"Apa keluargamu sudah tahu tentang ini?" tanya Marinka.
"Tentang apa?"
"Tentang dirimu yang sudah menikah lagi, saat pernikahan kita baru tiga bulan lamanya."
"Apa kamu fikir aku tipe pria yabg ingin mencari mati?"
"Jadi kenapa kamu mengambil resiko sebesar ini, jika memang tahu keluargamu tidak akan pernah menyukainya?" suara Marinka sudah naik beberapa Oktaf.
"Aku yakin mulutmu tidak terlalu licin, kalau kamu memang tidak suka aku menikah lagi, kenapa kamu tidak ajukan saja perceraian?"
"Jadi Marinka. Aku harap kamu bisa bekerja sama, aku tentu sudah buruk dimatamu, jadi aku tidak akan segan menambah satu keburukkan lagi dengan melanggar perjanjian kita."
"Bagaimana kalau aku tetap mengadu?"
"Maka kamu tidak akan pernah membayangkan apa yang akan aku perbuat padamu. Kamu menganggapku kejam bukan? maka kamu akan melihat, sekejam apa yang bisa aku lakukan padamu."
"Sudahlah kak. Kakak kenapa sih? aku saja yang kekasihnya direbut olehmu, rela loh jadi istri kedua? kenapa kakak tidak berbesar hati saja. Kita bisa menjalani rumah tangga ini dengan damai," timpal Karin.
"Tutup mulutmu karin. Dasar wanita ular!"
"Kamu bicara apa? Karin adalah istriku, tidak akan kubiarkan orang lain menghinanya didepanku."
"Orang lain? jadi sekarang aku sudah dianggap orang lain Mas?"
"Sejak awal kamu sudah tahu, kamu memang kuanggap orang lain, meskipun statusmu sebagai istri Sahku."
"Kenapa kamu seperti ini padaku Mas? apa salahku padamu?" mata Marinka kembali berkaca-kaca.
"Sudahlah kak. Nggak usah lebay deh, kamu kenapa buat suami kita marah terus? ntar dosa loh," ujar Karin.
"Sayang. Tidak usah perdulikan wanita tidak tahu diri ini, bicara lama dengannya membuat aku ingin sekali menamparnya."
Marinka menurunkan koper dari atas lemari, pasangan itu sama sekali tidak perduli apa yang Marinka lakukan. Marinka memutuskan untuk pindah kamar, dia tidak ingin harga dirinya kembali terinjak-injak.
"Kakak mau kemana bawa koper? mau pindah rumah, apa mau pindah kamar?"
Pertanyaan Karin sarat akan olokkan.
"Kalau Mas butuh sesuatu, panggil aku dikamar tamu. Hari ini aku putuskan, kamar ini sudah jadi milik kalian berdua," ucap Marinka tanpa berbalik sedikitpun.
"Hari ini aku berhasil menendangmu keluar dari kamar ini, selanjutnya aku akan menendangnu keluar dari rumah ini," batin Karin.
Brakkkk
Marinka menurup pintu dengan lumayan keras, tubuhnya kembali bergetar karena terisak. Marinka menyeret kopernya dan pergi turun kebawah, untuk menghuni kamar tamu.
"Nyonya,"
"Bik...Hikz..."
Marinka kembali berhambur kepelukkan Maryam. Dalam waktu dua hari, dirinya sudah terusir dari kamarnya sendiri, dan itu sangat menyakitkan baginya.
"Bersabarlah Nyonya. Bertahanlah sedikit lagi,"
"Aku terusir dari kamarku sendiri bik. Hikz..."
"Jika jodoh kalian panjang, kalian akan dipersatukan kembali dengan cara apapun."
"Itu cuma berlaku didalam mimpi saja," sahut Karin diambang pintu.
Marinka secepat kilat menghapus air matanya, dia tidak ingin Karin melihat sisi kelemahannya.
"Tidak perlu dihapus, karena aku sudah melihat air matamu yang seember itu."
Karin melangkah masuk kedalam kamar itu tanpa dipersilahkan. Wanita berpakaian ketat itu duduk disebuah sofa dan menyilangkan kakinya.
"Aku sarankan sebaiknya kakak menyerah saja. Sejak awal Galang memang milikku, dan akan selamanya selalu begitu. Aku bukannya ingin berbuat kejam padamu, justru aku tidak ingin melihat kakak menangis setiap hari karena melihat kemesraan kami."
"Aku memang tidak pernah merasakan rasanya diabaikan seorang pria, terlebih itu Galang. Dia selalu mencurahkan kasih sayangnya padaku, maaf aku tidak bermaksud membuatmu iri, aku hanya ingin kakak tahu diri,"
"Apa kamu sudah cukup mengolok-olokku? satu hal yang ingin kutanyakan padamu, apa Papa dan Mama sudah tahu kamu menikah sirih dengan Mas Galang?"
Karin terkekeh saat mendengar pertanyaan polos Marinka. Karin tidak habis fikir dengan kakak angkatnya itu, apa wanita itu selama ini tidak menyadari dirinya hanya dijadikan sebagai tameng dikeluarganya?
"Kakak. Aku tidak tahu apa saat Tuhan membagikan otak manusia, kamu hanya kebagian seperempatnya saja? apa kamu sama sekali tidak menyadari, apa artinya dirimu selama ini dikeluarga kami?"
"Apa maksudmu?"
"Tidakkah kamu sadar, selama ini kamu hanya kami jadikan sebuah tameng? sejak kamu dipungut dari panti asuhan berusia 8 tahun, kami memang sengaja memilihmu menjadi perisai keluarga."
"Kenapa? kamu masih bingung ya? biarku jelaskan padamu. Kamu memang memiliki otak sedikit lebih cerdas daripada aku, itulah aku selalu memanfaatkan kecerdasanmu itu untuk membantu nilaiku disekolah, hingga kita menyelesaikan sekolah menengah atas."
"Papa dan Mama tidak ingin menyekolahkanmu keperguruan tinggi, bukan karena tidak memiliki uang. Itu hanya alasan bagi mereka, agar kamu tidak pernah berhasil dalam hidup melebih aku. Apa kamu tidak sadar? dirumah kamu hanya dijadikan pembantu? Mama beralasan tidak memiliki uang untuk menyewa jasa ART, padahal kami hanya ingin pembantu gratis dirumah kami. Kamu yang selalu gila pujian, sangat bersemangat didapur dan masak dengan hati gembira. Padahal kamu tidak tahu, dibelakangmu kami semua menertawakanmu."
"Dan yang terakhir soal pernikahanmu dan Galang. Saat itu aku memang tengah menjalankan ujian skripsiku, jadi aku tidak bisa pulang untuk memenuhi perjodohan itu. Karena keluarga Suwiryo menginginkan menantu secepatnya dan menyukaimu, Papa dan Mama terpaksa menyetujuinya. Kami fikir akan lebih mudah merebut Galang dari sisimu, daripada merebut Galang dari wanita lain yang tidak kami kenal."
"Kakak. Aku tahu kamu berhati malaikat, jadi untuk sekali lagi berkorbanlah lagi untukku. Bukankah kamu sudah sering melakukannya untukku? jadi tidak masalah kalau kakak berkorban sekali lagi untukku bukan?"
Tubuh Marinka gemetar, gemetar karena menahan amarah yang ingin segera diledakkan. Kini dia baru tahu yang sebenarnya, dirinya benar-benar dianggap sampah oleh semua orang, termasuk keluarga yang sangat disayanginya.
"Ya Tuhan, ada orang-orang sejahat itu? yang tega menyakiti anak yang tidak bersalah ini?" batin Maryam.
"Tapi ya sudahlah, kalau kakak tidak mau mengalahpun tidak apa-apa. Aku bisa mendapatkan Galang dengan caraku sendiri. Jadi bersiap-siaplah, kedepannya kakak akan lebih sering menangis," ucap Karin dengan tersenyum sinis.
Karin melenggang pergi, dengan tersenyum Smirk. Setelah keluar kamar dan menutup pintu, Karin tiba-tiba menampar wajahnya sendiri, dan sedikit membuat goresan pada wajahnya dengan kukunya. Rambut Karin dia buat sedikit acak-acakkan, dengan baju dres yang sengaja dia buat robek pada lengan bajunya.
"Hikz..."
"Sayang. Kamu kenapa seperti ini?" tanya Galang saat melihat penampilan Karin yang terlihat acak-acakkan.
Galang menyingkapkan rambut Karin, untuk melihat kondisi wajah istrinya itu.
"Astaga, ini kenapa berdarah? apa ini terkena cakaran kuku?"
Karin hanya menganggukkan kepalanya dan terisak.
"Siapa yang melakukannya? apa ini perbuatan Marinka?"
Karin kembali menganggukkan kepalanya.
"Kurang ajar, beraninya dia melakukan ini padamu? aku akan mencakar wajahnya lebih parah dari ini,"
Galang beranjak dari tempat tidur dan ingin keluar dari kamar.
Tap
Karin mencengkram lengan Galang sembari menggeleng lemah.
"Honey jangan. Aku bisa mengerti, ini karena kak Inka cemburu padaku. Aku kekamarnya hanya ingin meminta maaf padanya, tapi aku tidak menyangka dia akan bereaksi berlebihan seperti ini."
"Itulah sebabnya aku ingin memberinya pelajaran yang setimpal padanya."
"Tidak Honey, kalau kamu melakukannya, maka dia akan bertambah membenciku. Aku hanya ingin kita menjalani rumah tangga ini dengan damai, aku tidak masalah jika harus menjadi istri kedua."
"Oh...Honey, sungguh hatimu sangat baik. Aku tidak tahu mengapa Marinka tidak bisa melihat ketulusanmu ini,"
Galang memeluk erat Karin, sementara dari balik punggung Pria itu, Karin tersenyum penuh kemenangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Ica Ica
mak lampir bikin ulah
2023-08-02
1
Lela Lela
amit amit dsr jalang
2023-07-24
0
Rofii Ayu
andai Deket kau Karin aku cakar Balik wajah jelek mu itu😈😈
2023-02-28
0