Perebut Suamiku

Perebut Suamiku

PS Chapter 1

➡➡➡

Tingkat kebahagiaanku tergantung dari kedalaman cinta yang suamiku tanamkan untukku.

➡➡➡

Kenalin, aku Himalaya Gilsya. Biasa di panggil Sasya.

Pekerjaan? Aku seorang Ibu Rumah Tangga. Keseharian? Memasak dan melakukan berbagai peran sesuai kebutuhan, aku bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk anakku, bisa menjadi istri yang baik untuk suamiku, bisa menjadi seorang asisten rumah tangga, menjadi pengasuh, bisa menjadi penyanyi dadakkan di depan anakku dan hampir semua pekerjaan ibu rumah tangga aku bisa melakukannya seorang diri.

Ingat ya.. SE-ORA-NG DI-RI.

Kenapa? Sebenarnya tidak ada alasan khusus, ini hanya kesepakatan kecil antara aku dan suamiku saat kami pertama kali menjalin hubungan untuk tidak menggunakan jasa babysister ataupun ART jika kami menikah nanti.

Meskipun itu hanyalah sekedar gurauan yang terlontar dari bibir anak kemarin sore, tapi aku menanggapi ini dengan sangat serius.

Bukan tanpa alasan, semua karena saat aku masih muda dulu, aku selalu merasa hebat dan menganggap diriku bisa melakukan semuanya tanpa bantuan orang lain, tapi siapa sangka? Jika ternyata pekerjaan seorang Ibu rumah tangga tidak semudah yang aku pikirkan.

Bahkan sangat sulit dan juga sangat melelahkan. Aku tidak tahu pastinya, tapi karena aku terlalu sombong aku berusaha untuk tidak mengeluh kepada suamiku. Dan inilah hasilnya.. aku tidak bisa lagi mengurus diriku sendiri meski itu hanya sekedar memanjakan diri di salon atau tempat spa.

Wajah? Ku akui wajahku lumayan, masih di atas standar jika aku memakai make up. Tapi mana sempat aku merias wajah? Mau makan saja harus menunggu waktu agar anakku tidur terlebih dahulu atau piringnya bisa di hempas cantik oleh putri kecilku.

Tapi itu bukan masalah, karena putriku adalah prioritas utama. Bahkan aku selalu menganggap jika putriku adalah Ratu penguasa di rumah ini.

Malam ini begitu putri kecilku tidur, aku segera mengemas pakaian juga segala hal yang suamiku butuhkan untuk perjalanan dinasnya di luar kota selama tiga hari.

Aku menyiapkan beberapa kemeja dan jas, pakaian santai, juga dokumen yang suami butuhkan.

Aku berusaha untuk menjadi istri yang siaga dan tahu dengan kemauan suamiku tanpa harus bertanya.

Suamiku, Adnan Pradipta adalah seorang GM di sebuah perusahaan Garmen terkemuka di Jakarta, dan itu pula yang membuat Adnan sibuk sepanjang hari. Tapi no problem.

Adnan bekerja untuk menafkahiku dan putri kami. Jadi aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untuknya. Berharap Adnan selalu sehat dan semakin menyayangi kami lagi dan lagi, juga selalu setia dengan ketulusan cinta yang telah kami semai sejak bertahun tahun yang lalu.

"Sayang," suara Adnan di sertai dengan pelukan hangat dari belakang cukup membuatku terkejut, namun di detik berikutnya aku kembali seperti biasa.

Perasaan ini adalah perasaan yang selalu sama di setiap detiknya. Perasaan rindu.. perasaan sayang.. serta perasaan takut kehilangan satu sama lain di antara kami berdua.

CINTA?? Terdengar konyol memang, tapi itulah kenyataannya..

Aku segera berbalik dan mendapati wajah Adnan hanya berjarak sekitar lima inci dari wajahku. Aku bahkan bisa merasakan hembusan nafas berat Adnan.

"Hm??"Ucapku seraya melingkarkan tangan pada leher Adnan.

Berpisah selama tiga hari sebenarnya bukanlah waktu yang lama, tapi karena kami terbiasa selalu bersama, maka itu membuat waktu tiga hari di pastikan akan berjalan sangat lambat untuk kami.

Aku memandangi suamiku lekat. Merperhatikan Adnan tanpa bisa berpaling. Bagaimana mungkin aku bisa berpaling jika Adnan saja sudah lebih dari indah?

Muda, tampan, kaya, bertanggung jawab, dan di segani adalah sifat yang selalu melekat erat pada Adnan, dan aku juga sangat menyukai itu, di tambah Adnan selalu menyayangi dan mencintaiku tanpa syarat.

"Kirani sudah tidur, apa kamu masih akan sibuk sepanjang waktu sampai lupa dengan suamimu sendiri?"

Aku tersenyum mendengar rengekan kecil Adnan, "memangnya apa yang akan kita laku..." belum selesai aku mengucapkan kalimatku, Adnan sudah membawaku dalam menggendongannya dan meletakkan ku dengan lembut di atas ranjang.

Adnan berbaring di sebelahku, "mungkin kita bisa melakukan sesuatu dan menghabiskan malam tanpa tidur?"

Ada banyak hal yang akan kami lakukan untuk menghabiskan malam, salah satunya adalah untuk melepaskan kerinduan yang selama tiga hari ke depan hanya bisa di tafsirkan.

Keesokan harinya.

Sarapan pagi selalu siap pada pukul tujuh di setiap harinya. Kirania Blinda, putri kecil kami makan sendiri dengan lahap dan terus mengoceh dari awal hingga sarapan berakhir.

Aku dan Adnan mendengarkan kicauan Kirani di pagi hari dengan seksama, dan akan mengangguk atau menjawab "Em" untuk menghentikan pertanyaan konyol anak tiga tahun yang ingin berekplorasi dengan rasa keingin tahuannya.

Aku segera memakaian dasi begitu aku tahu Adnan sudah selesai dengan sarapannya Memakaikan jas dan mendapat ciuman manis di kening sebagai tanda cinta Adnan kepadaku.

"Sayang, jaga dirimu dan Kirani baik baik selama aku tidak ada." Adalah pesan Adnan saat Adnan memelukku erat.

Aku mengangguk, "kamu juga harus menjaga dirimu sendiri dengan baik saat tidak ada aku di sampingmu."

Berpisah adalah hal yang selalu aku takutkan meski itu hanya bersifat sementara. Apa lagi firasatku mengatakan jika ini tidak akan baik, aku bahkan takut sesuatu yang buruk akan menimpa Adnan.

Tapi aku segera menepis semua prasangka itu, aku yakin Adnan akan kembali dalam waktu tiga hari dalam keadaan yang sama dan tidak kurang suatu apapun. I hope..

Aku mengantar Adnan sampai mobil yang di kendarainya menghilang dari pandangan.

Sejauh ini, rumah tangga kami aman, damai, tentram dan selalu terkendali. Tidak pernah ada argumen atau perdebatan apapun di antara kami. Baik aku atau Adnan akan mengalah jika salah satu di antara kami berniat untuk memulai perdebatan.

Kami juga selalu menyelesaikan segala permasalahan dengan mencari jalan keluar yang sering berakhir dengan kebahagiaan.

Bagaimanapun, tahun ini aku berumur dua puluh lima tahun. Sudah cukup tua untukku bermain main dan sudah saatnya aku untuk bersikap lebih dewasa. Aku malu dengan umurku sendiri dengan pertengkaran rumah tangga yang selalu aku dengar dari teman temanku yang lain.

Mereka mengatakan jika suami mereka 'bermain' di belakang mereka dengan wanita yang lebih muda dan menggoda.

Aku hanya akan tersenyum menanggapi itu. Percuma, itu tidak akan pernah berlaku untuk Adnanku, karena Adnan adalah pria baik baik yang tidak mungkin menukar kesetiaannya dengan kebahagiaan sesaat.

Aku percaya sepenuhnya, bahkan lebih dari itu. Mengenal Adnan lebih dari tujuh tahun sudah cukup untukku mengenal Adnan dari luar dan dalam serta yakin bahwa Adnan adalah yang terbaik di antara yang baik.

Terpopuler

Comments

Ernawati

Ernawati

lanjut..

2023-08-17

0

Windarti08

Windarti08

kata orang, jangan percaya 100% pada suami kita, sisakan 1%nya untuk waspada!

2023-05-23

0

Lina Maulina Bintang Libra

Lina Maulina Bintang Libra

jgn menilai suami kyk gt yg ada makin besar kepala

2022-12-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!