"Kalian mau membawa aku kemana?" teriak Marinka didalam kegelapan dari kain hitam yang menutupi kepalanya.
"Jangan banyak mulut. Yang pasti kami akan membuatmu damai selamanya." Jawab salah seorang preman.
Tidak berapa lama kemudian, mereka tiba disuatu tempat. Tepatnya disebuah gudang terbengkalai. Marinka kembali diseret ketempat sunyi itu dan disekap didalam sebuah ruangan.
"Tolong lepaskan aku, aku akan memberikan berapapun yang kalian minta."
"Beraninya bernegosiasi dengan kami, padahal nasibnya sendiri sangat menyedihkan. Kamu dapat uang darimana ingin membayar kami? sementara kamu saja baru diceraikan oleh suamimu yang kaya raya itu?"
"Kenapa mereka tahu semua latar belakangku? apa mereka memang ingin mengincar nyawaku sejak lama? tapi apa yang mereka dapatkan dari membunuhku?" batin Marinka.
"Katakan siapa yang menyuruh kalian?"
"Nanti juga kamu akan tahu, kalau sudah tiba waktunya."
Beberapa preman itu membuka tutup kepala Marinka, membiarkan wanita itu menatap daerah sekelilingnya.
"Saat ini nikmatilah menatap matahari dari celah pintu itu, sebab malam nanti kamu tidak akan pernah melihatnya lagi atau bahkan menikmati malam lagi."
Para preman itu mengunci Marinka didalam ruangan itu, tak ada celah bagi Marinka untuk bisa melarikan diri selain dari pintu utama yang terkunci rapat.
Tubuh Marinka berkeringat, ruangan itu seolah sengaja dibuat tertutup rapat agar Marinka tidak bisa berteriak dan tidak ada orang yang mendengar teriakkannya.
Marinka merogoh sebuah sapu tangan yang berada didalam tas selempangnya. Sangat sial bagi Marinka, karena dia lupa membawa ponselnya.
Marinka mengelap keringatnya dengan sapu tangan itu, wanita itu benar-benar merasa kepanasan. Marinka menatap area disekitar ruangan itu, banyak sekali terdapat drum-drum berisi minyak dan juga barang-barang bekas pakai.
"Apa aku memang harus berakhir ditempat ini? Mas Galang, tolong aku Mas," rintih Marinka.
Tidak ada orang lain yang dia kenang disaat dirinya sedang dalam situasi rumit, selain pria yang dicintainya. Tubuh Marinka merosot kelantai dan bersandar dipintu, karena lelah menangis, diapun tertidur.
Uhukkkk
Uhuukkk
Marinka merasakan sesak didadanya, karena terlalu banyak menghirup asap. Mata Marinka melihat area sekitarnya yang terlihat gelap dari sebelumnya.
"Hari sudah malam, tapi ada apa ini? kenapa sepertinya ada banyak asap?"
Dor
Dor
Dor
Marinka menggedor pintunya berharap para preman itu segera membukakan pintu. Memang para preman itu mendekat kearah pintu, tapi bukan untuk menolong, melainkan untuk memuluskan rencana mereka berikutnya.
"Apa kita memang harus membakar tempat ini hingga hangus tanpa sisa?"
"Ya. Tuan Galang menyuruh kita membakar tempat ini bersama wanita itu, agar tidak ada jejak sama sekali."
"Kasihan juga wanita itu."
"Tuan Galang tidak menginginkan dia lagi. Tujuannya sudah tercapai ingin menceraikan wanita itu. Jadi dia ingin melenyapkan wanita itu, agar mimpi wanita itu yang ingin menikah siri dengan tuan Galang, bisa dia wujudkan di neraka."
"Ayo kita pergi dari sini, kita bakar habis semuanya sesuai perintah tuan Galang."
Bibir Marinka bergetar saat mendengar semua percakapan para penjahat itu, bayangan kebersamaan dan kebaikan Galang akhir-akhir ini seakan kembali berputar diingatannya. Ucapan Paulin dihari pernikahan Galang dan Karin, seakan jadi sambung menyambung danj menjadi satu kesatuan yang masuk akal.
"Tidak mungkin," ucap Marinka lirih dengan dibarengi air matanya yang meluncur bebas.
"Tidak mungkin Mas Galang menipuku, tidak mungkiiiiiiinnnn...."
Marinka berteriak histeris dengan tubuhnya yang jatuh lemas dilantai.
"Galang, jika aku diberi kehidupan kedua, aku akan menuntut balas atas apa yang kamu lakukan padaku selama ini. Aku akan membawamu jatuh bersamaku, dan aku akan menghabisi seluruh keluargamu."
BOOM
Suara ledakkan yang begitu besar membuat gudang itu begitu cepat terbakar. Marinka tidak berusaha ingin keluar sama sekali, dia memejamkan matanya seakan pasrah menghadapi kematian yang sudah ada didepan matanya.
"Suara apa itu? seperti ada sebuah ledakan besar,"
"Lihat disana!" Yuda menunjuk kearah tempat terjadinya kebakaran.
"Kita kesana,"
"Untuk apa?"
"Apanya yang untuk apa? tentu saja melihat barangkali ada yang membutuhkan pertolongan."
"Kita bukan spiderman yang bisa masuk dalam kobaran api sebesar itu."
"Jangan banyak membuang waktu, cepat injak gas mobilnya,"
Yuda terpaksa menuruti keinginan Bos sekaligus sahabatnya itu.
Ezra bergerak cepat menekan nomor darurat pemadam kebakaran, agar segera membantu menangani kebakaran itu.
"Akkkkkhhhh...."
"Yud, apa kamu mendengar suara teriakan itu?'
"Ya. Ada seorang wanita terjebak didalam sana."
Ezra turun dengan cepat untuk melihat celah agar dirinya bisa masuk.
"Hey, apa kau sudah gila? kamu bisa membahayakan nyawamu sendiri jika kamu ikut masuk kedalamnya."
"Tapi ada seorang wanita yang membutuhkan pertolongan."
"Aku tidak perduli, kamu harus tetap diam disini, tunggu sampai Pemadam kebakaran datang." Yuda emosi.
Ezra mondar mandir mencari sisi asal suara wanita itu berada. Tiba-Tiba Ezra masuk kedalam mobil sportnya dan menabrak pintu gudang itu dengan paksa.
Brakkkkk
Yuda yang melihat itu jadi syok, harga mobil milyaran itu seperti dibuat mainan oleh Ezra. Ezra yang berhasil menerobos masuk kedalam gudang itu, mencoba mencari asal suara itu kembali.
"Akkkkhhhh....tolonggggg"
Ezra berlari secepat mungkin kearah asal suara.
BOOM
Kembali terjadi ledakan besar dari arah dalam sebuah ruangan, hingga pintu itu terlepas dengan sendirinya. Mata Ezra terbelalak saat melihat sosok yang keluar dari ruangan itu tengah berjuang hidup dari kobaran api yang melalap kain ditubuhnya dan juga kulitnya.
Ezra bergegas melepas jas mahalnya dan menepuk-nepukkan benda itu pada tubuh wanita yang terguling-guling menahan sakit karena lalapan si jago merah ditubuhnya.
Pukkk
Pukkk
Pukkk
Ezra dengan gerakkan cepat memadamkan api ditubuh wanita itu, dan kemudian membawa tubuh lemah itu keluar dari tempat itu.
Boommm
Sebuah ledakan besar kembali terjadi, beruntung Ezra sudah berhasil keluar dari tempat itu bersama wanita yang dia tolong.
Bughhhh
Yuda yang emosi langsung memukul Ezra dengan lumayan keras.
"Kurang ajar. Apa kamu sudah bosan hidup? kenapa kamu memukulku?"
"Aku memang ingin sekali menghajarmu, karena kamu itu sangat bodoh. Apa yang akan kukatakan pada orang tuamu kalau kamu mati sia-sia disini hah?" hardik Yuda.
"Kamu benar-benar membuatku takut. Hikz...dasar brengsek!" maki Yuda.
Melihat Yuda menangis, Ezra baru mengerti sahabatnya itu sangat mengkhawatirkan keselamatannya. Ezra memeluk tubuh Yuda yang masih terasa gemetar.
"Sudalah, aku baik-baik saja. Aku tidak akan mati semudah itu," Ezra menepuk-nepuk punggung sahabatnya itu.
"Paling tidak sebelum mati tinggalkan dulu wasiat untukku, agar aku bisa menguasai seluruh aset perusahaanmu itu."
Ezra mendorong tubuh Yuda pelan.
"Dasar brengsek. Jadi perhatianmu tadi hanya pura-pura?"
Yuda terkekeh sembari mengusap air matanya, tapi Ezra tidak mengambil hati atas perlakuan sahabatnya itu, karena dia tahu Yuda hanya sedang bercanda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
evvylamora
katanya Sholehah, mnt tolong itu sama Tuhan, ya kali mnt tolong sm laki yg ga ngarepin Lo
2023-10-27
0
Lela Lela
alhamdulillah ada erza
2023-07-25
0
ifki...
ouppo ini yg aku suka sejak dari awal baca emosi mulu ini waktu nya pertunjukan
2022-07-09
2