"Sepertinya kamu sangat berusaha keras untuk menyingkirkan aku dari kisah cinta segitiga ini ya?"
"Tentu saja. Aku kan sudah bilang padamu, aku akan menyingkirkanmu dan menjadi Nyonya Galang Suwiryo yang Sah. Kak sadarlah, Galang bukan milikmu, dia tidak pernah mencintaimu. Bertahan hanya akan membuatmu merasakan sakit, dan yang pastinya aku yang akan menyakitimu."
Karin menyeringai, memperlihatkan gigi-giginya yang putih.
"Lakukan apapun yang ingin kamu lakukan. Tapi Karin kamu harus ingat juga kata-kataku ini, sampai kapanpun aku tidak akan menyerah. Aku akan mempertahankan rumah tanggaku, karena aku yang menikah lebih dulu dengan Mas Galang."
"Terserah kalau kamu tetap ingin menjadi orang bodoh. Galang sudah bilang padaku, dia tidak perduli aku mau melakukan apa padamu. Asalkan kamu cepat mundur, dan mengakhiri pernikahan kalian."
"Kamu juga harus sadar diri dong kak. Lihat deh penampilanmu ini? mana selera Galang menyentuhmu? apa kamu tidak pernah merasa, kalau kamu itu seperti dianggap pembantu dirumah ini?"
"Jangan menyamakan aku denganmu. Meski penampilanku begini, tapi harga diriku sangat tinggi. Karena aku tidak pernah merebut yang bukan hakku."
"Halloooo...apa kakak tidak sadar dengan apa yang kakak ucapkan? tidak merebut hak orang lain? Marinka Diningrat, kamu kan tahu Galang itu milikku, jadi siapa disini yang merebut hak orang lain."
"Hubungan yang cuma sebatas pacaran, itu tidak bisa dibilang hak milik karena kalian belum Sah menikah. Sedangkan kamu? kamu tahu Mas Galang sudah menikah denganku, tapi kamu masih saja ingin masuk diantara kami."
"Memang payah kalau ngomong dengan orang yang tidak tahu diri. Dikatakan merebut, kalau Galang tidak mencintaiku. Tapi ini kan kami saling mencintai? seharusnya kamu itu yang tahu diri!" suara Karin sudah naik beberapa oktaf karena emosi.
"Kamu itu yang tidak tahu diri. Kalau bukan menjaga imanku, ingin rasanya aku benar-benar mencakar wajahmu, agar niat ingin merusak wajahmu benar-benar terkabul."
"Mau mencakarku? lakukan saja! sekali kamu melakukannya, aku yakin Galang akan langsung menceraikanmu," hardik Karin.
Karin langsung meninggalkan Marinka. wanita berpakaian ketat itu, berlenggak lenggok saat menaiki anak tangga seolah dirinya adalah nyonya besar dirumah itu.
Sementara itu Marinka hanya bisa mengepalkan tangannya dan kembali menahan sabar sebisa mungkin.
"Hah," Marinka menghembuskan nafas kasarnya.
Belum seminggu mendapatkan madu, dirinya sudah merasa lelah. Lelah mata, lelah hati, dan lelah bertengkar dengan Karin.
"Sebaiknya aku pergi kerumah Mama, Papa saja. Mungkin dengan bicara pada mereka, hatiku sedikit lega dan mereka bisa membantu memberikan solusi untuk masalahku," ujar Marinka lirih.
Marinka bergegas mengganti pakaiannya dan pergi ke rumah sang Papa angkat.
Tok
Tok
Tok
Marinka mengetuk rumah itu beberapa kali.
Ceklek
Tampak Paulin sang Mama angkat yang membukakan pintu untuk Marinka.
"Mama," Marinka mencium tangan Paulin.
"Kamu datang sendiri?" tanya Paulin.
"Ya. Mas Galang mulai masuk kantor pagi ini." Jawab Marinka.
"Masuklah!"
"Emm. Papa mana Ma?" tanya Marinka.
"Ada. Akan Mama panggilkan,"
Marinka duduk disebuah sofa sederhana berwarna abu-abu. Setelah menunggu kurang lebih selama 2 menit, Herman dan Paulin keluar bersamaan dari dalam kamar.
"Pa. Sehat Pa?" Marinka mencium tangan Herman sembari menanyakan kabar pria parubaya itu.
"Kamu datang sendirian?"
"Ya Pa. Mas Galang mulai masuk kantor hari ini, aku merindukan kalian, itulah sebabnya aku datang kemari. Oh ya, Inka bawa kue kesukaan Papa nih,"
Marinka menyodorkan sebuah kotak, yang berisi beberapa jenis kue kesukaan Herman.
"Terima kasih."
"Karin masih diluar negeri ya Pa?" tanya Marinka berpura-pura tidak tahu.
Herman dan Paulin saling berpandangan, seolah heran mendengar pertanyaan dari Marinka.
"Kenapa kamu menanyakan hal itu pada kami? bukankah kamu lebih tahu dimana dia berada saat ini?" tanya Paulin dengan santainya.
"Apa maksud Mama?" tanya Marinka yang ingin memastikan semua firasat yang dia rasakan adalah salah.
"Kami tahu Karin sudah menikahi suamimu saat ini. Meski baru menikah sirih, tapi kami yakin Galang secepatnya akan membuatnya menjadi istri Sah satu-satunya."
Jawaban tanpa perasaan itu bagai petir yang meluluh lantakkan pertahanan Marinka. Air mata Marinka dengan cepat berkumpul dikelopak matanya, dan sejenak lagi pasti akan segera runtuh.
"Ka-Kalian sudah tahu? apa maksudnya ini Ma? kalian membiarkan Karin menjadi Maduku? Madu untuk kakaknya sendiri?"
"Marinka. Hidup ini harus realistis, mana mungkin kami lebih mementingkan anak angkat ketimbang anak kandung kami sendiri."
"Papa juga tahu soal ini?" Marinka memindai tatapan matanya pada pria yang ada diseberang tempat duduknya.
"Tentu saja. Karena Papa sendiri yang menikahkan mereka." Jawab Herman dengan lugas.
Terjun bebas sudah air mata Marinka. Disamping syok, dia juga tidak menyangka kalau apa yang dikatakan Karin benar adanya. Marinka tiba-tiba tertawa, hidung dan mata wanita itu tampak memerah karena menahan ledakkan tangis dan emosinya.
"Ternyata apa yang Karin katakan padaku memang benar. Selama ini aku hanya dijadikan tameng untuk keluarga ini. Semua perasaan tulus kalian adalah palsu, kenapa kalian jahat sekali padaku. Kenapaaa!" Marinka tiba-tiba berteriak penuh emosi.
"Marinka! pantaskah kamu berteriak pada orang yang sudah membesarkanmu belasan tahun?" hardik herman.
"Membesarkanku belasan tahun? anda pasti tahu apa yang sudah kalian lakukan padaku selama belasan tahun ini bukan? sejak kecil aku dijadikan tameng untuk Karin di sekolah hingga kami lulus sekolah."
"Coba kalian bayangkan, jika kalian harus membayar jasa seorang guru privat? sudah berapa uang yang kubantu untuk meringankan beban kalian?"
"Selama ini aku kalian jadikan pembantu dirumah kalian bukan? hanya karena aku bodoh, dan aku mengira kalian memujiku, aku dengan senang hati melakukan semua pekerjaan rumah. Coba kalian bayangkan, berapa uang yang akan kalian bayarkan untuk membayar jasa ART selama belasan tahun ini."
"Jadi jangan pernah kalian mengatakan, kalau aku tidak membayar jasa kalian untuk tidur dan membesarkanku selama belasan tahun ini. Mulai hari ini, hapus saja namaku dalam kartu keluarga kalian. Karena mulai hari ini, aku memisahkan diri, dan tidak punya hubungan apapun lagi dengan keluarga ini."
"Baguslah kalau itu ucapan dari mulutmu sendiri. Lagipula kami juga tidak membutuhkanmu lagi. Sebentar lagi Karin pasti akan jadi istri Sah Galang, dan kami juga bisa kecipratan jadi orang kaya."
"He...pantas saja putri anda menjadi gadis yang tidak tahu malu. Aku tidak heran darimana dia mendapatkan hal itu, ternyata memang bibitnya dari kalian."
"Tutup mulutmu! dasar anak durhaka," hardik Herman.
"Ckk...menyedihkan!" Marinka berdecak.
Marinka beranjak dari tempat duduknya dan ingin melangkah pergi. Tapi sesaat kemudian dia kembali mendekati meja, dan meraih kantung plastik yang berisi kotak kue. Untuk sesaat terjadi aksi saling tarik menarik antara Marinka dan Paulin. Dengan satu kali hentakan keras, Marinka berhasil merebut kantung plastik itu.
"Kalian tidak pantas lagi menerima kebaikkan dari diriku, walau seujung kukuku,"
Marinka melenggang pergi keluar rumah, sementara Herman dan Paulin hanya bisa gigit jari karena tidak bisa menikmati kue lezat dari toko roti langganan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Lela Lela
amit amit ibu sm ayah angkt ny jg gitu ihhh
2023-07-25
0
Lela Lela
ibu sm ayah angkat ny jg gitu ya amit amit deh
2023-07-25
0
Rofii Ayu
lawan Marinka kamu pasti bisa
2023-02-28
0