PS chapter 5

#Perubahan Adnan

➡➡➡

Kalo mau nangis ya nangis aja, dan kalo bisa sampai air matanya habis agar kamu tidak bisa menangis lagi. Karena kamu juga berhak untuk bahagia. #unknown

➡➡➡

Gerimis menambah suasana sendu di dalam hati. Menyibak tirai kepalsuan yang selama ini tertutup rapat.

Kebohongan demi kebohongan yang Adnan lakukan mulai terpampang nyata di depan mata. Sementara aku sudah menguras semua air mataku kemarin, hingga sekarang aku sudah tidak bisa untuk menangis. Namun, meskipun begitu, setidaknya aku merasa jauh lebih baik.

Aku ingin bahagia, sangat ingin, tapi sepertinya tidak sekarang. Ini masih terlalu dini, masih banyak jalan yang harus ku lewati, dan masih banyak hal harus ku selesaikan.

Ini belum waktunya.

Aku menyadari jika perceraian tentu akan terjadi cepat atau lambat. Aku tidak naif dengan berharap jika Adnan akan kembali dan memilihku. Itu hanya harapan semu dan sangat mustahil. Itu hanya akan terjadi pada serial drama dalam televisi, tidak di dunia nyata.

Impossible we do, miracle we try adalah hal yang sangat sulit untuk terjadi di dunia yang setiap detiknya adalah nyata.

Aku hanya perlu untuk meminimalisir semua kemungkinanan buruknya, yaitu kehilangan Adnan juga rumah ini. Karena secara garis besar, Adnan tidak mungkin menyerahkan rumah tiga lantai ini kepadaku. J*lang itu tentu tidak akan membiarkan semua terjadi, bagaimanapun j*lang itu adalah penguasa penuh atas Adnan dengan segala propertinya sekarang.

Lebih tidak mungkin lagi Adnan akan mengambil hak asuh Kirani, jadi aku harus memiliki rumahku sendiri sebelum perceraian itu terjadi, meskipun itu hanya seluas tiga meter persegi sekalipun.

Satu hal lagi yang perlu untuk di perjelas di sini, yaitu seorang suami tidak akan mungkin memilih istri sah pada akhirnya, pelakorlah yang akan lebih menonjol dan mendahului, meski tidak menjamin jika pelakor dapat mencapai finish, tapi setidaknya pelakor akan memimpin di arena.

Mirisnya adalah, Adnan akan menempati rumah ini dengan istri barunya setelah aku di depak. Ini bukan negeri dongeng yang pemeran utama akan menang dan meraih kebahagiaannya. This is real, dan pada akhirnya pemeran utama akan mati dengan tragis dalam kesedihan. But..

Itu tidak akan berlaku untukku. J*lang itu bisa menang sekarang dan aku tidak akan menghentikannya. Karena aku tidak bisa menghentikan pesona sang pelakor yang mungkin lebih memikat untuk seorang Adnan Pradipta, GM di Garmen World.

Bagaimanapun, aku juga tidak berhak untuk menyalahkan wanita itu. Aku mengerti karena kami sama sama wanita. Ini juga murni kesalahan Adnan. Jika Adnan tidak membuka pintu dan membiarkan wanita itu masuk, semua ini tidak mungkin terjadi.

Pria yang tidak setia, sampai matipun tidak akan pernah bisa berubah. Kecuali jika dia sudah berada di Jahannam dan menetap abadi disana.

〰〰〰

Sudah tujuh hari Adnan kembali seperti Adnan yang dulu. Bersikap seakan tidak ada apapun yang terjadi. Dia sangat lihai menyembunyikan bangkai di dalam rumah tangga kami. Juga selalu menunjukkan wajah tanpa dosanya di depanku dan juga Kirani.

Sarapan bersama, makan malam bersama sampai bercanda juga tertawa bersama. Semua kembali seperti saat dimana aku dan Adnan masih sangat harmonis tanpa satu masalahpun.

Sejujurnya aku muak melihat wajahnya, melihat penghianatannya. Aku benci.. sangat, dan sejujurnya aku ingin memberinya sianida, tapi jika di pikir lagi, aku belum cukup gila untuk masuk penjara.

Waktuku terlalu berharga untuk mendekam di balik jeruji besi, apalagi jika itu hanya untuk menghabisi k*parat itu, waktu yang terbuang percuma.

Tapi aku juga tidak bisa menjadi wanita yang hanya bisa menangis dan pasrah saat mengetahui suaminya selingkuh, tidak.. itu sama sekali bukan gayaku. Setidaknya aku harus mengikuti arus kemanapun arus itu membawaku, melawan arus hanya akan membuatku lelah, karena pada akhirnya aku juga akan tenggelam jika aku tidak bisa bertahan.

Aku berusaha untuk tetap tersenyum di depan Adnan, membuat Kirani bahagia dengan keharmonisan kami, meskipun aku tidak pandai menutupi perasaan dan meskipun ratusan sumpah serapah terlontar untuk Adnan, tapi aku berusaha untuk tidak menunjukkannya. Karena menunjukannya sama saja dengan membuat Kirani sedih.

Adnan kembali, tapi untuk sementara.

Karena keesokan harinya. Semua sudah berubah. Hari yang baru juga orang yang baru.

Entah apa yang Adnan bicarakan dengan seseorang di balik panggilan, hingga Adnan kembali berubah dalam sekejap.

Adnan pergi tanpa pamit dan menghilang hingga beberapa hari tanpa kembali. Entah kemana Adnan pergi, aku sungguh tidak ingin tahu. Aku pura pura buta dan tuli agar aku tidak terbakar cemburu.

Juga pesan whatsapp yang memenuhi hpku, bukan pesan dari Adnan, tapi dari J*lang itu.

J*lang :

"Apa kamu tidak ingin tau apa yang sedang suamimu lakukan sekarang?"

Aku :

Itu sama sekali bukan urusanku, kenapa aku harus pusing untuk memikirkannya?

J*lang :

"Tapi dia suamimu."

Aku :

Lalu kenapa jika dia suamiku? Apa itu menganggumu?

J*lang itu tidak lagi membalas, j*lang yang selalu mencari masalah. Bukan hanya pesan, tapi juga gambar. Gambar yang menunjukkan kebersamaan mereka.

Apa dia pikir aku adalah orang bodoh?

Aku tersenyum, ternyata dia sungguh meremehkanku, tidak semua orang berpikiran sempit dan tidak mudah untuk membuatku putus asa. Aku bahkan memiliki pandangan yang luas dan sudah bisa memprediksi dengan hanya melihat situasinya.

Jangan pernah berpikir aku bebal, itu tidak akan bisa untuk mematahkanku, itu hanya membuatku retak bukan hancur.

Menghadapi seorang perusak hubungan orang lain tidak perlu memakai kekerasan. Bukankah telah tertulis dengan jelas, jika seseorang berlaku jahat padamu, jangan pernah membalas, tapi doakan saja dia. Doakan agar dia cepat masuk ke liang lahat.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***