmu."jelas Seno.
"Terima kasih tuan."jawab Alina dengan wajah yang masih menunduk.
"Jangan memanggilku tuan, panggil saja saya ayah."pinta Seno dengan menghapus air asin yang berada di sudut matanya.
"Ba- baik tuan, ummm.. ayah."ralat Alina dengan menganggukan kepalanya.
"Siapa nama kamu?"tanya Seno.
"Nama saya Alina."jawab Alina masih dengan wajah yang menunduk.
"Bi inah!"panggil Seno.
"Iya tuan."sahut seorang perempuan yang berlari dari arah dapur.
"Tolong antarkan Alina ke kamar tamu."perintah Seno yang di jawab anggukan oleh BI Inah selaku pembantu di rumah itu.
"Ayo nona saya antar nona ke kamar."ajak bi Inah seraya tangannya membawakan tas milik Alina.
Seno melihat Alina yang berjalan menjauh.
Kau tenang saja Bayu,aku pasti akan mewujudkan keinginan terakhirmu.batin Seno yang menatap punggung Alina yang menghilang di balik pintu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Wirda Wati
mampir
2022-11-03
0
khairiah ❤😘xu kai 😉🤭
niat nya cuma mau bertamu, eh taunya malah jadi calon mantu 😅😅😅😅
2022-10-28
0
Melisa Author
mampir Thorrr 🙏 saling dukung ya? 😁
2022-08-31
0