Syarat Pernikahan

Matahari terbit, dengan memancarkan sinarnya yang begitu indah.

"Aduh aku kesiangan, malu kan kalau cuma makan dan tidur di rumah orang."gumam Alina seraya berjalan keluar dari kamarnya.

"Bi saya bantuin ya!"tawar Alina pada bi Inah yang sedang masak untuk sarapan pagi.

"Tidak usah nona, nona kan tamu disini biar bibi saja yang mengerjakannya."tolak BI Inah ramah.

"Tapi aku malu bi, kalau cuma numpang makan dan tidur doang jadi boleh aku bantuin bibi ya,!"Alina bersikeras.

"Ya sudah, kalau maunya nona seperti itu."jawab Bi Inah sambil tersenyum.

Setelah selesai memasak, Alina juga membantu bi Inah menata makanan di atas meja makan.

"Wah hari ini makanan nya terlihat berbeda." ucap Lisa sambil duduk di kursi meja makan yang baru dia tarik.

Tak berselang lama Seno dan juga Abian datang, dan mulai menduduki kursi mereka masing-masing.

"Dimana Alina?bi tolong panggilkan Alina!"perintah Seno yang di jawab anggukan oleh BI Inah.

"Itu nona Alina tuan!"seru BI Inah yang melihat Alina mulai berjalan ke arah meja makan.

Lisa, Abian dan Seno melihat ke arah Alina yang mulai mendekat.

"Alina ayo duduk nak, kita sarapan bersama."pinta Seno saat Alina sudah berada di hadapannya.

"Tidak usah pak, nanti saja saya sarapannya."tolak Alina lembut.

"Kenap nanti sekarang saja, ayo duduk!"kembali Seno meminta.

Alina tidak bisa menolak perintah dari Seno, akhirnya dia duduk untuk sarapan bersama keluarga Abian.

"Jadi ini yang namanya Alina, cantik sekali."puji Lisa saat Alina sudah duduk di samping Lisa.

"Terima kasih Tante."jawab Alina dengan seutas senyum di bibirnya.

Jangan bilang jika dia adalah gadis yang akan papah nikahkan sama gue. pikir Abian dalam hati dengan mata yang menatap tajam ke arah Alina.

Abian menatap jam yang melingkar di tangannya. "Pah aku pergi ke kantor duluan ya,!"pamit Abian terburu-buru.

"Habiskan dulu sarapan kamu."pinta Seno.

"Tapi aku udah telat, aku pergi!"pamitnya sambil beranjak dari duduknya dan mulai berjalan keluar dari rumah.

"Anak itu."decak Seno kesal.

"Sudahlah pah,"Lisa mencoba menenangkan suaminya itu.

Sedangkan Alina dia hanya menunduk karena merasa tidak enak, dengan sikap Abian yang pergi begitu saja. Apa mungkin karena kehadirannya yang membuat anak dari sahabat ayahnya itu terlihat kesal pikirnya.

Setelah sarapan selesai, Alina membantu bi Inah membereskan piring kotor bekas makan tadi.

"Alina biar bi Inah saja yang mengerjakan semuanya."tutur Lisa.

"Tidak apa-apa Tante, Alina sudah biasa mengerjakan semua ini."jawab Alina dengan tersenyum tipis.

Papah benar, Alina adalah gadis yang baik dia cocok untuk Abian. suara hati Lisa yang kini sedang menatap Alina yang sedang mencuci piring dari kejauhan.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Sayang, kapan kamu akan beliin aku kalung?"tanya wanita cantik yang sekarang berada di pangkuan putra pemilik perusahaan Jeguk Group itu, siapa lagi kalau bukan Abian.

"Tenang sayang, aku akan belikan kamu kalung berlian yang limited edition, ok."balas Abian seraya tangannya merapikan rambut sekretarisnya itu ke belakang telinga.

"Kamu janji kan?"tanya wanita itu memastikan.

"Apa sih yang nggak buat kamu."Abian mulai mendekatkan wajahnya ke wajah sekretarisnya itu.

Brakk.. pintu ruangan Abian terbuka yang membuat wanita yang sedang berada di pangkuan bosnya itu terlonjak kaget, sehingga langsung turun dari pangkuan bosnya itu.

"Saya ingin bicara berdua dengan anak saya."ucap Seno yang secara tidak langsung sedang mengusir halus sekretaris putranya itu.

Wanita itu bergegas berjalan keluar dari ruangan bosnya dengan wajah yang menunduk.

"Papa gangguin aku aja deh."protes Abian.

"Mau sampai kapan kamu bersenang-senang dengan wanita yang tidak jelas seperti itu."desis Seno kesal karena mendapati putranya yang masih belum bisa berubah.

"Ya sampai aku puas!"jawab Abian santai.

"Mulai besok kamu akan menikah dengan gadis pilihan papah, jadi siapkan diri kamu."perintah Seno yang membuat mata Abian terbelalak.

"Maksud papah?"Abian mencoba menelaah ucapan sang ayah.

"Apa kurang jelas kata-kata papah barusan."kembali Seno bertanya dengan posisi masih berdiri di depan putranya dengan kedua tangan yang di masukkan ke saku celananya.

"Apa masalah kehidupan aku harus papah yang memutuskan?"Abian mulai protes.

"Papah tidak ingin berdebat dengan kamu, jadi turuti saja perintah papah."tegas Seno.

"Ok tapi aku punya satu syarat."ucap Abian yang kini beranjak dari duduknya dan mulai berjalan sedikit dan kembali duduk di meja kerjanya.

"Syarat?syarat apa?"tanya Seno dengan menautkan kedua alisnya.

"Aku akan menikah dengan gadis pilihan papah, tapi aku ingin pernikahan ku di rahasiakan. Satu lagi jika dalam kurun waktu satu bulan, aku masih tidak menyukai atau mencintai gadis itu maka aku berhak untuk menceraikannya."tegas Abian.

"Ok papah terima syarat itu, bersiap-siaplah karena besok kamu akan menikah!"pesan Seno seraya menyentuh bahu sang putra sebelum keluar dari ruangan Abian.

Lihat saja gadis kampung, kamu tidak akan pernah bisa menjadi bagian dari kehidupan ku.batin Abian dengan senyum tipis di bibirnya.

"Ko papah sudah pulang jam segini?"tanya Lisa heran pada Seno yang baru saja memasuki rumah.

"Kita harus menyiapkan acara pernikahan untuk Alina dan Abian."tutur Seno.

"Maksud papah?"tanya Lisa memastikan.

"Besok mereka akan menikah."seru Seno sambil tersenyum sumringah.

"Papah serius?lalu apa Abian setuju dengan keinginan papah?"Lisa masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan suaminya itu.

"Iya mah, Abian sudah setuju untuk menikah dengan Alina."kembali Seno melukiskan senyuman tipis di bibirnya.

Tok! tok! tok!

Seno mengetuk pintu kamar Alina yang sedikit terbuka. Alina yang sedang melipat pakaiannya langsung berdiri untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.

"Pak Seno,!" lirih Alina saat pintu kamar dia buka.

"Saya ingin bicara sesuatu dengan kamu, bisa kita bicara sebentar?"tanya Seno.

"Bisa pak."jawab Alina dengan wajah yang menunduk.

Seno mulai berjalan dengan Alina yang mengekor di belakang.

"Alina apa kamu percaya dengan takdir?"tanya Seno yang kini sudah berada di sebuah balkon di rumahnya.

Alina hanya diam tidak menjawab.

"Kamu boleh menyebut ini takdir, yang harus kamu jalani. Bapak akan menikahkan kamu dengan putra ku satu-satunya yaitu Abian."tutur Seno dengan posisi berdiri membelakangi Alina.

Mata Alina seketika membulat tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

"Kamu masih ingat dengan surat yang Almarhum Bapak kamu berikan untuk Bapak?"sambung Seno yang kini membalikan badannya dan mulai menatap wajah Alina.

Alina hanya mengangguk. "Isi dari surat itu adalah Almarhum Bapak kamu ingin kamu menikah dengan anak Bapak, dan Bapak yakin kamu adalah anak yang baik yang akan menuruti apapun yang di inginkan orang tua kamu."

Lagi-lagi Alina di buat terkejut dengan penuturan Seno. "Jadi besok adalah hari pernikahan kamu dengan Abian, itu saja yang ingin Bapak sampaikan sama kamu." jelas Seno sebelum akhirnya berlalu pergi.

Alina hanya bisa diam mencoba menelaah semua kata-kata yang di ucapkan Seno barusan.

Bahkan lidah Alina pun terasa kelu untuk sekedar menanyakan atau bahkan menolaknya.

"Menikah?dengan orang yang sama sekali tidak aku cintai dan bahkan tidak aku kenal."gumam Alina tidak percaya.

Kenapa kemalangan selalu berpihak kepadaku?apa gadis miskin seperti ku tidak pantas bahagia?apa hanya penderitaan yang pantas aku dapatkan?Kenapa Tuhan kau begitu tidak adil terhadapku?apa kesalahanku sehingga kau menghukumku seperti ini? batin Alina dengan air mata yang mulai membasahi pipi putihnya.

Terpopuler

Comments

khairiah ❤😘xu kai 😉🤭

khairiah ❤😘xu kai 😉🤭

yakin dalam satu bulan kamu tidak akan jatuh cinta sama cewek pilihan papa mu 😲😲😲😲

2022-10-29

0

Nurdia Nailaaqila

Nurdia Nailaaqila

lanjut thor

2022-07-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!