Aphrodite mendaratkan bokongnya di kursi yang menjadi meja kerjanya. Usai makan siang dengan Vier, mereka segera berpisah untuk melanjutkan pekerjaan masing-masing. Sangat disayangkan memang, mereka hanya bisa bertemu dalam sela-sela waktu yang sangat terbatas hanya agar bisa melepas rindu satu sama lain.
Aphrodite menaruh buket bunga dalam genggamannya ke atas meja. Raut wajahnya murung, ia kecewa pada dirinya sendiri karena pada akhirnya malah memilih untuk mengurungkan niatnya berbicara yang sejujurnya dengan Vier.
Lagi-lagi aku malah mengulur waktu, pikir Aphrodite yang lantas menyandarkan kepalanya pada meja yang tengah ia duduki.
Kepalanya terasa pusing, dan ia mulai merasa mual. Banyak sekali pikiran yang menghampiri dirinya, yang membuatnya terus merasa tegang tanpa bisa sedikit rileks. Kekhawatirannya membuat Aphrodite diliputi rasa takut, dan keraguan untuk bicara yang sejujurnya pada Vier.
"Psstt!" Jenia Paxton, menampakkan kepalanya diantara kubikelnya. Ia melirik sahabatnya yang terduduk dengan raut wajah murung itu.
Aphrodite melirik pada Jenia yang duduk tepat bersebelahan dengan kubikelnya. "Kenapa kau terlihat begitu murung? Bukankah kau baru saja bertemu dengan Vier? Seharusnya kau senang setelah bertemu dengannya 'kan?"
"Aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit lelah." Aphrodite membalas lesu.
"Sungguh?" Jenia memastikan. Aphrodite mengangguk pelan sebagai jawaban.
Jenia bergerak, ia mendorong kursi berodanya menuju meja Aphrodite dan duduk tepat bersebelahan dengannya. Ia melipat kedua tangannya di depan meja yang ditempati Aphrodite. Kedua matanya tertuju pada wanita yang terduduk dihadapannya itu.
"Omong-omong apa saja yang kalian lakukan tadi? Apa yang kalian bicarakan?" Jenia penasaran.
"Tidak ada yang menarik. Kami hanya membahas hal-hal biasa."
"Oh ya? Aku tidak yakin hanya seperti itu. Pasti ada yang kau sembunyikan dariku 'kan?" Jenia menatap penuh selidik pada sahabatnya.
"Sudah aku bilang tidak ada."
"Oh, ayo…"
Brakk!
Ucapan Jenia terpotong ketika suara nyaring dari sebuah file yang di lempar dengan keras menyita perhatiannya.
Aphrodite terperanjat kaget, telinganya nyaris tuli akibat suara yang di dengarnya. Ia bangun, membenahi posisinya dan mendongak ke arah datangnya suara.
Aphrodite dan Jenia menatap ke arah yang sama, memandangi sosok lelaki yang berdiri dihadapannya dengan raut wajah kesal.
"Semua laporan yang kau kerjakan salah! Bahkan aku sampai dimarahi habis-habisan oleh pak Harry!" tukasnya dengan raut wajah penuh emosi.
"Apa?" Aphrodite menampakkan raut wajah bingung, ia menatap file yang baru saja pria itu lempar ke arahnya. Aphrodite mengecek isinya, dan ternyata memang ada kesalahan yang ia buat dalam pekerjaannya.
"Aku tidak mau tahu! Kau harus selesaikan revisinya secepat mungkin, jangan sampai membuat divisi kita tercoreng namanya hanya karena ulahmu!" Kesalnya.
"Baiklah, saya benar-benar minta maaf, pak."
"Maaf saja tidak akan menyelesaikan semuanya. Lain kali kalau kau tidak bisa fokus, lebih baik kau berhenti bekerja! Menyusahkan orang saja." Pria itu beranjak pergi meninggalkan Aphrodite dan Jenia yang terdiam tanpa kata.
"Aish benar-benar menyebalkan, sikap dia membuatku tidak tahan. Rasanya aku ingin menghajar dia dengan kemampuan bela diriku!" Jenia mengepalkan tangannya. Kepalannya sudah terangkat siap untuk meninju lelaki yang bahkan telah hilang dari pandangannya.
"Sudahlah, hiraukan saja. Lagipula memang aku yang salah," ujar Aphrodite berusaha membuatnya lebih tenang.
"Tapi dia benar-benar menyebalkan!"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Anime Genre
yang rajin updatenya ya thor
2022-02-04
3
Umi Ningsih Mujung
😘
2021-11-13
1