➡➡➡
Jangan pernah berbohong pada perempuan, karena dia sudah tahu yang sebenarnya sebelum dia bertanya.
➡➡➡
Siang berganti malam, malam berganti hari, hari berganti bulan, dan aku masih tidak percaya dengan apa yang ku alami. Karena hanya dalam tempo satu bulan, Adnan sudah berubah seratus delapan puluh derajat.
Adnan seperti orang lain dan kami benar benar asing sekarang. Tidak ada percakapan, tidak ada tatapan mata, tidak ada kebersamaan, dan tidak ada waktu untuk berbicara meski hanya sekedar untuk menjelaskan.
Adnan telah berubah, bukan lagi Adnan yang sama, bukan lagi Papa Kirani, bukan lagi kepala rumah tangga yang bertanggung jawab, dan bukan lagi suamiku. Adnan telah menjadi orang lain sepenuhnya.
Aku sudah menduga ini akan terjadi cepat atau lambat, dan firasatku ternyata tidak salah dan justru menjadi nyata.
Ketakukan dan kekhawatiran yang ku rasakan selama berhari hari telah sepenuhnya menjadi malapetaka.
Malam ini belum puncaknya, tapi masih permulaan, saat Adnan pulang dalam keadaan mabuk. Supir taksi yang mengantar Adnan mengatakan jika Adnan mabuk berat dan tidak sadarkan diri di club malam.
Aku terkejut setengah mati mendengar ini. Mabuk dan club malam adalah dua hal yang sangat Adnan hindari. Tapi kenapa Adnan justru berani pergi ke club dan mabuk mabukan? Apa dia sudah kehilangan akal sehatnya?
"Terimakasih Pak sudah mengantar suami saya, apa bisa bapak membantu saya membawanya ke dalam?" Ucapku meminta supir taksi untuk membawa Adnan ke dalam.
"Ya, nona," ucap Supir taksi ramah, memapah Adnan dan menjatuhkannya pada sofa di ruang tamu.
Aku segera memberikan uang pembayaran sebelum supir taksi berlalu, dan meninggalkan halaman rumah kami dengan sangat cepat.
"B*jingan s*alan!! Siapa wanita yang sudah kamu tiduri?? Hah??" Ucapku seraya mengambil segelas air dan menyiramnya ke wajah Adnan, berharap Adnan akan bangun dan menjelaskan semua tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Adnan yang sudah setengah sadar menjadi linglung, memegang kepalanya yang mulai terasa nyeri, namun tidak berniat untuk membuka matanya.
Aku tahu jika Adnan sudah sadar. Mungkin saja Adnan ingin mendengarkan makian yang sudah lama aku pendam dalam hati tanpa berniat untuk mengklarifikasi dan tetap akan membiarkan semuanya menggantung tanpa penjelasan.
"B*jingan tengik!! Bahkan nerakapun tidak ingin menerima kehadiran seorang b*engsek sepertimu, dan selama hidup pun kamu hanya akan menghabiskan oksigen!! Dasar tidak berguna," selesai mengatakan itu aku segera menangis histeris. Seperti perasaan seseorang yang telah kehilangan dunia beserta segala isinya.
Aku tahu jika Adnan mendengar makianku dan melihat sisi rapuhku, dan aku bahkan sangat tahu jika Adnan mempunyai wanita idaman lain di luar sana, namun aku tidak berani menyimpulkannya terlalu dini.
Hingga semua semakin jelas dengan bekas lipstik seorang wanita yang ku temukan pada kemeja Adnan. Bukan sekali dua kali, tapi sangat sering. Juga bau parfum yang bukan milikku semakin membuka mataku jika Adnan memang hanya seorang b*jingan.
Dengan lunglai aku berjalan ke kamarku, kini aku sungguh merasa jijik dengan Adnan. Sampah bermuka dua yang tidak berguna itu berani bermain api dan membakarku.
Begitu tiba di kamar, aku kembali menangis. Meratapi nasib buruk yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Semua kenangan indah masa lalu bahkan telah sepenuhnya menjadi abu. Semua sirna dalam sekejap. Seperti telah berhasil mencapai puncak everest dengan susah payah, tapi di detik berikutnya terjun bebas dan jatuh ke bawah.
Rasa kecewa sungguh telah menghilangkan seluruh harapan dan doa.
Aku berusaha menggigit bibirku untuk menghentikan tangisan s*alan ini. Tapi entah kenapa, air mata justru mengalir semakin deras dan deras.
Aku memegang dadaku yang mulai terasa nyeri. Sakit yang bahkan sampai tidak jelas lagi rasanya.
Keesokkan harinya.
Seperti biasa, aku sudah selasai menyiapkan sarapan sebelum jam tujuh pagi, dan entah kenapa Adnan masih di rumah dan belum berangkat. Aku mencoba untuk tidak memperdulikan itu lagi.
Aku dapat melihat raut gembira Kirani saat mengetahui Adnan ada di sini untuk sarapan, dan aku tidak ingin merusak kebahagiaan Kirani dengan keegoisan ku.
"Papa, Kirani rindu Papa," ucap Kirani seraya menyeret tangan Adnan menuju ruang makan.
Adnan menghampiriku, mencium keningku, "selamat pagi," sapaannya terdengar seperti b*engsek yang tidak tahu malu. Memiliki muka yang sangat tebal sampai dia tidak merasa bersalah sedikitpun karena telah menghianatiku dan Kirani.
Sosok idola yang selalu aku sematkan pada Adnan, telah luruh hanya dalam hitungan detik. Semua hanya omong kosong.
Aku hanya mengangguk tanpa berniat untuk menanggapi sapaan Adnan lebih jauh.
"Pa, kenapa wajah Mama murung? Apa Papa membuat Mama sedih?" Perkataan Kirani membuatku tersedak air liurku sendiri.
Aku buru buru menepisnya, "Tidak sayang, Mama tidak sedih, Mama hanya lelah, sangat lelah.." ucapku seraya mengelus rambut Kirani untuk meyakinkannya jika aku baik baik saja.
Bagaimanapun, seorang anak akan merasa sangat peka jika ada sesuatu yang tidak beres dengan orang tuanya. Aku juga sangat menyadari itu.
"Iya sayang, mungkin Mama hanya kelelahan karena Kirani tidak menuruti perkataan Mama," Adnan menambahkan.
Perkataan Adnan membuatku sangat muak, dan aku ingin muntah tepat di wajahnya.
Kirani menggelengkan kepala, " tapi Kirani anak yang baik, Pa? Kirani penurut dan tidak pernah nakal."
Ucapan polos Kirani membuatku semakin merasa bersalah. Korban yang sebenarnya di sini bukanlah aku, tapi Kirani. Kirani yang harus menanggung dosa yang telah Adnan perbuat.
Aku tidak lagi memikirkan apakah Adnan akan mengaku atau tidak, aku tidak peduli lagi. Meminta maaf atau tidak tetap tidak akan merubah apapun.
Tiba tiba hp ku berkedip, muncul sebuah notifikasi pesan whatsapp dari unknown. Aku mengangkat sebelah alisku, melirik Adnan sekilas yang tengah sibuk bersenda gurau dengan Kirani di sela sela sarapan mereka.
Aku kembali melihat layar hp ku, nomor aneh yang tidah pernah ku simpan, antara iya atau tidak, aku memutuskan untuk membuka pesan itu dengan tangan yang sedikit bergetar.
Aku takut jika pesan itu adalah pesan l*knat yang di kirimkan oleh seorang simpanan kepada seorang istri sah yang belakangan tengah menjadi trend dalam dunia kepelakoran.
Beberapa detik kemudian, aku tersenyum lega. Ternyata hanyalah sebuah pesan yang sangat tidak penting.
Hanya sebuah foto dengan wajah yang sangat familiar. Aku mengamati wajah itu lekat lekat, wajah yang sama dengan seseorang yang tengah bercengkrama manja dengan Kirani, wajah yang selalu aku rindukan di setiap hari hariku, wajah yang saat ini masih berstatus sebagai suami sahku, serta wajah yang tidur dengan wanita lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Jjlynn Tudin
yah sesusah apa pun kehidupan bersama pasangan x akan menyakitkan bagi isteri kecuali pengkhianatan apa pun alasannya saya x dpt terima 🤭🤣
2023-04-28
0
Tri Soen
Pernah merasakan seperti yg Sasya rasakan 😭
2022-11-24
1
Sukliang
ehm pelakor yg kirim
2022-11-01
0