Seranjang 3 Nyawa
Senyum semringah terbit dari bibir Marinka saat menenteng beberapa belanjaan ditanggannya. Wanita itu baru saja pulang dari sebuah pasar tradisional dan membeli berbagai macam ikan dan sayuran, yang akan dia olah untuk menyambut kedatangan suaminya yang akan pulang setelah melakukan perjalanan bisnis selama dua pekan.
Wanita berambut hitam legam itu tidak perduli, meskipun tubuhnya tercium aroma yang tidak sedap, karena dia lebih suka berbelanja dipasar tradisional daripada belanja disebuah supermarket.
Marinka menuruni sebuah bajaj, sebagai seorang istri pengusaha, gaya hidup Marinka sangat sederhana. Bahkan dia sangat jarang menyuruh para pelayan dirumahnya untuk berbelanja, dia lebih suka melakukannya sendiri.
"Bi. Bantu aku membersihkan ikan dan sayur ya? hari ini mas Galang akan pulang dari Swiss,"
Marinka meminta bantuan Maryam sang asisten rumah tangga, yang menjadi kepala pelayan dirumahnya.
"Nyo-Nyoya," Maryam tampak gugup saat ingin memberikan informasi penting pada Nyonya yang dikaguminya itu.
"Ya ada apa Bi?"
Marinka bicara tanpa menoleh, dia masih asyik memasukkan barang belanjaannya kedalam kulkas empat pintu.
"Tu-Tuan sudah pulang dari Swiss."
Tangan Marinka berhenti bergerak seketika, saat mendengar suami yang dicintainya itu sudah kembali dari perjalanan bisnisnya. Rasa rindu yang membuncah didadanya, membuat rona bahagia diwajahnya begitu kentara.
"Benarkah? kenapa Bibi tidak bilang dari tadi?" tanya Marinka.
Marinka bergegas mencuci tangannya menggunakan sabun, karena takut tercium aroma yang tidak sedap setelah bersentuhan dengan ikan dipasar.
"Aku akan naik keatas dulu, Bibi tolong masak seperti biasa ya? aku akan turun membantu setelah selesai bertemu suamiku."
"Ta-Tapi Nyonya, a-anu...."
Maryam tak kuasa meneruskan kata-katanya, terlebih Marinka sudah bergegas menaiki anak tangga dengan cepat.
Baru saja Marinka akan mendorong handle pintu kamarnya yang sedikit terbuka, dia terpaksa mengurungkan niatnya itu karena mendengar ada suara seorang wanita didalam sana. Suara yang sedang bersenda gurau dan terdengar sangat tidak wajar untuk ukuran seorang wanita yang memasuki kamar pribadi orang lain.
"Sayang. Tidakkah kamu merasa puas memainkannya? bahkan kita melakukannya selama dua minggu di Swiss,"
"Aku tidak pernah merasa puas saat melakukannya, bahkan aku ingin sekali mengulanginya lagi saat ini. Aku benar-benar sudah ketagihan."
Tubuh Marinka menegang saat mendengar obrolan yang sangat menghancurkan hatinya itu. Pria yang dicintainya segenap jiwa dan raga sudah berbohong padanya, bermain api dibelakangnya, bahkan dengan tega membawa wanita lain diatas ranjangnya.
Brakkkkkk
Marinka mendorong pintu kamarnya dengan keras. Dapat Marinka lihat, posisi gadis itu saat ini sedang berada diatas tubuh suaminya. Posisi yang sangat menguntungkan bagi pria itu untuk mengakses kepemilikkan gadis itu yang sudah terpampang indah.
"Tidak sopan. Apa kamu tidak bisa mengetuk pintu dulu sebelum masuk?" hardik Galang.
"Buat apa aku mengetuk pintu, untuk memasuki kamarku sendiri."
Marinka memindai tatapan matanya kearah gadis yang sangat dia kenal itu. Air mata Marinka sudah berkumpul dikelopak matanya, yang sebentar lagi akan terjun bebas. Gadis itu terlihat santai, saat kembali membenarkan pakaiannya yang sudah berantakan, dan segera beranjak dari pangkuan galang.
"Apa maksudnya ini mas? kamu menghianatiku?"
Air mata Marinka sudah meluncur deras dipipinya.
"Hah...tujuanku membawanya kesini, karena aku merasa memang tidak perlu lagi menyembunyikannya darimu."
"Marinka. Aku sudah mengatakannya padamu lebih dulu, aku memiliki seseorang yang aku cintai sejak lama. Aku memang bahagia saat tahu keluargaku akan menjodohkanku dengan anak dari keluarga Sugara, tapi aku tidak menyangka yang akan dijodohkan denganku adalah dirimu." Sambung Galang.
"Sementara gadis yang aku cintai adalah Karin. Kami sudah menjalin hubungan selama dua tahun. Tapi karena dia meneruskan pendidikkannya diluar Negeri, kami jadi jarang bertemu."
"Tapi dia adikku mas? tega kamu mas,"
"Tapi aku bukan adik kandungmu. Kamu harus ingat dan sadar diri dari mana kamu berasal. Kamu itu hanya seoarang anak yang dipungut keluargaku dari panti asuhan," timpal Karin dengan sarkas.
"Karin. Kakak mohon tinggalkan mas galang, dia sudah menjadi suami kakak. Kamu sangat cantik, kamu bisa mendapatkan pria manapun yang kamu inginkan."
"Kenapa jadi kamu yang mengatur disini? aku sudah bilang, aku tidak pernah mencintaimu. Aku terpaksa menikahimu, karena keluargaku yang memaksaku. Terlebih kamu juga tidak bisa mengusir Karin dari hidupku, karena dia saat ini sudah menjadi istriku."
"Ap-Apa?" bibir Marinka bergetar.
"Maaf Marinka. Aku sudah menikah dengan Karin dua minggu yang lalu, dan kami berbulan madu di Swiss."
Rasanya ada sebuah palu besar menghantam jantung Marinka saat ini, tubuh wanita itu bahkan bergetar hebat dengan air mata yang bertambah mengucur deras.
"Sekarang semua pilihan ada padamu. Sesuai perjanjian kita, aku tidak bisa menceraikanmu sebelum kamu sendiri yang meminta. Aku juga tidak melarangmu, jika kamu masih ingin bertahan."
"Tapi Marinka. Didepan Karin aku ingin menegaskan padamu, selamanya tubuh dan hatiku hanya untuk Karin seorang, dan aku tidak akan pernah membaginya dengan wanita manapun."
Perkataan Galang sungguh menghancur lulurkan hati Marinka. Sementara Karin tersenyum puas.
"Aku pastikan kamu akan meminta perceraian itu sendiri. Dan aku akan menggantikanmu menjadi Nyonya Sah Galang Suwiryo," batin Karin.
Marinka menyeka air matanya, meski terhina, dia ingin berjuang mempertahankan rumah tangganya yang baru berjalan 3 bulan lamanya.
"Aku akan bertahan Mas. Aku yakin suatu saat kamu akan mencintaiku, meskipun aku harus menerima Karin sebagai maduku."
"Itu terserah padamu. Tapi seperti yang kukatakan padamu, jangan pernah berharap aku mau menyentuhmu,"
"Sayang. Kita tidur dikamar yang mana?" tanya Karin dengan suara manjanya.
"Tentu saja dikamar ini." Jawab Galang tanpa perasaan.
"Apa yang Mas katakan? ini kamar kita berdua mas? bagaimana bisa Mas ingin mengeluarkanku dari kamarku, dan memasukkan Karin yang baru mas nikahi selama dua minggu?"
"Ini rumahku, ini kamarku, terserah aku mau membaginya dengan siapa saja." hardik Galang.
"Kalau kakak mau, kita bisa berbagi ranjang bersama. Aku tidak keberatan kok, tapi jangan sedih kalau tiap malam kakak merasakan gempa bumi dan mendengar suara merduku," timpal Karin.
"Aku yakin kamu tidak setega dan segila itu menyakiti perasaan kakakmu berkali-kali,"
"Ya maaf saja, aku memang bukan wanita berhati mulia. Sebagai madu, aku sudah bersikap baik loh mengajak kakak seranjang bertiga."
"Pokoknya aku tidak mau pindah dari kamarku," ujar Marinka.
"Terserah."
Galang menarik tangan Karin untuk pergi dari kamar itu. Tubuh Marinka sesaat kemudian merosot kelantai. Hatinya benar-benar merasakan sakit yang luar biasa.
"Hikz...pantas saja, pantas saja dia belum menyentuhku meski kami sudah tiga bulan menikah. Ternyata dia mencintai wanita lain,"
"Tapi kenapa harus adikku? kenapa kalian kejam sekali padaku? apa aku harus melaporkan ini pada keluarga suamiku? hikz..."
Marinka terisak, dadanya merasakan sesak luar biasa. Marinka berlari kearah jendela dan melihat mobil suaminya pergi keluar pagar. Marinka bisa menebak, saat ini suaminya pasti sedang bersenang-senang bersama madunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Lela Lela
Marinka yg sabar tunggu karma ny buat si karin
2023-07-24
0
Lela Lela
kasian marinka yg sabar nanti jg ada karma ny .
2023-07-24
0
Rofii Ayu
mampir lagi aku Thor
2023-02-28
0