Jangan lupa mampir ke karyaku yang lain..
➡➡➡
*Banyak yang berubah, aku tidak mau tapi aku harus menerima.. #unknow**n*
➡➡➡
Tanpa terasa satu bulan berlalu dengan cepat. Belakangan Adnan juga menjadi sering pulang terlambat. Adnan bahkan sangat jarang bisa makan malam bersama kami lagi seperti biasa.
Tapi, tidak ada perubahan drastis yang terjadi pada Adnan. Dia masih tetap sama, selalu menyayangiku dan Kirani. Mungkin Adnan memang sedang sibuk di kantornya sehingga membuat waktu kami untuk family time menjadi berkurang. Namun aku sama sekali tidak mempermasalahkan itu.
Bagiku, asalkan Adnan sehat dan baik baik saja itu sudah cukup, meskipun kami jarang bertatap muka apalagi bertemu, tapi aku bisa menerima ini.
Pekerjaan Adnan memang cukup memguras otak, dan mungkin Direktur meminta Adnan untuk lembur karena sedang di kejar deadline.
Sementara aku dan Kirani masih sama, tetap dengan kegiatan kami, tetap dengan kebersamaan kami, tetap dengan kebahagiaan kami, dan tetap dengan dunia kami berdua. Hanya berdua.
Meski sebenarnya Kirani juga sering mempertanyakan dimana Papanya? Tapi Kirani akan cepat mengerti jika aku bilang bahwa Papa sedang sibuk.
Untungnya Kirani memiliki pandangan luas serta tumbuh dengan pemikiran yang lebih dewasa untuk anak seusianya. Kirani juga sangat peka dengan lingkungannya, jadi tidak akan sulit untuk menjelaskan semuanya kepada Kirani.
Aku akan memberikan penjelasan agar Kirani bisa menerima segala peristiwa yang kadang terjadi secara mendadak tanpa kita bisa mencegahnya.
Aku tersenyum pahit saat melihat Kirani begitu bersemangat memainkan boneka Momi dan Little Siput pemberian Adnan. Entah kenapa, aku merasa cukup sedih saat melihat Kirani semakin jauh dengan Adnan di setiap waktunya.
Kirani seringkali telah tidur jika Adnan pulang. Dan Adnan juga berangkat pagi sekali sebelum Kirani bangun. Komunikasiku dengan Adnan juga tidak selancar dulu.
Dulu, meskipun Adnan selalu sibuk tapi pesan atau panggilan selalu dia sempatkan meski hanya sekedar menyapa, tapi sekarang? Hp ku bahkan tidak jauh lebih sepi dari hatiku.
Percuma punya Hp mahal jika tidak ada notifikasi apapun dari Adnan, semua terasa sia sia.
Aku bahkan mulai merasa jika perubahan Adnan yang cukup signifikan terjadi semenjak pulang dari luar kota satu bulan lalu? Juga kartu nama Grup HS yang langsung Adnan sembunyikan begitu aku menemukannya di antara tumpukan baju kerjanya?
Kenapa belakangan ini Adnan menjadi semakin jauh dan terasa dingin? Aku bahkan merasa jika aku dan Adnan kembali asing satu sama lain.
Entah itu hanya sekedar perasaanku saja atau sekedar dampak dari kekhawatiran seorang istri yang suaminya sibuk mencari nafkah dan jarang menghubungi?? Tapi semua itu memang terjadi secara runtun dan menyebabkanku mulai kehilangan kepercayaan diri.
Komunikasi yang tidak lancar membuat sekelumit prasangka buruk telanjur berseliweran di dalam otakku, aku sudah mencoba untuk menepisnya, tapi aku gagal.
Aku tetap bersama dengan berbagai pertanyaan yang tidak kunjung terjawab. Serta spekulasi yang justru membuatku semakin merasa sakit setiap kali memikirkannya.
Aku menghela nafas panjang saat Kirani memintaku untuk menjawab kenapa siput berjalan lambat? Mana aku tau!! Aku bukan seorang peneliti hewan, okey?
Meski aku menggerutu dalam hati, tapi aku tetap berusaha untuk menjawab, "karena siput membawa rumahnya yang berat kemanapun dia pergi."
"Kenapa rumahnya harus di bawa?" Pertanyaan Kirani kadang membuatku jengkel. Jengkel karena tidak tahu harus menjawab apa lagi.
"Karena, siput adalah binatang yang sangat kecil, jika siput tidak membawa rumahnya kemanapun dia akan terinjak oleh binatang yang lebih besar."
"Apakah rumah siput sangat keras?"
Aku mengangguk, "tentu saja, itu adalah alat siput untuk mempertahankan diri dari serangan binatang lain, agar tidak di mangsa oleh kawanan predator."
"Apa itu predator?"
Astaga.. aku menepuk jidatku serdiri. Terasa pening dengan pertanyaan Kirani yang tidak ada habisnya, di tambah Kirani menunjukkan puppy eyes yang membuat ku tidak bisa menolak untuk tidak menjawab.
Aku tidak menyangka jika Kirani akan memiliki sifat sangat cerewet juga penggerutu? Tidak tahu siapa yang mewariskan sifat itu pada Kirani?
Aku hanya mempunyai seorang putri, namun aku justru merasa seperti memiliki tiga orang putri. Sangat menguras otak.
Stop it!! Aku tidak bisa berpikir lagi.
"Kirani, kamu tidak perlu banyak bertanya, ini sudah waktunya kamu tidur, ayo!!" Aku menarik tangan Kirani menuju kamarnya, dan kini aku bisa menarik nafas lega saat Kirani menurut dan tidak banyak bertanya lagi.
Aku bangga karena Kirani sudah berani tidur sendiri pada usia tiga tahun murni karena keinginannya sendiri tanpa aku paksa. Meskipun kamar kami bersebelahan tapi aku tidak bisa berbohong jika aku sangat mengagumi keberanian Kirani.
Sttt... karena aku sendiri baru berani tidur sendiri di usia delapan tahun, semua karena Ibu selalu menceritakan kisah seram untuk menakutiku, dan alhasil aku sangat percaya jika hantu memang sangat menyeramkan dan selalu tidur di tengah antara Ayah dan Ibu.
Aku tersenyum dalam hati saat mengingat kenangan itu, dan aku segeta berbaring di samping Kirani.
"Ma, kenapa Papa belum pulang?" Pertanyaan Kirani tepat menusuk jantungku, dan aku merasakan sakit yang teramat sakit meski tidak meninggalkan luka. Aku tidak tahu harus berbohong apa lagi.
"Papa sibuk mencari uang untuk Kirani dan Mama," jawabku pada akhirnya. Meski aku menangis dalam hati saat mengatakan ini, tapi aku harus tetap tersenyum setidaknya di depan Kirani.
"Jika Kirani sudah besar, dan Kirani sudah punya banyak uang, Kirani akan memberikan Mama pakaian dan perhiasan yang mahal," ucap Kirani dengan segala kepolosannya.
Untuk kedua kalinya, hatiku kembali berdenyut. Tapi kali ini, denyutnya terasa lebih menyakitkan berkali kali lipat rasanya.
"Oh ya? Kalo begitu, cepatlah besar!! Mama tidak sabar menunggu pakaian dan perhiasan mahal yang akan Kirani berikan kepada Mama." Ucapku bangga dengan tersenyum lebar.
Aku mengelus rambut Kirani penuh sayang, dan menyanyikan lagu pengantar tidur untuk menemani Kirani menuju ke alam mimpinya. Aku dapat mendengar suara mobil memasuki halaman, mungkin saja Adnan sudah pulang. Tapi aku sudah berjanji akan menemani Kirani tidur malam ini, jadi aku sama sekali tidak berniat untuk bangun. Lagipula, Adnan pasti sudah makan di luar dan membawa kunci cadangan, jadi aku tidak perlu membukakan pintu.
Aku memejamkan mataku tapi tidak tertidur. Aku masih bisa mendengar suara pintu kamar Kirani terbuka dan di susul oleh suara langkah Adnan yang semakin mendekat.
Aku masih tetap memejamkan mataku.
"Maafkan aku, Sya. Aku bukan suami yang baik untukmu, dan bukan ayah yang baik untuk Kirani."
Aku bisa mendengar suara Adnan dengan sangat jelas, juga tangan hangat yang membelai wajahku.
Sejujurnya aku merasa tersentuh, meski tidak tahu dengan maksud yang tersembunyi di balik ucapan Adnan? Namun, nada suaranya seakan mengisyaratkan kesalahan fatal yang tidak bisa di maafkan.
Aku membuka mata, "kamu sudah kembali?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Fay
lanjut
2022-12-08
0
Tri Soen
Mulai mengandung bawang nich 😭
2022-11-24
0
Almira
sepertinya ada pihak ke 3
2022-11-15
0