Kejadian Memalukan

Setelah beberapa detik berlalu Abian mulai melepaskan bibirnya dari bibir Alina.

Sedangkan Alina dia hanya bisa diam mendapati perlakuan sang suami.

Abian mulai mengusap bibir Alina yang basah dengan tangannya. Sedangkan Alina dia masih tetap diam dengan mata menatap intens wajah sang suami di hadapannya itu.

Tanpa mengucapkan satu patah kata pun Abian mulai berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Alina yang masih diam mematung di tempatnya.

Abian berdiri sambil bersandar di pintu kamarnya yang baru saja dia tutup. Memejamkan mata dalam dengan membuang nafas panjang.

Bayangan saat dirinya mencium bibir Alina tadi mulai teringat di otaknya saat ini.

"Abi apa yang kamu lakukan?"gumam Abian dengan mata yang masih terpejam.

Sedangkan Alina mulai berjalan menuju kamarnya dengan bibir yang manyun, setelah melihat punggung sang suami yang menghilang di balik pintu kamarnya.

Alina begitu kesal dengan tingkah laku sang suami yang main pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.

"Itu tadi maksudnya apa coba?dia main nyosor gitu aja. Udah gitu main pergi gitu aja lagi tanpa ngomong apa-apa."gerutu Alina yang kini sudah duduk di atas tempat tidur di kamarnya.

Drtt.. drtt.. drtt..

Kembali ponsel Alina bergetar yang baru saja dia simpan di atas sebuah nakas di samping tempat tidurnya, tanda jika ada sebuah panggilan masuk.

Menatap layar ponsel yang berkedip, detik kemudian tangannya mengambil ponsel itu.

Kening Alina berkerut setelah melihat sebuah nama yang tertera di layar ponselnya.

"Pak Devan."gumamnya dengan tangan mulai menggeser icon warna hijau yang berada di layar ponselnya itu.

"Halo!"sapa Alina saat benda pipih itu sudah menempel di telinga kanannya.

"Halo Alina tadi saya telpon kamu, tapi tadi kamu nggak bicara padahal telponnya kamu angkat."jawab Devan dari sebrang sana.

Yang membuat Alina kembali mengingat kejadian yang baru saja terjadi. "Halo Alina kamu masih disitu kan?"suara Devan menyadarkan Alina dari lamunannya.

"I-iya pak saya masih disini."jawab Alina gugup.

"Alina besok malam ingat ya jangan sampai nggak datang ke acara pesta kantor."ucap Devan dari sebrang sana yang terdengar sedikit memerintah yang membuat Alina tidak bisa menolak perintah bosnya itu.

"I-iya pak akan saya coba usahakan untuk datang."jawab Alina.

"Ya sudah, saya tunggu kamu besok malam."kata-kata Devan sebelum akhirnya memutuskan panggilan telponnya.

Alina membuang nafas kasar sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang ranjang.

"Lebih baik sekarang aku tidur, masalah pergi ke acara pesta kantor besok sajalah aku pikirin lagi."gumam Alina seraya beringsut, dan mulai berbaring miring dengan tangan menarik selimut sampai ke lehernya.

Alina mulai memejamkan matanya untuk pergi ke alam mimpi indahnya.

Pagi hari di apartemen Abian, terlihat Abian tengah duduk bersantai di sebuah sofa di depan televisi, karena memang hari ini adalah hari Minggu sehingga membuat Abian bisa bersantai seperti sekarang.

Tak lama kemudian Alina keluar dari dalam kamarnya, dan mulai berjalan menuju sofa dimana kini Abian tengah duduk.

Alina duduk di sofa di samping sang suami, dengan tangan menyimpan ponselnya tepat di sebuah meja yang berada di hadapannya saat ini.

Sedangkan Abian terlihat fokus pada layar televisi yang kini sedang menyala di depan sana.

Drtt.. drtt.. drtt.. ponsel Alina bergetar di atas meja yang membuat mata Alina, dan Abian sama-sama menatap ke layar ponsel Alina yang menampilkan sebuah nama si pemanggil disana.

Saat tangan Alina hendak mengambil ponselnya, tiba-tiba tangan Abian malah lebih dulu mengambil ponsel miliknya itu yang membuat Alina terlihat kesal.

"Kebiasaan deh suka ngambil handphone orang tanpa izin."gerutu Alina dengan tangan yang mencoba mengambil ponselnya dari tangan sang suami.

Namun sepertinya Abian enggan memberikan ponsel Alina sehingga dia malah mencoba menjauhkannya dari Alina.

"Sini balikin handphone aku!"pinta Alina yang kembali mencoba mengambil ponselnya dari tangan sang suami.

Namun lagi-lagi Abian malah mengangkat ponsel Alina ke atas dengan tangannya, yang membuat Alina kesal di buatnya.

Tanpa aba-aba Alina langsung menabrak tubuh sang suami untuk mengambil ponsel miliknya dari tangan sang suami, sehingga membuat Abian terjatuh berbaring di atas sofa dengan tubuh Alina yang ikut terjatuh di dada bidang Abian.

Kini wajah Abian, dan Alina begitu dekat saking dekatnya mereka sampai bisa merasakan nafas mereka satu sama lain.

Abian menatap wajah Alina hingga matanya berhenti di bibir merah milik Alina yang alami tanpa polesan sebuah lipstik.

Kejadian saat dirinya mencium bibir Alina kemarin malam, kembali terbayang di ingatannya saat ini yang membuat Abian merasa ingin merasakan ciuman itu lagi.

Padahal Abian sudah sangat biasa dengan sebuah ciuman bibir dengan para mantan kekasihnya, namun entah kenapa Abian merasa berbeda jika berci**an bersama Alina.

Dan kali ini juga Abian menginginkan kembali ciu**n bersama Alina. Abian mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Alina.

Sedangkan Alina tampak seperti ingin menolak namun tangan Abian malah menekan punggung Alina supaya wajah Alina bisa lebih dekat lagi dengan wajahnya.

Abian mulai memiringkan kepalanya sedangkan Alina memilih memejamkan matanya.

"Ehem!"suara seseorang mengagetkan mereka berdua sehingga membuat mereka terperanjat, dan sama-sama bangun dari posisinya saat ini.

"Papah!"seru Abian gelagapan yang kini sudah berdiri begitupun dengan Alina yang sudah berdiri juga di samping sang suami.

"Maaf jika kedatangan papah dan mamah mengganggu kalian berdua."goda Seno yang tersenyum ke arah Lisa yang berdiri di sampingnya.

Lisa ikut tersenyum melihat gelagat sang putra dan menantunya itu yang terlihat salah tingkah.

"Papah apaan sih ganggu apa coba, ya udah ayo mah, pah silakan duduk!"Abian mempersilahkan dengan seutas senyum di bibirnya.

"Kalau begitu aku ambilkan air minum dulu ya mah, pah!"pamit Alina seraya berjalan menuju dapur.

Sedangkan Abian dia menatap punggung sang istri hingga punggung itu menghilang di balik pintu.

Melihat itu Seno, dan Lisa hanya bisa tersenyum sambil saling pandang.

Alina duduk di sebuah kursi yang berada di dapur.

Mengambil sebuah minuman kaleng dari dalam kulkas, lalu minuman kaleng itu dia tempelkan ke pipinya yang terasa panas.

"Dasar cowok nyebelin, jadi malu kan ketika datang Mama Lisa, dan papa Seno sedang dalam keadaan memalukan. Apa-apaan coba tadi, dan entah apa yang ada di dalam pikiran Mama Lisa, dan papa Seno sekarang."gerutu Alina masih dengan tangan sibuk menggeleng-gelengkan sebuah minuman kaleng dingin itu ke pipinya.

"Ngapain sih malah duduk disini?"suara Abian mengagetkan Alina sehingga membuat minuman kaleng yang kini dia tempelkan ke pipinya nyaris saja terjatuh.

"Ihh..! apaan sih ngagetin aja."gerutu Alina kesal.

"Kenapa sih sewot banget."jawab Abian.

"Tau ah."Alina bangkit dari duduknya, dan mulai berjalan meninggalkan Abian yang kebingungan dengan sikapnya itu.

Terpopuler

Comments

Wirda Wati

Wirda Wati

🤣🤣🤣🤣

2022-11-03

0

khairiah ❤😘xu kai 😉🤭

khairiah ❤😘xu kai 😉🤭

Nah kan udah mulai melanggar isi surat perjanjian, padahal dia sendiri yang bikin surat perjanjian nya, 😅😅😅😅

2022-10-31

0

Joni

Joni

lanjut kk

2022-07-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!